Liputan6.com, Jakarta Ratusan pelajar di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengalami gejala keracunan usai menyantap makan bergizi gratis pada Rabu (24/9). Korban terbanyak murid-murid dari SMK Karya Perjuangan Cipongkor, Raudhatul Athfal (RA) Miftahul Falah, Madrasah Tsanawiyah (MTS) Manarul Huda, yang berada di satu yayasan.
Kepala Sekolah SMK Karya Perjuangan, Jafar mengatakan, 89 orang dari total 334 pelajar di tiga sekolah itu diduga keracunan usai menyantap MBG. Rinciannya, sebanyak 62 orang mendapat penanganan di Puskesmas Cipongkor, 9 orang di RSUD Cililin, 1 orang di RS Permata, 6 orang di RSIA, 1 orang di Puskesmas Cililin, 1 orang di RS Kawaluyaan, dan 2 orang di RS Hermina.
"Ada 89 kemarin yang mengalami dugaan keracunan itu," katanya.
Kasus keracunan makanan menimpa ratusan pelajar di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Dinas Kesehatan mencatat ada sekitar 150 siswa mengalami gejala keracunan.
Kronologi Siswa Mulai Alami Keracunan
Kejadian keracunan pertama kali diketahui saat dua orang siswa SMK mengembalikan nampan MBG lebih dulu ketimbang siswa lainnya. Dua siswa itu sambil mengeluhkan pusing.
"Pertama kali itu jam 09.40 WIB kami kasihkan, makan di ruang kelasnya, ada yang mengembalikan omprengnya lebih awal dan dia bilang ‘Pak, ini mah keracunan’," ungkap Jafar.
Siswa tersebut kemudian membeli minum dengan harapan pusing yang dialaminya mereda. Tetapi ternyata tidak. Keringat siswi tersebut malah terus mengalir.
"Saya antisipasi bikin teh manis," katanya.
Beberapa saat kemudian, siswa lainnya juga mengeluhkan gejala serupa.
Melihat gejala serupa yang dialami banyak siswa, Jafar segera berkoordinasi dengan pihak dapur Neglasari Cipongkor yang mendistribusikan MBG ke sekolah tersebut.
"Dari dua siswa itu, beberapa siswa lainnya pun mengalami gejala yang sama. Kemudian datang beberapa ambulans ke sekolah dan barulah terjadi itu ada muntah dan lain-lain," kata dia.
Sebelumnya Tak Ada Kejanggalan
Jafar tak menyangka insiden keracunan juga terjadi di sekolahnya. Selama satu bulan program ini berjalan, tak ada kejanggalan dalam penyajian MBG kepada para siswa.
Terlebih, ia sempat membaca pemberitaan terkait peningkatan aktualitas pendistribusian dan menjaga higienitas santapan yang dibagikan.
"Artinya kami selaku kepala sekolah tidak masalah, (mendukung program pemerintah). Dan saya lihat ada guru yang melihat terus makan, sampai sekarang sehat," ucap dia.
Jadi Sasaran Amarah Orang Tua
Setelah peristiwa keracunan ini, Jafar mengakui jadi sasaran protes orang tua siswa. Dia sempat kewalahan menghadapinya.
"Saya sebagai kepala sekolah beban. Saya dimarahin orang tua, sampai-sampai saya ditunjuk. Katanya bapak itu tahu, keracunan (di hari Senin sampai selasa kemarin banyak keracunan. Kenapa hari kemarin diberikan ke siswa lagi MGB nya), saya bingung harus bilang apa," kata dia.
Dia berharap ada evaluasi menyeluruh setelah rentetan kasus keracunan MBG. Kemudian, semua pihak yang terlibat dapat duduk bersama mencari jalan keluar masalah ini, termasuk orang tua siswa.
"Saya sebagai kepala sekolah mintanya di evaluasi, keselamatan anak-anak nomor satu. Saya setuju saja dananya di kesiswakan atau ke orang tua siswa. Atau dipilih siapa. Kalau mau di lanjut Dinas Pendidikan dan BGN duduk bersama terus perwakilan orang tua. Karena saya yakin, kalau ini dikasih lagi anak enggak mau makan," katanya.
Reporter: Robby Bouceu/merdeka.com