Kompang Bengkalis, Irama Tradisi yang Mengakar di Tanah Riau

5 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Kompang merupakan salah satu alat musik tradisional yang begitu kental dengan budaya Melayu dan telah menjadi bagian penting dari warisan seni di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.

Alat musik Kompangterbuat dari bahan-bahan sederhana namun memiliki nilai estetika dan spiritual yang tinggi, yakni kulit hewan biasanya kambing yang dibentangkan pada bingkai kayu bundar.

Meskipun tampak sederhana, kompang menyimpan kedalaman makna dan fungsi yang sangat kompleks dalam kehidupan masyarakat Melayu, terutama dalam konteks adat dan sosial. Di Bengkalis, hampir setiap kampung memiliki kelompok kompang masing-masing.

Bahkan dalam satu desa, tidak jarang terdapat lebih dari satu grup kompang, yang masing-masing terdiri dari sekitar 12 orang pemain. Keberadaan banyak kelompok ini menunjukkan betapa pentingnya kompang tidak hanya sebagai alat hiburan, tetapi juga sebagai simbol kebersamaan dan jati diri kolektif masyarakat setempat.

Tradisi ini terus hidup dan diwariskan dari generasi ke generasi, mencerminkan kekuatan budaya lokal yang tetap bertahan meskipun arus modernisasi terus mengalir.

Keunikan kompang Bengkalis terletak pada cara permainannya yang harmonis dan penuh semangat. Setiap pemain kompang tidak hanya bertugas memukul alat musik tersebut, tetapi juga harus mampu menjaga irama dan sinkronisasi dalam kelompok.

Biasanya, permainan kompang diiringi dengan nyanyian atau lantunan syair-syair berbahasa Melayu yang sarat dengan nilai-nilai keagamaan dan nasihat moral. Ini menjadikan pertunjukan kompang sebagai media dakwah dan penyebaran nilai-nilai luhur, bukan sekadar pertunjukan seni belaka.

Syair-syair yang dibawakan pun seringkali mengangkat tema-tema islami, kehidupan sehari-hari, atau peristiwa adat seperti pernikahan, khitanan, dan upacara menyambut tamu kehormatan.

Simak Video Pilihan Ini:

Polantas Pemalang Blusukan ke Perkampungan, Distribusi Bersih

Semangat Kebersamaan

Dalam konteks ini, kompang bukan hanya alat musik, melainkan juga jembatan budaya yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, serta mempererat tali silaturahmi antarwarga desa. Kehadirannya pada momen-momen penting masyarakat membuktikan bahwa kompang memainkan peran yang sangat vital dalam menjaga keharmonisan sosial dan memperkuat identitas budaya masyarakat Bengkalis.

Selain itu, eksistensi kompang di Bengkalis juga memperlihatkan bagaimana sebuah seni tradisi bisa menjadi simbol resistensi terhadap homogenisasi budaya global.

Di tengah gempuran budaya populer yang cenderung mengikis nilai-nilai lokal, masyarakat Bengkalis justru semakin menegaskan keberadaan kompang sebagai alat musik khas yang tak tergantikan. Banyak sekolah, sanggar seni, bahkan lembaga pemerintahan setempat yang turut serta melestarikan kompang melalui pelatihan rutin, festival, serta perlombaan antar grup kompang.

Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, upaya digitalisasi dan promosi melalui media sosial mulai dilakukan untuk memperkenalkan kompang ke tingkat nasional bahkan internasional. Ini menjadi bukti bahwa kesenian tradisional pun dapat berkembang dan menyesuaikan diri dengan zaman tanpa kehilangan ruh dan nilai-nilai aslinya.

Kompang bukan hanya tentang suara yang dihasilkan, tetapi tentang jiwa kolektif sebuah komunitas yang menyatu dalam ritme, dalam semangat kebersamaan, dan dalam kekuatan warisan budaya yang terus dijaga dan dirayakan bersama.

Dari satu tangan ke tangan lainnya, dari satu generasi ke generasi berikutnya, kompang terus berbunyi menggetarkan tidak hanya telinga, tetapi juga hati mereka yang mendengarnya.

Selama masih ada suara kompang yang menggema di desa-desa Bengkalis, selama itu pula denyut budaya lokal tetap berdetak, menandakan bahwa warisan nenek moyang masih hidup dan akan terus diwariskan untuk masa depan yang lebih bermakna.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |