Bursa Asia Melemah, Tertekan Kejatuhan Saham Teknologi di Wall Street

Liputan6.com, Jakarta - Pasar saham di kawasan Asia dan Pasifik melemah pada pembukaan perdagangan Selasa pekan ini. Penurunan bursa Asia ini mengikuti penurunan tajam di Wall Street yang dipicu aksi jual pada saham-saham teknologi serta kekhawatiran terhadap sektor kecerdasan buatan (AI).

Mengutip CNBC, Selasa (18/11/2025), indeks utama Jepang, Nikkei 225, turun 0,92 persen. Sementara Topix melemah 0,6 persen. Di Korea Selatan, Kospi terkoreksi 0,64 persen dan Kosdaq turun 0,58 persen.

Kontrak berjangka Hang Seng Hong Kong berada di level 26.178, lebih rendah dibandingkan penutupan sebelumnya di 26.384,28.Sementara itu, S&P/ASX 200 Australia juga ikut melemah 0,76 persen.

Dari Amerika Serikat (AS), pasar saham kembali tertekan akibat penurunan sektor teknologi menjelang sejumlah rilis penting pekan ini, termasuk laporan kinerja Nvidia dan data tenaga kerja AS untuk September.

Dow Jones Industrial Average anjlok 557,24 poin atau 1,18 persen dan ditutup di 46.590,24.S&P 500 melemah 0,92 persen menjadi 6.672,41, sedangkan Nasdaq Composite turun 0,84 persen ke 22.708,07.

Wall Street melanjutkan pelemahan, sementara imbal hasil obligasi pemerintah (Treasury yields) bergerak sedikit turun. Pergerakan ini terjadi saat investor bersiap menghadapi pekan penuh rilis data ekonomi yang menumpuk setelah berakhirnya penutupan pemerintah (government shutdown) terpanjang dalam sejarah AS.

Perhatian pasar kini tertuju pada laporan kinerja Nvidia yang akan dirilis Rabu waktu setempat. Sebagai salah satu pemimpin industri kecerdasan buatan (AI), hasil Nvidia akan menjadi indikator penting apakah permintaan di sektor ini mulai melambat setelah selama beberapa bulan menjadi pendorong reli besar di pasar saham.

Ketiga indeks utama Wall Street kompak bergerak turun tajam seiring jalannya perdagangan.

“Kita melihat kelanjutan koreksi pekan lalu, terutama pada saham teknologi yang berkaitan dengan tren AI,” ujar Managing Partner Keator Group Massachusetts Matthew Keator, dikutip dari Channel News Asia. 

“Pertanyaannya, apakah valuasinya benar-benar sepadan dengan harga saham saat ini?"

Ia menambahkan, ada kekhawatiran terkait bagaimana tren AI akan memengaruhi sektor ketenagakerjaan di masa depan, termasuk dampaknya terhadap tingkat pengangguran.

Pekan lalu, Kongres AS mencapai kesepakatan untuk mengakhiri penutupan pemerintah yang berlangsung paling lama sepanjang sejarah. Selama shutdown, minimnya data ekonomi resmi membuat ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada pertemuan bulan depan ikut mereda.

Untuk mengejar ketertinggalan data, pekan ini akan diramaikan oleh sejumlah laporan penting, termasuk data pekerjaan AS untuk September yang dijadwalkan keluar pada Jumat.

“Ada banyak ketidakpastian dari data beberapa bulan terakhir, dan dalam beberapa pekan ke depan itu akan menjadi fokus utama pasar,” kata Tim Ghriskey, Senior Portfolio Strategist di Ingalls & Snyder, New York.

Sementara itu, musim laporan keuangan kuartal III mulai mendekati akhir. Lebih dari 90 persen perusahaan dalam indeks S&P 500 sudah merilis kinerjanya, dan 83 persen di antaranya melaporkan hasil di atas ekspektasi analis, menurut data LSEG.

Selain Nvidia, sejumlah raksasa ritel seperti Home Depot, Target, dan Walmart juga akan memberi gambaran lebih jelas terkait kekuatan permintaan konsumen AS.