Liputan6.com, Jakarta - Krisis recall yang menimpa Ford semakin meluas. Setelah sebelumnya menarik hampir 500 ribu unit crossover karena masalah selang rem, kini pabrikan asal Amerika Serikat itu kembali mengumumkan penarikan lebih dari 314 ribu kendaraan akibat dua masalah baru yang melibatkan airbag dan sistem elektronik.
Berdasarkan laporan Carscoops, Minggu (31/8/2025), recall terbaru mencakup 100.900 unit Ford Ranger 2024–2026 dan 213.121 unit SUV Ford Explorer 2025 serta Lincoln Aviator 2025.
Permasalahan pertama terjadi pada Ford Ranger. Airbag tirai samping pada model 2024–2026 berpotensi robek saat mengembang karena bersentuhan dengan rangka pilar B. Kondisi ini meningkatkan risiko cedera serius bagi penumpang.
Ford mengungkap masalah ini setelah uji audit pada Juni lalu memperlihatkan adanya celah sekitar 12 mm di bagian atas kantung udara. Untuk mengatasinya, dealer akan memasang pelindung
Gangguan Elektronik di Explorer dan Aviator
Recall kedua menyasar lebih dari 213 ribu unit Explorer dan Aviator. Kedua SUV tersebut diketahui memiliki modul kontrol bodi (Body Control Module/BCM) dengan sambungan solder yang cacat pada papan sirkuit.
Kerusakan ini dapat memicu berbagai masalah, mulai dari kaca dan spion listrik yang tidak berfungsi, lampu kabin mati, AC hanya menghembuskan udara panas, hingga lampu trailer tidak menyala saat menarik beban. Sistem alarm, defogger belakang, hingga soket pengisi daya juga berisiko terganggu.
Ford menemukan masalah tersebut setelah menerima klaim garansi terkait jendela samping yang tidak berfungsi. Dari hasil investigasi, diketahui kerusakan terjadi karena sambungan solder yang lemah. Hingga kini, ada 21 laporan garansi yang terkait dengan kasus ini.
Penanganan Recall
Untuk kendaraan dengan jarak tempuh di bawah 9.000 mil (sekitar 14.484 km), Ford akan mengganti modul kontrol bodi secara penuh. Namun, unit dengan jarak tempuh lebih dari itu hanya akan diperiksa secara fungsional, lalu diganti bila terbukti bermasalah.
Meski Ford mengklaim analisis statistik menunjukkan kendaraan yang sudah menempuh lebih dari 9.000 mil relatif aman, keputusan ini memicu keraguan mengingat catatan recall perusahaan yang cukup panjang belakangan ini.