Kota Pontianak Menari Tanpa Bayangan, Fenomena Kulminasi Matahari yang Pikat Dunia

3 weeks ago 26

Liputan6.com, Pontianak - Langit Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) siang itu seperti kanvas biru tanpa cela. Matahari menancap tegak di atas Tugu Khatulistiwa, meniadakan bayangan apa pun.

Ditengah panas yang menempel seperti beludru, ratusan pasang mata menunggu momen yang hanya dua kali setahun menghampiri kulminasi matahari pesona tanpa bayangan yang membuat siapa pun terdiam, lalu tersenyum.

Di antara kerumunan, Max, pemuda 20 tahun asal Berlin Jerman ini berdiri kagum.

"Semua orang ramah, makanannya enak sekali," ucap Max sambil menyeka peluh.

Ia tak sekadar turis. Ia adalah saksi dari tarian alam yang jarang terjadi. Bersama dosennya Esie Hanstein, Max menapaki garis khatulistiwa seperti menapaki sejarah yang disulam matahari.

Warisan Harus Dirawat

Kulminasi bukan sekadar fenomena astronomi. Ia sudah menjelma magnet wisata Pontianak, mempertemukan tamu dari berbagai benua. Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono, memandangnya sebagai warisan yang harus dirawat.

"Pontianak dianugerahi fenomena alam yang tak dimiliki kota lain," ucap Edi pada Selasa 23 September 2025.

Pemerintah kota pun menyiapkan langkah berani memperluas kawasan Tugu Khatulistiwa, menambah daya tarik wisata, dan menguatkan branding 'Kota Khatulistiwa'.

Setiap Maret dan September, kawasan ini berubah jadi panggung seni lomba mewarnai, olahraga tradisional, hingga musik tepi sungai. Semua tersusun sebagai simfoni untuk menyambut matahari.

RESEP NASI TELUR PONTIANAK - Nasi Telur Yang Nge Hitz Banget - ASMR COOKING #7

Nadi Ekonomi Tumbuh

Bagi Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kalimantan Barat, kulminasi adalah bukti pariwisata daerah menanjak.

Kepala Dinas Windy Prihastari menyebut, lonjakan kunjungan wisatawan nusantara 73 persen pada 2024 dan wisatawan mancanegara 20 persen sebagai sinyal positif.

"Momentum ini harus masuk Karisma Event Nusantara," terang Windy.

Ia menilai jalur penerbangan internasional kian membuka peluang. Hotel, restoran, dan UMKM pun memetik hasil.

Setiap pengunjung membawa cerita, foto, dan rasa ingin kembali. Dari tepian Kapuas hingga sudut warung kopi, ekonomi kreatif berdenyut seiring bayangan yang hilang.

Ciri Identitas Kota

Diana Tobias, mahasiswa Humboldt ZU Berlin Jerman juga larut dalam magis kulminasi.

"Ini pengalaman yang tak terlupakan. Secara ilmiah menarik, secara budaya memikat," ujarnya.

Dimatanya, Pontianak bukan sekadar kota di peta, tapi titik nol yang memeluk dunia.

Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menambahkan sentuhan legenda.

"Konon, siapa tiga kali berturut-turut berada di titik nol saat kulminasi akan merasa lima tahun lebih muda," ucapnya sambil tersenyum.

Sebuah cerita yang menambah aura mistik di balik peristiwa ilmiah, membuat wisatawan menunggu giliran meremajakan diri.

Bukan Sekadar Festival

Pontianak, yang lahir pada 23 Oktober 1771, terus menata dirinya. Pemerintah setempat kini berdialog dengan TNI AD untuk memperluas area Tugu Khatulistiwa agar menjadi destinasi wisata unggulan dunia.

Data kunjungan mencatat lebih dari 50 ribu orang memasuki kawasan itu hingga Agustus 2025, dan angka itu terus merangkak naik.

Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kota Pontianak, Rizal Almutaha menegaskan kulminasi adalah sarana edukasi.

"Bukan hanya festival, tetapi pusat pembelajaran," katanya.

Ia percaya Tugu Khatulistiwa bisa menjadi landmark global, menandingi menara-menara ikonik dunia.

Simfoni Tanpa Bayangan

Kala sore merayap, musik tradisi berpadu dengan tawa anak-anak yang baru saja menegakkan telur di lantai marmer. Matahari turun perlahan, bayangan kembali hadir, namun kesan tak memudar.

Kulminasi telah menulis kisah lain tentang Pontianak, kota yang berdiri di garis imajiner bumi, kota yang menolak dilupakan.

Di antara riuh tepuk tangan, wisatawan mancanegara menggenggam sertifikat digital kunjungan Tugu Khatulistiwa simbol bahwa mereka pernah berada di titik nol dunia.

Sebuah tanda bahwa Pontianak bukan hanya persinggahan, tetapi rumah singkat bagi jiwa-jiwa yang mencari keajaiban.

Dan ketika malam menutup tirai, langit kembali bersinar penuh bintang. Bayangan kembali setia, tapi kenangan tentang siang tanpa bayangan tinggal abadi.Pontianak menari dalam ingatan, memantulkan cahaya matahari yang pernah tegak lurus, menghadirkan kekaguman yang tak pudar.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |