Liputan6.com, Bandung - Warna merupakan persepsi visual yang ditangkap oleh mata manusia dari pantulan cahaya pada suatu benda. Warna terbentuk ketika cahaya mengenai permukaan dan panjang gelombang tertentu dari cahaya tersebut dipantulkan ke mata kita.
Kemudian mata meneruskan informasi tersebut ke otak sehingga menghasilkan persepsi terhadap warna. Tanpa adanya cahaya, warna tidak akan tampak oleh karena itu warna berkaitan erat dengan cahaya dan panjang gelombangnya.
Adapun keberagaman warna terjadi karena cahaya terdiri dari berbagai panjang gelombang yang memengaruhi bagaimana warna terlihat. Ketika semua panjang gelombang cahaya putih dipantulkan oleh permukaan mata kita melihat warna putih.
Sebaliknya, jika semua panjang gelombang diserap dan tidak ada yang dipantulkan maka akan terlihat warna hitam. Warna lain muncul dari kombinasi panjang gelombang cahaya yang dipantulkan secara parsial.
Fenomena inilah yang menyebabkan adanya berbagai warna seperti biru laut, hijau daun, merah mawar, dan sebagainya. Selain itu, berbagai faktor juga menyebabkan munculnya banyak warna di dunia ini.
Salah satunya adalah pigmen atau zat pewarna alami yang terdapat pada tumbuhan, hewan, maupun benda buatan manusia. Manusia juga menciptakan warna-warna baru dengan mencampur warna primer (merah, biru, kuning) dalam berbagai komposisi.
Dari sinilah muncul warna sekunder dan tersier yang memperkaya spektrum warna yang ada. Teknologi modern bahkan telah mampu mereproduksi jutaan warna melalui media digital seperti layar komputer dan ponsel.
Belakangan ini sekelompok ilmuwan bahkan mengklaim telah menemukan warna baru yang belum pernah dilihat oleh manusia sebelumnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Tatung Dewa Trenggiling dari Sambas
Warna Baru Bernama “Olo”
Mengutip dari BBC sekelompok ilmuwan mengklaim bahwa mereka telah menemukan warna baru. Adapun warna tersebut ditemukan melalui sebuah eksperimen yang dilakukan oleh para peneliti di AS dengan menembakkan pulsa laser ke mata mereka.
Kemudian dengan menstimulasi sel-sel tertentu di retina para partisipan mengaku telah menyaksikan warna biru-hijau yang oleh para ilmuwan disebut “Olo”. Namun, sejumlah ahli mengatakan keberadaan warna baru tersebut masih bisa diperdebatkan.
Sebagai informasi, temuan warna baru tersebut diterbitkan dalam Jurnal Science Advances dan telah dijelaskan oleh rekan penulis studi tersebut yaitu Prof Ren Ng dari Universitas California sebagai sesuatu yang luar biasa.
Adapun ia dan rekan-rekannya meyakini bahwa hasil tersebut berpotensi memajukan penelitian mengenai buta warna. Profesor Ng yang juga menjadi salah satu dari lima orang yang berpartisipasi turut menjelaskan karakter warna baru tersebut.
“Olo lebih jenuh daripada warna apa pun yang dapat Anda lihat di dunia nyata,” ucapnya kepada program Today di BBC Radio 4.
Melalui penelitian tersebut diketahui ada lima peserta yang terdiri dari empat laki-laki dan satu perempuan dengan penglihatan warna normal. Tiga dari peserta termasuk Prof Ng merupakan rekan penulis makalah penelitian tersebut.
Terlihat dengan Menggunakan Alat
Melansir dari dari makalah penelitian tersebut para peserta meneliti sebuah perangkat bernama Oz yang terdiri dari cermin, laser, dan perangkat optik. Peralatannya sebelumnya dirancang oleh beberapa peneliti yang terlibat.
Adapun retina merupakan lapisan jaringan peka cahaya di bagian mata yang berfungsi untuk menerima serta memproses informasi visual. Retina juga mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang kemudian dikirimkan ke otak melalui saraf optik sehingga manusia dapat melihat.
Sebagai informasi, retina mencakup sel kerucut yaitu sel yang bertanggung jawab untuk mempersepsi warna. Terdapat tiga jenis sel kerucut di mata -S, L, dan M- dan masing-masing peka terhadap panjang gelombang biru, merah, dan hijau yang berbeda.
Kemudian menurut makalah penelitian tersebut dijelaskan dalam penglihatan normal cahaya apa pun yang menstimulasikan sel kerucut M juga harus menstimulasikan sel kerucut L dan atau S di sebelahnya karena fungsinya tumpang tindih dengan keduanya.
Namun, ditemukan dalam penelitian laser hanya menstimulasikan kerucut M yang pada prinsipnya akan mengirimkan sinyal warna ke otak yang tidak pernah terjadi dalam penglihatan alami.
Alhasil warna baru yaitu “Olo” tidak dapat untuk dilihat oleh mata telanjang seseorang di dunia nyata tanpa bantuan rangsangan tertentu Selain itu, untuk memverifikasi warna yang diamati selama percobaan setiap peserta menyesuaikan tombol warna yang dapat dikontrol sehingga cocok dengan olo.
Terbuka untuk Diperdebatkan
Penemuan warna baru tersebut masih menjadi perdebatan hingga diskusi di antara para ilmuwan. Selain itu, beberapa ahli juga mengatakan warna baru yang terlihat adalah “masalah interpretasi”.
Seorang ilmuwan penglihatan di City St George, Universitas London, Professor John Barbur menyampaikan bahwa meskipun penelitian tersebut merupakan prestasi teknologi dalam merangsang sel kerucut selektif penemuan warna barunya terbuka untuk diperdebatkan.
Meskipun tidak terlibat dalam penelitian, Profesor John Barbur menjelaskan bahwa jika sel kerucut merah (L) dirangsang dalam jumlah besar orang akan “merasakan warna merah tua”. Namun, kecerahan yang dipersepsikan dapat berubah tergantung pada perubahan sensitivitas kerucut merah yang tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi dalam penelitian ini.
Adapun rekan penulis studi tersebut, Prof Ng mengakui bahwa meskipun Olo secara teknis sulit dilihat tetapi para timnya mempelajari temuan tersebut untuk melihat apa artinya hal itu bagi bagi orang-orang buta warna yang merasa sulit untuk membedakan warna-warna tertentu.