Liputan6.com, Jakarta - Saham-saham otomotif di bursa saham AS atau Wall Street melonjak pada penutupan perdagangan Senin sore setelah Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan keringanan tarif untuk sektor otomotif.
“Saya mencari cara untuk membantu beberapa perusahaan mobil, yang beralih ke suku cadang yang dibuat di Kanada, Meksiko, dan tempat lain, dan mereka butuh sedikit waktu karena mereka akan membuatnya di sini,” kata Trump, dikutip dari Yahoo Finance, Selasa (15/4/2025).
Donald Trump tidak mengatakan apakah keringanan akan berupa penurunann tarif 25% yang sudah berlaku untuk impor mobil asing atau tarif suku cadang mobil 25%.
Saham tiga produsen mobil besar General Motors (GM), Stellantis (STLA), dan Ford (F) semuanya melonjak lebih dari 3% pada hari Senin.
Baru-baru ini, produsen mobil telah berjuang untuk menanggapi kenaikan tarif harian yang dimulai setelah Trump memulai perang tarifnya dengan sungguh-sungguh setelah acara "Hari Pembebasan" pada tanggal 2 April.
“Kami mulai melihat reaksi yang berbeda-beda, mulai dari potongan harga langsung dalam waktu dekat (Ford + Stellantis), hingga yang lain yang akan mempertahankan harga tetap setidaknya selama 1-2 bulan ke depan sebelum [mengevaluasi ulang] situasi,” tulis analis Deutsche Bank Edison Yu dalam sebuah catatan kepada klien minggu lalu.
“Ada juga beberapa penyesuaian kapasitas yang terjadi termasuk GM yang meningkatkan produksi di fasilitas Fort Wayne dan Stellantis menghentikan beberapa operasi pabrik di Meksiko/Kanada.” tambah dia.
Dampak tarif pada impor mobil dan rantai pasokan penting untuk suku cadang akan merugikan konsumen dengan harga yang jauh lebih tinggi.
Analisis dari berbagai perusahaan data menunjukkan kenaikan harga sebesar $3.000 hingga $12.000 untuk mobil non-premium, yang diperkirakan akan mengakibatkan kerugian penjualan yang signifikan.
Perang Tarif Impor, Negosiasi Harga Minimum Mobil Listrik China dan Uni Eropa Dimulai
Uni Eropa dan Tiongkok resmi memulai negosiasi untuk menggantikan tarif impor kendaraan listrik (EV) asal Tiongkok, dengan skema harga minimum.
Langkah ini diambil setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengumumkan penangguhan sementara tarif timbal balik terhadap negara-negara selain Tiongkok, serta mengancam akan menaikkan tarif terhadap produk.
Sejak Oktober 2023 Uni Eropa memberlakukan tarif tambahan hingga 45,3 persen terhadap EV Tiongkok, termasuk merek seperti BYD, Geely, dan SAIC, sebagai respons terhadap dugaan subsidi tidak adil dari pemerintah China.
Sebagai balasan, Negeri Tirai Bambu mengenakan tarif terhadap produk Eropa, termasuk ekspor cognac Prancis.
Dalam pernyataan resminya, Komisi Eropa menyatakan bahwa Komisaris Perdagangan Maros Sefcovic telah berdiskusi dengan Menteri Perdagangan China, Wang Wentao untuk mengeksplorasi kemungkinan penerapan harga minimum bagi EV Tiongkok yang masuk ke pasar Eropa.
Skema ini diharapkan dapat menggantikan tarif yang ada dengan pendekatan yang lebih efektif dan dapat diverifikasi.
Langkah ini disambut baik oleh industri otomotif Jerman, yang sangat bergantung pada pasar Tiongkok. Sementara itu, terkait penghapusan hambatan perdagangan lebih menguntungkan dibandingkan penerapan tarif baru.
Sementara itu, kebijakan tarif agresif dari Presiden Trump terhadap Tiongkok telah mendorong produsen mobil Tiongkok untuk lebih fokus pada ekspansi di pasar Eropa.
Dengan hambatan tinggi di pasar AS, Eropa menjadi pasar ekspor utama bagi merek seperti BYD dan Geely.
Strategi Hadapi Trump
Para analis perdagangan internasional menyebut situasi ini sebagai trade diversion, di mana produsen mengalihkan ekspor ke pasar yang lebih terbuka akibat hambatan di pasar lain.
Negosiasi antara Uni Eropa dan Tiongkok ini, menunjukkan upaya kedua pihak untuk menemukan kerangka kerja perdagangan yang berkelanjutan di tengah ketegangan global yang meningkat.