Liputan6.com, Jakarta Proses evakuasi bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, yang ambruk pada Senin (29/9/2025) kemarin terus dilakukan. Kondisi terkini di lokasi, tim penyelamat sudah mendekati lapisan lantai dasar bangunan yang rubuh.
"Kalau lapisan paling bawah sudah terbuka, mudah-mudahan bisa terlihat korban lainnya untuk segera dievakuasi,” kata Kepala Basarnas Surabaya, Nanang Sigit, saat konferensi pers di Posko SAR gabungan, Sidoarjo, Jawa Timur, dikutip dari Antara, Jumat (3/10/2025).
Menurut Nanang, jika lapisan paling bawah bisa benar-benar dibuka, maka harapan menemukan korban yang diperkirakan berada di lantai dasar lebih besar. Sejauh ini baru tiga lantai bangunan musala yang runtuh dan tersisa satu lantai yang belum sepenuhnya terbuka.
"Mudah-mudahan pembersihan hari ini bisa lebih cepat sehingga korban dapat segera ditemukan dan dievakuasi," tuturnya.
Polda Jatim mengerahkan tim Disaster Victim Identification (DVI) untuk membantu evakuasi dan identifikasi korban runtuhnya bangunan mushala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, pada Senin (29/9).
Fokus Evakuasi Jenazah
Di kesempatan yang sama, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto, menjelaskan hasil asesmen terakhir menunjukkan tidak lagi ada tanda-tanda kehidupan di bawah reruntuhan. Oleh karena itu, operasi SAR kini berfokus pada evakuasi jenazah.
Data yang tercatat oleh Basarnas, sebanyak 22 korban runtuhnya musala Ponpes Al Khoziny telah dievakuasi dan sembilan di antaranya dinyatakan meninggal dunia.
Dari sembilan korban meninggal, tiga korban dievakuasi ke RSI Siti Hajar Sidoarjo, dua korban di RSUD Notopuro Sidoarjo dan empat lainnya dievakuasi di RS Bhayangkara Surabaya.
Adapun data korban meninggal yakni atas nama Maulana Alfan lbrahimavic (13), Mochammad Mashudulhaq (14), Muhammad Soleh (22), Rafi Catur Okta Mulya (17), M. Agus Ubaidillah (14).
Sedangkan empat korban lainnya yang ditemukan Jumat (3/10) hingga pukul 11.34 WIB, masih dalam proses identifikasi di Pos Mortem RS Bhayangkara Surabaya.
Pencarian Korban Libatkan 400 Personel SAR Gabungan
Sejak operasi SAR dilaksanakan, total 400 personel gabungan dikerahkan. Mulai dari Basarnas, TNI-Polri, BPBD, PMI, relawan, dan berbagai instansi terkait. Mereka bekerja siang dan malam selama 24 jam dalam operasi pencarian korban dibantu alat pendeteksi korban hingga alat berat untuk evakuasi jenazah.
"Lebih dari 400 personel tim SAR gabungan bekerja siang dan malam selama 24 jam,” kata Kepala BNBP, Suharyantot.
Adapun peralatan canggih yang dipakai untuk mencari korban yakni cam flexible Olympus, Xaver 400 wall scanner, hingga multi search leader. BNPB juga mengerahkan dukungan logistik dan peralatan, termasuk 200 kantong jenazah, 250 set alat pelindung diri, serta alat berat berupa crane, excavator breaker, dump truck, hingga mobil ambulans.
Keluarga Menunggu, Berharap Ada Keajaiban
Pantauan di lokasi, sejumlah warga dan keluarga korban runtuhnya musala Ponpes Al Khoziny, masih memadati pos SAR gabungan untuk melihat data kondisi terkini hasil evakuasi.
Sedangkan warga yang tinggal tidak jauh dari Ponpes Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, turut membantu petugas, relawan, keluarga korban hingga jurnalis dengan menyediakan air minum, buah-buahan, cemilan hingga makanan gratis.