Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada perdagangan Senin, 7 Juli 2025 setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan serangkaian tarif pada sejumlah negara termasuk Jepang, Korea Selatan dan Afrika Selatan.
Mengutip CNN, Selasa (8/7/2025), indeks Dow Jones ditutup merosot 422 poin atau 0,94% ke posisi 44.406,36. Indeks S&P 500 tergelincir 0,79% atau 49,37 poin ke posisi 6.229,98. Indeks Nasdaq terperosok 0,92% atau 188,59 poin ke posisi 20.412,52.
Tiga indeks acuan di wall street membukukan kinerja terburuk dalam tiga minggu. Di sisi lain, bursa saham Asia mendatar pada pembukaan perdagangan Selasa, 8 Juli 2025.
Saham anjlok pada tengah hari setelah Trump mengumumkan tarif 25% pada Jepang dan Korea Selatan yang akan mulai berlaku pada 1 Agustus.
Saham terus anjlok karena Trump mengumumkan tarif dengan tingkat bervariasi dari 25%-40% pada sejumlah negara termasuk Myanmar, Malaysia, Kazakhstan, Laos dan Afrika Selatan.
Di Truth Social, Trump mengunggah surat yang menguraikan tarif yang terpisah dari tarif sektoral. Tingkat tarif dapat dimodifikasi, naik atau turun.
Saham dibuka lebih rendah karena wall street mempertimbangkan rencana pemerintahan Trump untuk mengumumkan kesepakatan perdagangan baru, atau memberi tahu negara-negara tentang tarif baru.
Pada Minggu, Trump mengatakan, Gedung Putih mengirim surat ke negara-negara pada Senin siang waktu setempat. Trump telah menginformasikan surat-surat itu akan mengungkapkan tarif baru yang ditetapkan pada 1 Agustus.
Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan, presiden Donald Trump akan menandatangani perintah eksekutif untuk mengalihkan batas waktu tarif dari 9 Juli ke 1 Agustus 2025 yang mendorong momen untuk negosiasi.
Saham yang tercatat di AS pada produsen mobil besar Jepang Toyota, Nissan dan Honda masing-masing turun 4%, 7,16% dan 3,86%.
Saham yang tercatat di AS pada perusahaan teknologi besar Korea Selatan LG Display dan SK Telecom masing-masing susut 8,3% dan 7,76%. Sementara itu, dana yang diperdagangkan di bursa yang dikelola oleh BlackRock yang melacak saham Jepang, Korea Selatan, Afrika Selatan dan Malaysia masing-masing turun 2,4%, 3,56%, 1,73%, dan 1,97%.
Kinerja Indeks Dolar AS
ETF yang fokus pada Jepang, Korea Selatan dan Malaysia membukukan hari terburuk sejak awal April. Investment Strategist Baird, Ross Mayfield menuturkan, tarif yang diusulkan lebih tinggi dari yang diharapkan pasar yang mendorong aksi jual saham.
Obligasi pemerintah AS juga merosot karena investor mencerna perkembangan tarif. Imbal hasil treasury bertenor 10 tahun naik menjadi 4,39% dan imbal hasil bertenor 30 tahun menguat menjadi 4,92%. Imbal hasil dan harga diperdagangkan dalam arah yang berlawanan.
Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap enam mata uang asing naik 0,3%. Yen Jepang, Won Korea Selatan, dan Rand Afrika Selatan melemah terhadap dolar AS.
Pada Selasa, indeks Nikkei 225 naik 0,5% pada jam-jam awal perdagangan, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan bertambah 1,5%. Indeks Hang Seng di Hong Kong naik 0,3% dan indeks ASX 200 naik kurang dari 0,1%.
Asia Equity Market Strategist Morningstar, Kai Wang menuturkan, respons saham Asia relatif tenang seiring investor melihat lebih jauh dari tarif. Sebaliknya fokus pada tenggat waktu 1 Agustus yang baru sebagai tanda kemajuan.
“(Pasar) Asia memperlakukan langkah tarif terbaru lebih sebagai sikap berpura-pura daripada kebijakan, dan masih terlihat ada ruang untuk dialog,” kata dia.
Sentimen Tarif
Wall street menguat dalam beberapa minggu terakhir seiring investor bertaruh sentimen tarif yang terburuk telah berlalu. Jelang waktu 9 Juli yang ditetapkan Trump untuk kesepakatan perdagangan, akhir dari jeda 90 hari yang dimulai pada 9 April, wall street optimistis dengan hati-hati.
Chief Strategist and Economist for Europe di Jefferies, Mohit Kumar menuturkan tidak berpikir batas waktu 9 Juli akan berdampak material pada pasar.
“Ini akan menciptakan ketidakpastian jangka pendek dan mendorong beberapa aksi ambil untuk mengingat valuasi dan posisi saat ini. Namun, surat-sura itu dimaksudkan sebagai insentif bagi negara-negara lain untuk setuju mencapai kesepakatan dengan cepat, dan kami melihat lebih banyak kesepakatan perdagangan yang ditandatangani dalam beberapa minggu mendatang,” tutur Kumar.
Kumar menuturkan, koreksi saham harus dilihat sebagai peluang pembelian. Indeks S&P 500 telah mencatat empat rekor tertinggi sejak 27 Juni. Saham telah menguat seiring data ekonomi lebih kuat dari yang diharapkan, membantu meredakan kekhawatiran tentang dampak tahap awal kampanye tarif Trump.
"Optimisme baru tampaknya telah didukung oleh serangkaian poin data yang tampaknya telah meredakan beberapa ketakutan terburuk investor,” ujar Chief Investment Strategist BMO Capital Markets.
"Misalnya angka CPI yang lebih dingin dari yang diantisipasi terus menunjukkan dampak tarif yang diredam, setidaknya untuk saat ini,” kata dia.
Belski menuturkan kesepakatan dagang akan diumumkan dalam beberapa minggu mendatang memberikan kejelasan lebih lanjut bagi investor dan bisnis. Serta kemungkinan tren naik saham tetap utuh.
Ketidakpastian Perdagangan
Sementara itu, Menteri Keuangan Scott Bessent mengatakan, beberapa pengumuman dalam 48 jam ke depan. Ia mengatakan, tarif akan menjadi boomerang lebih tinggi pada 1 Agustus jika kesepakatan dagang tidak diselesaikan.
“Jika kita telah belajar sesuatu selama tiga bulan terakhir, itu adalah situasinya sangat cair dan dapat berubah dengan sangat sedikit pemberitahuan,” kata Chief Investment Officer Plante Moran Financial Advisors, Jim Baird.
Risiko
Sementara banyak investor mengharapkan saham akan menguat, yang lain mengingatkan ada rasa puas di pasar. Global Market Strategist Wells Fargo Investment Institute, Scott Wren menuturkan, konsensus wall street terlalu optimistis pada prospek tarif. Wren mengatakan, ada kekhawatiran saat tarif ditetapkan, ekonomi akan mulai melambat dan belanja konsumen akan menurun.
“Saham-saham sedang melaju kencang dan sebagai hasilnya, kami berupaya memangkas posisi di pasar dan sektor-sektor yang kami anggap dinilai terlalu tinggi,” ujar dia.
Ia mengatakan, saham-saham berkapitalisasi kecil Amerika Serikat (AS) dan sektor konsumen diskresioner di indeks S&P 500 mencatat kinerja baik dalam beberapa bulan terakhir.
Pekan ini, wall street akan terpaku pada tanda-tanda usulan tarif lebih lanjut. Senior Market FXTM, Lukman Otunuga menuturkan, jika tarif naik lebih tinggi dari yang diharapkan dan memunculkan kembali ketakutan akan resesi dan ketidakpastian perdagangan. “Saham bisa anjlok sementara aset safe haven menguat,” kata dia.