Liputan6.com, Jakarta Bursa saham Asia-Pasifik melemah pada hari Rabu, mengikuti penurunan Wall Street setelah Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan bahwa harga ekuitas dinilai cukup tinggi.
Powell juga mengisyaratkan bahwa jalur pemotongan suku bunga tidak jelas dan bahwa bank sentral menghadapi situasi yang menantang.
Indeks saham ASX/S&P 200 Australia turun 0,61%. Indeks acuan Nikkei 225 Jepang turun 0,33%. Sementara Topix turun 0,35%. Indeks saham Kospi Korea Selatan turun 0,11%, sementara Kosdaq berkapitalisasi kecil diperdagangkan 0,39% lebih rendah.
Indeks saham Hang Seng Hong Kong diperkirakan dibuka lebih tinggi, dengan kontrak berjangkanya terakhir diperdagangkan pada 26.188 terhadap penutupan indeks sebelumnya pada 26.159,12.
Australia akan merilis data inflasi untuk bulan Agustus nanti.
Di Amerika Serikat, tiga indeks utama ditutup melemah. S&P 500 berhenti sejenak dari penguatannya baru-baru ini karena keraguan tentang keberlanjutan tren bullish kecerdasan buatan membuat investor khawatir.
Indeks saham umum ditutup melemah 0,55% ke level 6.656,92 setelah mencapai rekor tertinggi intraday baru di awal sesi dan mencatat rekor penutupan pada hari Senin. Nasdaq Composite turun hampir 1% dan ditutup di level 22.573,47, dipimpin oleh perusahaan-perusahaan AI seperti Nvidia, Oracle, dan Amazon. Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 88,76 poin, atau 0,19%, ke level 46.292,78.
IHSG Kemarin
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencetak rekor tertinggi pada perdagangan Selasa, (23/9/2025). Kenaikan IHSG terjadi di tengah transaksi harian saham sentuh Rp 31,7 triliun dan mayoritas sektor saham menghijau.
Mengutip data RTI, IHSG hari ini ditutup melambung 1,06% ke posisi 8.125,20. Indeks saham LQ45 bertambah 0,83% ke posisi 810,58. Seluruh indeks saham acuan menghijau.
Pada perdagangan Selasa pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 8.125,20 dan terendah 8.039,94. Sebanyak 395 saham menguat sehingga angkat IHSG. Namun, 252 saham melemah dan 157 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan 2.496.058 kali dengan volume perdagangan 61,5 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 31,7 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.658.
Transaksi harian saham yang signifikan itu didorong transaksi saham EMAS dan NCKL di pasar negosiasi. Tercatat di pasar negosiasi, transaksi saham EMAS tembus Rp 7,1 triliun.
Saham EMAS ditutup stagnan di posisi Rp 2.880 per saham dengan total frekuensi perdagangan 665 kali. Total volume perdagangan 24.729.743 saham. Di pasar negosiasi, harga saham EMAS berada di level tertinggi Rp 5.500 dan terendah Rp 2.000 per saham.
Sektor Saham
Sementara itu, saham NCKL ditransaksikan senilai Rp 2 triliun dengan total frekuensi perdagangan sebanyak satu kali. Saham NCKL ditransaksikan dengan volume perdagangan 20.479.890 saham. Di pasar negosiasi, saham NCKL ditransaksikan di posisi tertinggi dan terendah Rp 1.000 per saham.
Dari 11 sektor saham, sektor saham teknologi turun 0,05%. Sementara itu, sektor saham basic melonjak 2,84%, dan catat penguatan terbesar. Sektor saham energi menanjak 2,27%, sektor saham properti menguat 2,2%.
Lalu sektor saham consumer nonsiklikal mendaki 2,11%, sektor saham transportasi melambung 1,96%, sektor saham industri bertambah 1,47%. Kemudian sektor saham consumer siklikal naik 0,82%, sektor saham kesehatan menguat 0,80%, sektor saham keuangan mendaki 0,73%, dan sektor saham infrastruktur mendaki 0,37%.
Analis PT MNC Sekuritas menuturkan, secara teknikal, pergerakan IHSG masih relatif uptrend seperti yang disampaikan pada report teknikal pada pagi ini, di mana area penguatan di 8098 sudah tercapai.
"Dari sisi sentimen sendiri, penguatan IHSG hari ini didorong oleh emiten berbasis Basic Material, di mana emiten emas terdorong oleh penguatan harga komoditasnya, disusul oleh Property yang juga menguat didorong oleh adanya pemangkasan suku bunga,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Secara global, investor akan menantikan langkah selanjutnya dari The Fed apakah akan tetap mempertahankan dovishnya sembari mencermati dari sisi inflasi.