Liputan6.com, Jakarta - Kabar pilu dialami Emalia (55), seorang ibu asal Cisaat, Sukabumi. Ia harus menelan kenyataan pahit bahwa putrinya, Reni (25), menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) ke China. Ironisnya, Reni bahkan dipaksa menikah sebelum diberangkatkan.
Emalia menceritakan, awalnya ia mengetahui Reni akan bekerja di sebuah pabrik sepatu di Cikembar, Sukabumi. Namun, setelah tiga bulan berlalu, Reni tak kunjung pulang.
"Waktu itu dia telepon, 'Doain saja bu biar saya bisa pulang'. Kata-kata itu aneh, kenapa harus didoakan untuk pulang dari Cikembar? Saya mulai curiga," ujar Emalia, saat ditemui di kediamannya, di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi, Jumat (19/9/2025).
Kecurigaan Emalia semakin kuat setelah ia berbicara dengan adiknya. Keberangkatan Reni yang tanpa pamit membuat Emalia sangat terkejut.
"Adik saya bilang ada kemungkinan Reni ke luar negeri. Dulu Reni pernah bilang mau ke Jepang, tapi saya melarang. Saya bilang kerja di Sukabumi saja. Tiba-tiba dia sudah ada di sana (China)," tuturnya dengan nada bergetar.
"Saya kaget, semalaman nggak bisa tidur," kenangnya.
Bergantung Hidup pada Reni
Untuk menyambung hidup, Emalia bekerja sebagai pembungkus kue ali. Setiap hari, ia harus berjalan kaki satu jam dari rumahnya di Cikiray, Cisaat, ke pabrik kue.
Ia memulai pekerjaannya pukul 8 pagi dan selesai pukul 4 sore, empat kali dalam seminggu.
"Pendapatan saya paling hanya Rp 50 ribu, itu pun hanya cukup untuk makan dan membeli sabun sehari-hari," ungkapnya.
Selama ini, uang sewa kontrakan Emalia dibantu oleh Reni. Selain Reni, Emalia juga harus mengurus anak sulungnya yang sedang sakit. "Kakaknya sakit, Reni juga bantu biayanya," kata Emalia.
Emalia tidak bisa membayangkan jika Reni tidak bisa kembali. Ia tahu, setelah Reni pergi, ia harus bekerja lebih keras lagi. "Ya pasti saya akan terus bekerja. Kalau nggak kerja, dari mana saya bisa makan?”
Setiap kali berjalan kaki ke pabrik, hati Emalia terus memikirkan putrinya.
"Saya suka hitung jam, nggak terasa sudah jalan satu jam. Walaupun sekarang lagi bicara, saya terus ingat ke anak," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
"Saya hanya berharap Reni cepat pulang dan selamat," ucapnya dengan penuh harap, seraya memohon bantuan pemerintah agar memulangkan putrinya.
Kronologi Reni Ada di China
Pencarian RR (23) gadis asal Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi akhirnya menemui titik terang setelah dua bulan hilang kontak. Menurut SG, saksi sekaligus pihak keluarga, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) menginformasikan, RR tidak berada di Xiamen seperti yang sempat diberitakan, melainkan di Guangzhou, China.
"KJRI tadi sore menginformasikan, dia bilang sudah menemukan RR di Guangzhou dan sudah ditemui oleh kepolisian China," ungkap SG, Kamis (18/9/2025).
Sebelum dibawa ke China, RR sempat disekap selama dua minggu di sebuah rumah di Bogor. Di sana, kata SG, dokumen keberangkatannya diproses dan skenario pernikahan palsu dengan pria China itu dibuat.
"RR bercerita, di ruang tamu rumah ada banyak orang. Lalu datang orang yang diduga penghulu dan bertanya di mana orang tua RR. Kemudian ditunjuklah seorang pria, padahal itu semua orang bayaran," jelasnya.
Setelah itu, orang-orang tersebut menghubungi pria asal China melalui panggilan video, lalu RR langsung dinikahkan.
Setelah disekap, RR dibawa ke Jakarta dan diterbangkan ke China. Setibanya di bandara, ia langsung diserahkan kepada pria yang mengaku sebagai suaminya.
Keluarga baru mengetahui RR berada di China setelah dua bulan hilang kontak. Salah satu ponsel RR disita, namun RR berhasil menyembunyikan ponsel lainnya.
"Kan RR itu punya dua HP, yang satunya diambil oleh mereka supaya menutup komunikasi, nah RR pintar, disembunyikan HP satunya lagi, dari situlah RR bisa komunikasi ketika sudah dua bulan di China," ungkapnya.
Melalui ponsel itulah ia bisa berkomunikasi diam-diam dengan SG dan menceritakan semua yang dialaminya, mulai dari tawaran kerja palsu hingga disekap dan dipaksa menikah.