Pasar Menanti Arah Kebijakan Fiskal Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa

2 weeks ago 22

Liputan6.com, Jakarta - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai perombakan atau reshuffle kabinet terbaru yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto, terutama penggantian menteri keuangan menjadi perhatian utama pelaku pasar. Hal ini karena akan menentukan arah kebijakan fiskal ke depan.

Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto menuturkan, pasar tengah mencermati arah kebijakan fiskal setelah Sri Mulyani Indrawati digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa sebagai menteri keuangan.

"Sejak 2016, Sri Mulyani dikenal menekankan disiplin fiskal dan transparansi anggaran. Dengan pergatian ini, mandat presiden kepada menteri keuangan baru adalah mempercepat pencapaian pertumbuhan ekonomi 8%,” kata Rully dalam Media Day: September 2025 by Mirae Asset bertema New Economic Policy: Impact on Growth and Capital Market, dari keterangan tertulis, Rabu (24/9/2025).

Rully menuturkan, ke depan, publik akan melihat kebijakan fiskal yang lebih ekspansif dengan peran pemerintah dan swasta lebih besar dalam mendorong pertumbuhan.

Ia mengatakan, kebijakan ekonomi yang menjadi sorotan pasar di bawah kepemimpinan menteri keuangan Purbaya Yudhi Sadewa antara lain adalah pertama, pergeseran dari disiplin fiskal menuju kebijakan pro-growth dengan target pertumbuhan ekonomi 8%.

Komitmen Disiplin Fiskal

Kedua, kebijakan fiskal yang lebih ekspansif, melalui peningkatan belanja pemerintah dan dukungan terhadap program prioritas, salah satunya dengan menyalurkan dana kredit ke bank-bank BUMN senilai Rp 200 triliun.

Ketiga, optimalisasi peran sektor swasta dan pemerintah dalam mendorong investasi dan konsumsi.

Ia mengatakan, meskipun latar belakang Purbaya sebagai ekonom dan manfaat pejabat BUMN memberikan keyakinan akan kapasitasnya, pelaku pasar tetap menunggu kejelasan mengenai komitmen disiplin fiskal, transparansi anggaran dan sumber pembiayaan program prioritas pemerintah.

Pasar Menantikan Kepastian

Dengan demikian, implikasi kebijakan baru itu bagi pasar modal adalah volatilitas jangka pendek yang berpotensi berlanjut, tetapi peluang investasi tetap terbuka dalam periode konsolidasi.

“Pasar masih menantikan kepastian apakah kebijakan ekspansif ini akan tetap menjaga keberlanjutan fiskal. Ketidakpastian tersebut menjadi salah satu faktor yang menahan pergerakan indeks saham dan meningkatkan volatilitas pasar obligasi,” kata Rully.

Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan, pelemahan pasar saham masih berpotensi berlanjut dalam jangka pendek. Akan tetapi, kondisi itu dapat menjadi momentum bagi investor untuk membeli pada saat koreksi atau buy on weakness pada saham-saham pilihan.

Rekomendasi Saham

Rully menyarankan sektor perbankan yang diprediksi kinerjanya dapat membaik terutama untuk bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan ada penyaluran dana Rp 200 triliun, asalkan tidak diikuti dengan kenaikan kredit tidak lancar (non performing loan/NPL) yang signifikan.

Selain saham-saham emiten perbankan, Rully juga merekomendasikan saham TLKM, TOWR, MTEL, JPFA, KLBF dan BRPT sebagai saham pilihan yang berpotensi menarik dalam periode konsolidasi ini.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |