Liputan6.com, Jakarta - Di tengah kekayaan kuliner Nusantara yang begitu luas dan memikat, Kepulauan Riau menyimpan sebuah sajian unik yang mungkin terdengar aneh di telinga banyak orang, tetapi justru menggugah rasa penasaran siapa pun yang mencintai makanan tradisional.
Mie Lendir, nama makanan ini mungkin mengundang senyum atau bahkan cemooh bagi mereka yang belum mengenalnya. Tapi di balik nama yang tak biasa itu, tersembunyi kekayaan rasa, sejarah, dan kebanggaan masyarakat pesisir Kepulauan Riau yang telah mewariskan resep ini secara turun-temurun.
Mie Lendir bukan sekadar kuliner pinggiran yang mengandalkan sensasi eksotis dari namanya, melainkan representasi dari kreativitas masyarakat Melayu dalam mengolah bahan sederhana menjadi sajian yang khas, memikat, dan sulit dilupakan.
Ia adalah simbol kuliner rakyat yang mampu bertahan di tengah gempuran makanan modern karena keunikannya yang tak tertandingi, terutama dari kuahnya yang kental, legit, dan menyelimuti mi dengan tekstur yang menggoda.
Keunikan Mie Lendir terletak pada kekhasan bumbunya yang berbeda dari mi pada umumnya. Jika mi pada umumnya disajikan dengan kuah bening, pedas, atau gurih yang ringan, maka Mie Lendir tampil beda dengan kuah yang pekat, berwarna kecokelatan, dan terasa begitu legit dan lembut di lidah.
Kuah ini dibuat dari campuran kacang tanah yang dihaluskan, air rebusan, bawang putih, cabai, serta berbagai bumbu rempah khas Melayu yang menciptakan cita rasa manis, gurih, dan sedikit pedas dalam harmoni yang tidak saling mendominasi.
Tekstur kental dari kuah inilah yang menyebabkan sajian ini dijuluki lendir oleh masyarakat setempat bukan karena bahan aneh atau menjijikkan, tetapi sebagai bentuk pelabelan alami dari tampilannya yang lengket dan mengkilat.
Keberanian masyarakat dalam menamai kuliner ini dengan apa adanya justru menambah nilai eksotik sekaligus daya tarik tersendiri. Rasa kacang yang mendalam berpadu dengan sensasi rempah yang menggoda menjadikan setiap sendokannya penuh kehangatan, seperti pelukan dari cita rasa tanah kelahiran sendiri.
Kenyal dan Licin
Mie Lendir disajikan dengan mi kuning yang kenyal dan licin, dilengkapi dengan tauge rebus yang segar, potongan telur rebus yang dibelah dua atau empat, serta taburan bawang goreng dan seledri yang harum.
Beberapa penjual menambahkan irisan cabai rawit segar di atasnya untuk menambah sensasi pedas yang menyengat, sementara sebagian lain menyajikannya dengan tambahan kerupuk sebagai pelengkap kriuk yang kontras dengan kuahnya yang kental.
Perpaduan rasa dan tekstur ini menjadikan Mie Lendir tidak hanya enak, tetapi juga memberikan pengalaman makan yang kaya dan kompleks lembut, gurih, pedas, sedikit manis, dengan aroma kacang yang kuat.
Meski sederhana dalam tampilan dan bahan, Mie Lendir adalah hasil dari perpaduan budaya, iklim, dan selera lokal yang berkembang dalam konteks geografis dan sejarah Kepulauan Riau. Ia adalah bukti bahwa makanan rakyat tidak perlu tampil mewah untuk bisa membekas dalam ingatan lidah siapa pun yang mencobanya.
Lebih dari sekadar makanan, Mie Lendir juga merepresentasikan kebersahajaan dan kehangatan masyarakat Melayu pesisir. Ia sering kali dijajakan di warung-warung sederhana di pagi atau siang hari, menjadi menu sarapan favorit sebelum memulai aktivitas, atau pilihan makan siang yang mengenyangkan dan penuh cita rasa.
Harga yang terjangkau membuatnya mudah diakses oleh semua kalangan, dari pelajar hingga pekerja kantoran, dari nelayan hingga pedagang pasar. Mie Lendir bukanlah kuliner elitis yang hanya disajikan dalam restoran mewah, ia adalah milik semua orang, bagian dari denyut hidup masyarakat Riau yang membumi dan apa adanya.
Dalam setiap semangkuk Mie Lendir, terkandung nilai keakraban, kebersamaan, dan keberlanjutan tradisi kuliner yang terus hidup di tengah arus modernisasi. Tak heran jika mereka yang pernah mencicipinya, baik warga lokal maupun wisatawan, sering merasa rindu untuk kembali merasakan sensasi unik yang hanya bisa ditemukan di Kepulauan Riau ini.
Penulis: Belvana Fasya Saad