Makam Raja Bulonggodu di Bone Bolango, Warisan Sejarah Penuh Misteri

4 hours ago 3

Liputan6.com, Gorontalo - Makam Raja Bulonggodu atau dikenal sebagai Raja Blongkod, yang terletak di Desa Dunggala, Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, masih menyimpan banyak misteri sejarah.

Situs yang diyakini telah ada sebelum masuknya Islam di pesisir utara Pulau Sulawesi ini kini ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya nasional.

Berbeda dari makam pada umumnya, makam Raja Bulonggodu membujur dari arah timur ke barat dan dikelilingi struktur pagar batu karang yang menyerupai mahkota.

Keunikan arsitekturnya menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung maupun peneliti sejarah Gorontalo.

Makam keramat ini terletak di hamparan tanah perkebunan jagung milik warga, namun akses menuju lokasi telah diberi penanda arah oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gorontalo, guna mempermudah masyarakat yang ingin berziarah atau meneliti situs tersebut.

Menurut warga setempat, sosok Raja Bulonggodu dikenal pula sebagai Raja Atinggola, yang dalam bahasa Gorontalo berarti “petir”.

Salah satu tokoh masyarakat yang kerap merawat makam tersebut, Abdul Wahab Arugay (83), menyebut bahwa dahulu lokasi ini adalah kompleks pemakaman raja, keluarganya, dan para prajurit kerajaan.

"Makam Raja Bulonggodu berada di tengah-tengah makam lain. Tapi karena wilayah ini telah menjadi lahan pertanian, banyak jejak makam lainnya yang hilang," ujar Abdul Wahab.

Meskipun usianya tak muda lagi, Abdul Wahab mengaku hanya mengingat cerita dari orang tuanya bahwa makam ini sudah ada sejak awal berkembangnya Islam di Gorontalo.

Simak Video Pilihan Ini:

Klarifikasi Security Plaza Indonesia Pukul Anjing, Nasarius: Demi Selamatkan Anak Kucing

Legenda Makam Raja Bulonggodu

Sementara itu, arkeolog BPCB Gorontalo, Buhanis Ramina, menjelaskan bahwa situs ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya melalui SK Menteri PM.10/PW.007/MKP/210. Pihaknya telah melakukan pemagaran dan pemasangan papan informasi pada tahun 2012 sebagai bentuk pelestarian.

"Hingga kini kami belum dapat memastikan siapa tokoh utama yang dimakamkan di situs ini. Namun dari struktur dan bahan makam, menunjukkan bahwa yang dimakamkan adalah tokoh bangsawan dengan status sosial tinggi," kata Buhanis.

Menurut informasi yang dihimpun, Raja Bulonggodu diyakini pernah memerintah wilayah Pohalaa, Kerajaan Atinggola hingga Bintauna.

Sebagian warga juga menyebut makam ini memiliki nuansa mistis, seperti legenda tentang seekor kucing hitam berkalung emas yang konon menjaga makam tersebut dan hanya terlihat oleh orang-orang tertentu.

Tokoh lainnya, Idris Ntoma (71), yang menyimpan kitab tua berusia lebih dari 200 tahun, menuturkan bahwa Raja Bulonggodu merupakan putra dari Sultan Eyato.

Ia dikenal memiliki enam istri, yaitu Putri Dumpa, Putri Nggeyuhi, Putri Bilungungo, Putri Wahimolongo, Putri Bintalo, dan Putri Botutihe.

"Raja Bulonggodu pernah memimpin wilayah Bintauna di Bolaang Mongondow Utara. Ia dimakamkan di Bone Bolango karena wilayah ini merupakan bagian dari kekuasaannya yang diberikan langsung oleh ayahnya," ungkap Idris.

Hingga kini, makam Raja Bulonggodu menjadi salah satu jejak sejarah yang penting dalam narasi kerajaan-kerajaan kuno di Gorontalo.

Pemerintah daerah dan BPCB diharapkan terus memperkuat pelestarian situs ini agar generasi mendatang dapat mengenali warisan sejarah yang sarat nilai budaya tersebut.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |