Dedi Mulyadi Klaim Program Pendidikan di Barak Tak Tumpang Tindih Hukum Pidana  

1 day ago 9

Liputan6.com, Bandung - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menyebut, program pendidikan karakter di barak militer akan diperluas tidak hanya untuk pelajar, tapi juga orang dewasa yang ‘bermasalah’. Ia mengklaim, kebijakan itu nantinnya tidak akan tumpang tindih dengan hukum pidana.

Diketahui, program yang bernama Pendidikan Karakter, Disiplin, dan Bela Negara Kekhususan kini baru diikuti pelajar setingkat SMP dan SMA. Beberapa daerah telah melaksanakan program ini seperti Kota Bandung dan Purwakarta.

Terkait rencana perluasan program, orang dewasa yang akan dimasukkan ke barak yakni mereka yang dianggap bermasalah atau berperilaku buruk, meski tidak tergolong sebagai tindak pidana. Oleh karena itu, kata Dedi, tidak akan tumpang tindih dengan hukum pidana.

Dedi Mulyadi sudah menyebut sejumlah kategori ‘kenakalan’ orang dewasa yang dia nilai layak dibina antara lain adalah mereka yang menelantarkan anak istri, mabuk-mabukan, hingga yang aktif terlibat geng di jalanan. 

“Saya akan menyasar pada orang dewasa. Orang dewasa yang mabuk tiap hari, meninggalkan istrinya itu kan tidak bisa dipidana, orang yang bertengkar di rumah tidak bisa dipidana, orang yang gak pernah balik ke rumahnya meninggalkan tanggung jawab terhadap anaknya kan tidak bisa dipidana,” katanya saat meninjau pelajar di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, disiarkan ulang saluran YouTube Dedi Mulyadi Channel, Selasa, 6 Mei 2025. 

“Tidak semua hal bisa dipidana dan tidak semua hal harus dipidana, maka saya memilih nanti ketika ada orang yang bikin rusuh di sebuah daerah kemudian kerjanya mabuk-mabuk aja atau bergeng-geng di jalanan nanti dijaring kemudian diserahkan ke kodam III untuk dididik di dodik ini,” imbuhnya.

Dedi Mulyadi sebelumnya sempat menyampaikan, akan melakukan evaluasi terlebih dahulu pada program pembinaan pelajar, setidaknya selama sebulan sejak berjalan, sebelum kemudian mulai menjalankan program pembinaan bagi orang dewasa.

“Setelah SMP dan SMA ini berhasil, saya akan lihat nanti sebulan ke depan ya,” kata dia.

Tanggapan Menteri soal Program bagi Siswa

Diberitakan sebelumnya, Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai menilai kebijakan yang ditujukan bagi pelajar bukanlah hukuman, melainkan bagian dari pendidikan pembentukan karakter, mental dan tanggung jawab. Jika demikian, kebijakan tersebut tidak menyalahi standard Hak Asasi Manusia.

 “Apa yang dilakukan Pemda Jabar tersebut bukan merupakan Corporal Punishment (hukuman) tetapi bagian dari pembentukan karakter, mental dan tanggung jawab anak. Maka tentu tidak menyalahi standard Hak Asasi Manusia,” kata Pigai seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (6/5/2025). 

Hukuman, kata Pigai, merupakan penggunaan kekerasan fisik yang menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan pada anak. Bentuknya bisa beragam seperti memukul, menampar, atau menggunakan benda keras untuk memukul anak.

"Ini kontroversial karena dampaknya yang negatif terhadap kesehatan fisik dan mental anak," wanti Pigai.

Namun Pigai percaya, tindakan dilakukan Gubernur Jawa Barat bukanlah demikian.

"Sepanjang pendidikan menyangkut pembinaan mental, karakter dan nilai-nilai kedisiplinan. Maka hal tersebut sesuai dengan prinsip dan standar HAM," dia menandasi.

Sebagai informasi, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengungkap rencana siswa dibina di barak militer bertujuan agar memperoleh pendidikan karakter yang akan bekerja sama dengan TNI dan Polri.

Adapun menurut Dedi, rencana ini tak akan dijalankan secara serentak, namun bertahap ke daerah yang dianggap rawan.

"Tidak harus langsung di 27 kabupaten/kota. Kita mulai dari daerah yang siap dan dianggap rawan terlebih dahulu, lalu bertahap," kata Dedi.

Nantinya, menurut Politikus Gerindra itu, para siswa akan mengikuti program itu di sekitar 30 hingga 40 barak khusus yang telah disiapkan oleh TNI. Para siswa, kata Dedi Mulyadi, bakal menjalani pendidikan selama 6 bulan di barak militer. Dedi membeberkan kriteria siswa yang bermasalah dan perlu dibina di barak militer.

"Tukang tawuran, tukang mabok, tukang main mobile legend, yang kalau malam kemudian tidurnya tidak mau sore. Ke orang tua melawan. Melakukan pengancaman. Di sekolah bikin ribut. Bolos terus. Dari rumah berangkat ke sekolah, ke sekolah enggak sampai. Kan kita semua dulu pernah gitu ya," beber Dedi.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |