Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat pada perdagangan Rabu (9/7/2025). IHSG hari ini akan bergerak ke posisi 6.992-7.050.
IHSG naik 0,05% ke posisi 6.904 disertai dengan ada peningkatan volume pembelian, tetapi pergerakannya masih cenderung konsolidasi dalam jangka pendek pada perdagangan Selasa, 8 Juli 2025.
"Kami perkirakan pada skenario terbaiknya, posisi IHSG sedang berada pada bagian dari wave (b) dari wave [b] sehingga IHSG masih berpeluang menguat setidaknya ke rentang 6.992-7.050 pada label hitam,” ujar Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana.
Ia mengingatkan untuk mewaspadai label merah di mana IHSG akan menguji 6.582-6.721. Herditya mengatakan, IHSG akan berada di level support 6.824,6.752 dan level resistance 6.994,7.085 pada Rabu pekan ini.
Sementara itu, dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, IHSG berpotensi menguat terbatas dengan level support dan level resistance 6.810-6.960. “Potensi koreksi menghantui, hati-hati,” demikian seperti dikutip dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas.
Untuk rekomendasi saham hari ini, PT Pilarmas Investindo Sekuritas memilih saham PT Sentul City Tbk (BKSL), PT Darma Henwa Tbk (DEWA), dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA).
Sedangkan Herditya memilih saham PT Avia Avian Tbk (AVIA), PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Co Tbk (ULTJ).
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Rekomendasi Teknikal
Berikut rekomendasi teknikal dari MNC Sekuritas:
1.PT Avia Avian Tbk (AVIA) - Spec Buy
Saham AVIA menguat 1,38% ke 440 disertai dengan munculnya volume pembelian, tetapi penguatannya masih tertahan oleh MA20. "Kami perkirakan, posisi AVIA saat ini sedang berada di awal wave [c] dari wave B, sehingga AVIA berpeluang melanjutkan penguatannya," ujar Herditya.
Spec Buy: 432-436
Target Price: 450, 468
Stoploss: below 424
2.PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA) - Buy on Weakness
Saham JPFA menguat 3,65% ke 1.560 disertai dengan adanya peningkatan volume pembelian, penguatannya pun mampu menembus MA20. "Kami perkirakan, posisi JPFA saat ini sedang berada pada bagian awal dari wave 1 dari wave (3)," kata dia.
Buy on Weakness: 1.485-1.530
Target Price: 1.605, 1.700
Stoploss: below 1.440
3.PT Jasa Marga Tbk (JSMR) - Spec Buy
Saham JSMR menguat 0,28% ke 3.600 dan masih didominasi oleh volume pembelian. Herditya menuturkan, selama masih mampu berada di atas 3,560 sebagai stoplossnya, posisi JSMR saat ini diperkirakan berada di awal wave [i] dari wave C.
Spec Buy: 3.580-3.610
Target Price: 3.720, 3.820
Stoploss: below 3.560
4.PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Co Tbk (ULTJ) - Buy on Weakness
Saham ULTJ menguat 0,77% ke 1.310 dan disertai dengan munculnya volume pembelian. "Kami perkirakan, posisi ULTJ saat ini berada pada bagian awal dari wave (A) dari wave [B], sehingga ULTJ masih berpeluang melanjutkan penguatannya," kata dia.
Buy on Weakness: 1.280-1.300
Target Price: 1.395, 1.475
Stoploss: below 1.270
Sentimen Tarif
Sentimen terkait tarif masih membayangi. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuturkan akan mengenakan tarif 50% untuk impor tembaga. Dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, hal itu akan berdampak besar pada rantai pasokan global, apabila tarif itu dikenakan setinggi itu.
"Tarif sebesar 50% akan sama dengan tarif terhadap baja dan aluminium dengan tujuan untuk kembali menghidupkan kembali produksi dari Amerika Serikat,” demikian seperti dikutip.
Namun, hal ini akan sangat berdampak terhadap pabrik di Amerika Serikat karena tergantung terhadap persediaan dari luar negeri karena kebutuhan Amerika Serikat baru tercukupi setengahnya.
"Apa yang dilakukan Trump, sebetulnya hanya akan menguntungkan China, karena peran China yang juga besar dalam industri tembaga,” demikian seperti dikutip.
Selain itu, apabila tarif langsung dikenakan, produsen tembaga Amerika Serikat akan menghadapi kekurangan pasokan secara signifikan terutama jangka pendek dan menengah. “Mengapa demikian? Karena produksi yang ada saat ini tidak mampu meningkat dengan cepat untuk mengisi pasokan yang sudah habis sebelumnya,” demikian seperti dikutip.
Saham Terkait Tembaga
Hal ini tentu saja berpotensi mengakibatkan langkanya pasokan dan kembali mendorong harga komoditas mengalami kenaikan. Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick menuturkan kajian sudah diselesaikan, tinggal menunggu Trump membuat keputusan terkait hal itu.
"Apalagi seperti yang kita ketahui, tembaga merupakan salah satu komoditas sentral karena mulai dari elektronik hingga mobl dan konstruksi membutuhkan tembaga,” demikian seperti dikutip.
Dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan negara yang paling merasakan dampak adalah Chili, terutama perusahaan Codelco, ini merupakan perusahaan tambang tembaga terbesar di dunia yang dimiliki pemerintah Chili. Codelco berkontribusi 500.000 metrik ton (MT) dari total 700.000 ton logam yang diimpor oleh Amerika Serikat setiap tahun.
Saat ini Amerika Serikat memakai hampir 1,6 juta ton tembaga pada 2024 menurut data geologi, yang di mana tentu diharapkan hal ini dapat dipertimbangkan dengan seksama. “Saat ini harga tembaga sudah naik hingga 13% di Amerika Serikat. Oleh sebab itu, kita perhatikan saham-saham berbasis tembaga karena mungkin akan mengalami kenaikan seperti MDKA,” demikian seperti dikutip.