Harga Saham CDIA Hari Ini 22 September 2025, Sentuh Level Segini

Liputan6.com, Jakarta - Harga saham PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) melanjutkan kenaikan pada perdagangan saham Senin (22/9/2025). Kenaikan saham CDIA di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah.

Mengutip data RTI, harga saham CDIA hari ini ditutup melonjak 13,23% ke posisi Rp 1.755 pada sesi pertama. Hagra saham CDIA dibuka naik 25 poin ke posisi Rp 1.575 per saham. Saham CDIA berada di level tertinggi Rp 1.795 dan level terendah Rp 1.565 per saham.

Total frekuensi perdagangan 93.266 kali dengan volume perdagangan 7.470.197 saham. Nilai transaksi harian saham CDIA sebesar Rp 1,3 triliun.

Pada penutupan perdagangan Jumat, 19 September 2025, harga saham CDIA ditutup naik ke posisi Rp 1.550 per saham dari perdagangan sebelumnya Rp 1.505.

Adapun saham CDIA masuk rekomendasi saham hari ini, Senin, 22 September 2025 oleh PT BNI Sekuritas. Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman memilih saham CDIA dengan rekomendasi speculative buy. Area beli saham CDIA di 1.535, cutloss di bawah 1.510. Target dekat di 1.565-1.585.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Di sisi lain, kenaikan saham CDIA terjadi di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah terbatas pada sesi pertama hari ini, 22 September 2025.

Pada sesi pertama, IHSG hari ini ditutup 0,36% ke posisi 8.022,40. Indeks LQ45 terpangkas 0,84% ke posisi 803,21. Sebagian besar indeks saham acuan memerah.

Pada sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 8.087,92 dan terendah 8.008,06. Sebanyak 364 saham menguat dan 291 saham melemah. 145 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.402.953 kali dengan volume perdagangan 23,5 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 11,1 triliun.

Posisi dolar Amerika Serikat melemah terhadap rupiah hingga Senin siang. Dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.585.

Dari 11 sektor saham, dua sektor saham melemah yakni sektor saham kesehatan turun 0,32% dan sektor saham keuangan merosot 0,57%.

Sementara itu, sektor saham infrastruktur naik 1,66%, dan catat penguatan terbesar. Sektor saham energi bertambah 1,2%, sektor saham basic menguat 0,88%, sektor saham industri mendaki 0,59%.

Lalu sektor saham consumer nonsiklikal mendaki 0,61%, sektor saham consumer siklikal menguat 0,16%, sektor saham properti bertambah 0,46%. Lalu sektor saham teknologi menanjak 0,37% dan sektor saham transportasi menguat 0,81%.

Sebelumnya, sektor infrastruktur industri sebagai pilar penting daya saing Indonesia di tengah kompetisi kawasan ASEAN. Infrastruktur yang kuat dinilai bukan hanya menopang kegiatan industri, tetapi juga meningkatkan daya tarik investasi di pasar modal.

Ekonom Indef, Ahmad Heri Firdaus, menegaskan kesiapan infrastruktur menjadi kunci bagi minat investor global. 

“Kalau kita lihat, investor global itu mencari negara yang sudah siap infrastruktur industrinya,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (20/9/2025).

Dari perspektif pasar modal, sektor infrastruktur tercatat menarik minat investor karena prospek pertumbuhan dan kualitas pengelolaan perusahaan. Sub-sektor yang beragam mulai jalan tol (JSMR), pelabuhan (IPCC, IPCM), telekomunikasi (TLKM, EXCL), hingga infrastruktur industri (CDIA) memberikan pilihan investasi luas.

Direktur Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada, menilai sentimen pasar dan kebijakan pemerintah masih menjadi pendorong utama. 

“Meski fundamental perusahaan penting, pergerakan harga saham tetap dipengaruhi sentimen pasar, likuiditas, serta kebijakan pemerintah. Investor kini selektif terhadap emiten dengan eksposur pada proyek strategis atau tren baru seperti energi hijau dan digitalisasi,” jelasnya.

Salah satu sorotan utama adalah PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), emiten baru yang bergerak di pengembangan infrastruktur industri berbasis energi baru terbarukan. 

Saham CDIA meroket dari Rp190 menjadi Rp 1.500 per lembar sejak IPO, didorong prospek EBT dan integrasi bisnis Barito Pacific Group.

Ahmad Heri menilai kehadiran emiten seperti CDIA dapat memperkuat kepercayaan investor. Ia menambahkan peluang investasi jangka panjang di sektor infrastruktur masih terbuka lebar, meski tantangan seperti lahan, biaya logistik, dan regulasi perlu diatasi melalui kerja sama pemerintah dan swasta.