Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat kinerja pasar saham sepanjang 2025 memang belum menggembirakan. IHSG terpantau melemah 3,46 persen secara bulanan (month-to-date) ke level 6.927,68, dan turun 2,15 persen jika dihitung sejak awal tahun (year-to-date).
Namun, kondisi pasar saham yang kurang kondusif ini tidak menyurutkan minat korporasi untuk masuk ke bursa. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, nilai penggalangan dana melalui penawaran umum (IPO dan rights issue) telah mencapai Rp 142,6 triliun hingga akhir Juni 2025.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi, mengatakan angka ini menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia masih diminati sebagai alternatif pendanaan.
"Dari sisi penghimpunan dana di pasar modal masih dalam tren yang positif. Tercatat nilai penawaran umum mencapai Rp142,6 triliun," kata Inarno dalam Konferensi Pers RDKB Juni 2025, Selasa (8/7/2025).
Dari jumlah tersebut, Rp8,49 triliun berasal dari 16 emiten baru yang melantai di Bursa Efek Indonesia. Ini menjadi bukti bahwa sektor korporasi masih percaya diri terhadap prospek jangka panjang, meskipun pasar tengah dilanda tekanan.
"(Dari Rp142,6 triliun) dengan Rp8,49 triliun di antaranya merupakan fundraising dari 16 emiten baru," ujarnya.
Dana Alternatif Lewat Securities Crowdfunding Juga Tumbuh
Tak hanya melalui IPO, penggalangan dana juga terus berlangsung lewat skema Securities Crowdfunding (SCF). Sejak diberlakukannya ketentuan SCF hingga 25 Juni 2025, tercatat ada 18 penyelenggara SCF yang telah memperoleh izin resmi dari OJK. Dari sana, telah dilakukan 851 penerbitan efek oleh 525 penerbit, yang menjaring minat dari 182.635 pemodal.
"Untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding atau SCF, sejak pemberlakuan ketentuan SCF hingga 25 Juni 2025, terdapat 18 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 851 penerbitan efek dari 525 penerbit dan juga 182,635 pemodal," ujar Inarno.
Total dana yang berhasil dihimpun melalui SCF dan teradministrasi di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) telah mencapai Rp1,6 triliun. Ini menjadi capaian positif di tengah kondisi pasar yang fluktuatif, sekaligus membuka jalan bagi pelaku usaha kecil untuk berkembang.
OJK Dorong Inovasi dan Efisiensi
Lebih lanjut, Inarno Djajadi, mengatakan bahwa di tengah tekanan pasar, pihaknya terus mendorong penguatan struktur dan tata kelola industri pasar modal. Salah satunya dengan mendukung inovasi penggalangan dana yang lebih cepat dan efisien.
OJK juga aktif mendorong digitalisasi di sektor pasar modal. Ini dibuktikan dengan penerbitan SAOJK No.10-SAOJK4-2025 yang mengatur pelaporan kepemilikan saham dan aktivitas penjaminan secara elektronik.
Regulasi ini diyakini akan memperkuat kepercayaan investor.Langkah-langkah tersebut diambil untuk menjaga optimisme dan menjamin kenyamanan investor dalam bertransaksi, baik dari sisi keamanan maupun transparansi informasi.