Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berpotensi menguat pada perdagangan Kamis (10/7/2025). IHSG akan bergerak ke posisi 6.992-7.050.
IHSG kembali melesat 0,57% ke posisi 6.943 dan masih didominasi oleh volume pembelian, tetapi pergerakannya pun masih cenderung konsolidasi dalam jangka pendek.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG hari ini diprediksi dalam skenario terbaiknya, posisi IHSG sedang berada pada bagian dari wave (b) dari wave [b] sehingga IHSG masih berpeluang menguat ke posisi 6.992-7.050 pada label hitam.
“Namun, waspadai akan label merah di mana IHSG akan menguji 6.582-6.721,” kata dia.
Herditya menuturkan, IHSG akan berada di level support 6.824,6.752 dan level resistance 6.994,7.085.
Dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, IHSG berpeluang naik terbatas dengan level support dan level resistance 6.810-6.960.
Untuk rekomendasi saham hari ini, PT Pilarmas Investindo Sekuritas memilih saham PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).
Sedangkan Herditya memilih saham PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), PT Rukun Raharja Tbk (RAJA), dan PT Surya Internusa Semesta Tbk (SSIA).
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Rekomendasi Saham
Berikut rekomendasi teknikal dari MNC Sekuritas:
1.PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) - Buy on Weakness
Saham CBDK menguat 6,58% ke 6.075 dan disertai dengan peningkatan volume pembelian, tetapi pergerakannya masih tertahan oleh MA60. "Kami perkirakan, posisi CBDK sedang berada pada bagian dari wave B dari wave (B)" ujar Herditya.
Buy on Weakness: 5.875-6.025
Target Price: 6.525, 6.800
Stoploss: below 5.800
2.PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) - Buy on Weakness
Saham DSNG menguat 8,86% ke 860 disertai dengan adanya peningkatan volume pembelian. "Kami perkirakan, posisi DSNG saat ini sedang berada pada bagian dari wave [iii] dari wave C, sehingga DSNG masih berpeluang melanjutkan penguatannya," kata Herditya.
Buy on Weakness: 805-850
Target Price: 905, 935
Stoploss: below 760
3.PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) - Spec Buy
Saham RAJA menguat 0,40% ke 2.490 disertai dengan munculnya volume pembelian, tetapi penguatannya masih tertahan oleh MA20. Herditya menuturkan, pihaknya memprediksi, posisi RAJA sedang berada bagian dari wave [c] dari wave B.
Spec Buy: 2.480-2.520
Target Price: 2.630, 2.680
Stoploss: below 2.460
4.PT Surya Internusa Semesta Tbk (SSIA) - Sell on Strength
Saham SSIA menguat 0,29% ke 1.705 tetapi disertai dengan munculnya tekanan jual. "Kami perkirakan, posisi SSIA saat ini berada pada bagian dari wave (4) dari wave [C], sehingga SSIA masih rawan melanjutkan koreksinya. Adapun area koreksi SSIA diperkirakan berada pada rentang 1.435-1.590," kata Herditya.
Sell on Strength: 1.730-1.775
Sentimen The Fed
Dalam risalah rapat the Federal Reserve (the Fed) yang terbit kemarin menunjukkan pejabat the Fed mulai terpecah mengenai prospek terkait apakah kebijakan tarif akan mempengaruhi inflasi.
Hal ini tentu menjadi perhatian yang sangat penting bagi the Fed untuk memutuskan kapan waktu yang tepat untuk memangkas tingkat suku bunga. Sebagian para pejabat mengatakan peserta mencatatkan risiko tarif memiliki dampak yang berkelanjutan terhadap inflasi.
Sejauh ini 10 dari 19 pejabat memprediksi setidaknya ada dua kali penurunan tingkat suku bunga hingga akhir tahun.
Namun, tujuh pembuat kebijakan memprediksi tidak aka nada penurunan tingkat suku bunga sama sekali pada tahun ini, dan dua dari pejabat mengatakan aka nada potensi penurunan tingkat suku bunga sebanyak satu kali.
“Dalam risalah, terlihat para pembuat kebijakan memperlihatkan adanya ketidakpastian yang cukup besar mengenai kapan waktu yang tepat, besaran yang tepat dalam menurunkan tingkat suku bunga dan berapa lama dampak dari kebijakan tarif yang ada saat ini,” demikian seperti dikutip.
Selain itu, sebagian besar analis dan pengamat melihat kebijakan tarif yang ada saat memang berpotensi meningkatkan inflasi dan membebani pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan tarif yang ada saat ini belum menunjukkan kenaikan inflasi saat ini. Para peserta juga sepakat, meskipun banyak ketidakpastian yang terjadi saat ini yang membuat prospek perekonomian mengalami penurunan, tetapi pendekatan yang cermat dan tepat harus tetap dilakukan dalam menyesuaikan kebijakan moneter. “Sejauh ini apa yang disampaikan tidak salah, dan menurut kami the Fed juga masih akan menahan tingkat suku bunga mereka, sampai ada satu titik di mana Trump berhenti bermain-main dengan tarif,” demikian seperti dikutip.