Liputan6.com, Jakarta- Kapolda Jatim Irjen Pol Nanang Avianto menegaskan komitmen menindak tegas pihak yang lalai dalam proses pembangunan. Dia memastikan penegakan hukum tetap berjalan atas tragedi ambruknya musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, yang menelan korban jiwa.
"Setiap orang memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum. Oleh karena itu, siapa pun yang terbukti bertanggung jawab akan dimintai pertanggungjawaban hukum sesuai ketentuan yang berlaku,” ujar Nanang, Rabu (8/10).
Untuk itu, Nanang menginstruksikan seluruh jajaran kepolisian di wilayahnya untuk melakukan pendataan dan pengecekan menyeluruh terhadap bangunan pondok pesantren (ponpes).
"Langkah ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi agar peristiwa ambruknya bangunan tidak kembali terjadi di lingkungan pendidikan keagamaan," ucapnya.
Pembangunan Ponpes Harus Sesuai Standar Kelayakan
Nanang menegaskan, pembangunan apa pun, termasuk pondok pesantren, harus memiliki perencanaan dan pengawasan yang matang. Dia mengaku prihatin masih adanya pondok-pondok yang tidak memenuhi standar konstruksi yang layak.
"Kami menegaskan bahwa pembangunan apa pun harus memiliki perencanaan dan pengawasan yang matang agar kejadian serupa tidak terulang. Dari sekian banyak bangunan, masih ditemukan sejumlah pondok yang tidak memenuhi standar konstruksi, dan hal ini sangat memprihatinkan,” ucapnya.
Menurutnya, keselamatan santri dan masyarakat menjadi prioritas utama. Karena itu, Polda Jatim akan melakukan pendataan dan pengecekan ulang terhadap seluruh bangunan pondok pesantren yang ada di Jawa Timur.
“Langkah ini akan kami lakukan bersama pemerintah daerah, Satpol PP, dan tim ahli untuk melakukan risk assessment atau penilaian risiko terhadap kelayakan bangunan. Jika ditemukan gedung yang tidak layak, maka akan dilakukan perbaikan atau penutupan sementara,” ujar Nanang.
Pengusutan Kasus Ponpes Ambruk Dijamin Transparan
Nanang menambahkan, pihaknya menjunjung tinggi prinsip bahwa Indonesia adalah negara hukum. Karena itu, seluruh proses pemeriksaan dan penindakan akan dilakukan secara transparan dan sesuai prosedur yang berlaku.
Dia juga berharap semua pihak, baik pengelola pondok, pemerintah daerah, maupun masyarakat, dapat berperan aktif dalam memastikan setiap bangunan pendidikan keagamaan memenuhi standar keselamatan konstruksi.
"Kami berharap seluruh pihak memperbaiki sistem perencanaan dan pengawasan agar keselamatan santri dan masyarakat terjamin,” ucapnya.
63 Jenazah Ditemukan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengumumkan hasil dari upaya pencarian korban dan pembersihan puing ambruknya Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur. Diperkirakan seluruh korban meninggal dunia telah berhasil ditemukan.
“Kita telah temukan seluruh jenazah yang hilang, walaupun ini baru bersifat perkiraan. Diperkirakan kemarin ada 63 jenazah yang tertimbun dalam reruntuhan bangunan Ponpes, dan sekarang di area tersebut sudah rata dengan tanah, dan sangat kecil kemungkinan masih ada jenazah di situ,” tutur Deputi 3 Tanggap Darurat BNPB Budi Irawan saat konferensi pers, Selasa (7/10/2025).
"Yang diketemukan adalah 61 jenazah dalam bentuk yang utuh, kemudian ada tujuh body part, dari perkiraan kita 63, dimungkinkan, sekali lagi dimungkinkan," sambungnya.
Usai temuan tersebut, Tim Disaster Victim Identification (DVI) akan melakukan identifikasi dan memberikan kepastian keseluruhan jenazah, khususnya tujuh temuan bagian tubuh apakah berdiri sendiri atau malah melebihi perkiraan 63 korban meninggal dunia.
“Jadi saya ulangi lagi Alhamdulillah sekarang sudah rata Ponpes-nya, Kemudian diketemukan 61 ya, 61 (korban meninggal) berarti masih kurang dua dari perkiraan korban yang kita sampaikan terdahulu,” jelas dia.
104 Korban Selamat
Upaya pencarian dan pertolongan (Search and Rescue/SAR) terhadap korban runtuhan musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, masih terus dilakukan. Hingga Senin, 6 Oktober 2025 pukul 22.45 WIB, jumlah korban meninggal dunia bertambah menjadi 61 orang, setelah tim menemukan 12 jenazah tambahan.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan, dari total korban meninggal dunia, sebanyak 17 jenazah telah berhasil diidentifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI).
"Seluruh jenazah itu sudah diserahkan kepada pihak keluarga atau wali santri untuk dimakamkan sesuai ketentuan yang berlaku," kata Muhari dalam keterangannya, Selasa (7/10/2025).
Data terkini yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dari Posko Penanganan Darurat menunjukkan, jumlah keseluruhan korban terdampak mencapai 167 jiwa. Dari jumlah tersebut, 165 orang dan tujuh potongan tubuh telah ditemukan.
Secara rinci, terdapat 104 korban selamat, dengan rincian 4 orang telah selesai menjalani perawatan, 99 orang masih dirawat, dan 1 orang tidak memerlukan perawatan medis.
Sementara itu, berdasarkan daftar absensi pondok pesantren, dua santri masih dinyatakan hilang.
"Selain korban jiwa, tim SAR gabungan juga menemukan tujuh potongan bagian tubuh manusia yang saat ini telah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya untuk proses identifikasi lebih lanjut," ujarnya.
Dia menjelaskan, proses pembersihan puing-puing bangunan empat lantai tersebut terus dilakukan dengan bantuan alat berat.
"Kegiatan difokuskan pada sektor A1 dan A2 dengan tetap mengedepankan kehati-hatian, mengingat arah reruntuhan terhubung dengan bangunan lama di sisi sebelahnya," pungkasnya.