Hari Kelam di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo

20 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Siang itu, langit Sidoarjo tampak biasa saja. Awan menggantung tenang di atas langit Pesantren Al Khoziny, salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di kawasan tersebut. Tak ada yang mengira, Senin itu (29/9) akan menjadi hari yang kelam—bukan hanya bagi para santri, tapi juga bagi keluarga besar pesantren yang telah puluhan tahun berdiri kokoh.

Bangunan empat lantai Pondok Pesanteren Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, ambruk, sekitar pukul 15.35 WIB. Sejumlah orang termasuk para santri terjebak dalam reruntuhan.

Kepala Kantor SAR Surabaya selaku SAR Mission Coordinator (SMC) Nanang Sigit mengatakan, kejadian ini bermula saat dilakukan pengecoran di lantai empat sejak pagi.

"Diduga pondasi tidak kuat sehingga bangunan dari lantai empat runtuh hingga lantai dasar," ujarnya.

Sebanyak 2 Tim Rescue Kantor Basarnas Surabaya yang terdiri dari 13 personil dikerahkan menuju Pondok Pesanteren Al-Khoziny.

Tim pertama yang tiba segera melakukan assessment awal di lokasi kejadian. Tim kedua tiba dengan bantuan peralatan tambahan dan tim SAR gabungan langsung melakukan pembukaan akses dengan menggunakan peralatan ekstrikasi.

Bangunan Sempat Goyang Sebelum Ambruk

Saat peristiwa terjadi, para santri yang sedang melaksanakan salat Ashar berjemaah. Menurut pengakuan Wahid, salah satu santri kelas tujuh Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Khoziny, ruang musala di lantai dua tersebut sempat bergoyang sebelum ambruk.

"Ketika masuk rakaat kedua bagian ujung musala ambruk, lalu merembet ke bagian lain gedung," kata Wahid di Sidoarjo.

Merasa ada yang tak beres, Wahid buru-buru menyelamatkan diri dan mengajak santri lain untuk segera keluar gedung.

Dari pengakuannya, para santri yang sedang melaksanakan salat berjamaah tersebut berjumlah lebih dari 100 orang.

Baru Selesai Pengecoran

Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Putra Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, KH Raden Abdus Salam menyebut bangunan tersebut telah selesai menjalani proses pengecoran pada siang hari.

"Proses pengecoran dari pagi, siang sudah selesai," kata Salam kepada awak media di lokasi kejadian, dikutip dari Antara, Senin (29/9/2025).

Gedung ini nantinya akan difungsikan tidak hanya sebagai mushalla di lantai pertama, tetapi juga sebagai balai pertemuan di lantai dua dan tiga.

Selain itu, proses renovasi gedung berjalan sejak beberapa bulan lalu dan bangunan yang ambruk ini merupakan tahapan akhir dari seluruh proses renovasi ponpes.

Salam menduga struktur bangunan ini tidak kuat menopang beban setelah pengecoran, sehingga terjadi musibah tersebut.

Ia menyebutkan pada saat kejadian dirinya tidak sedang berada di lokasi. "Saya tidak ikut mengimami shalat berjamaah Ashar tersebut," kata Salam.

99 Orang Santri Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Dievakuasi dari Reruntuhan, 1 Orang Meninggal

Sebanyak 100 orang santri menjadi korban ambruknya bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Dari jumlah tersebut, 99 orang berhasil diselamatkan. Delapan orang dievakuasi tim SAR gabungan dan 91 orang melakukan evakuasi mandiri setelah kejadian. Sementara itu, satu orang dilaporkan meninggal dunia.

"Hingga Selasa dini hari tadi, tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi delapan orang korban dalam kondisi selamat dari reruntuhan," ujar Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya, Nanang Sigit, selaku SAR Mission Coordinator (SMC), Selasa (30/9).

Nanang menjelaskan bahwa tujuh korban pertama ditemukan dan dievakuasi pada Senin 29 September kemarin malam. Korban pertama berhasil diselamatkan, pada Senin (29/9/2025) pukul 18.01 WIB, disusul korban kedua pada pukul 18.16 WIB. Selanjutnya, korban ketiga dievakuasi pukul 19.00 WIB, korban keempat pukul 19.16 WIB, korban kelima pukul 19.38 WIB.

"Korban keenam pukul 20.55 WIB, korban ketujuh pada pukul 22.01 WIB, dan korban kedelapan ditemukan pada pukul 01.58 WIB, dini hari tadi," ucap Nanang. “Meski menghadapi kondisi reruntuhan bangunan yang tidak stabil dan banyaknya material di lokasi, tim SAR tetap berupaya mengevakuasi korban dengan mengutamakan keselamatan,” imbuh Nanang.

Kedelapan korban yang berhasil dievakuasi selanjutnya dibawa ke sejumlah rumah sakit di Sidoarjo, seperti RSUD Notopuro, RS Delta Surya, dan RSI Siti Hajar, guna mendapatkan perawatan medis sesuai kondisi masing-masing.

Nanang menambahkan, kendala utama dalam proses evakuasi adalah kondisi struktur bangunan yang rapuh serta timbunan material beton yang menyulitkan pergerakan tim.

"Meski demikian, operasi penyelamatan terus dilanjutkan dengan dukungan penuh berbagai unsur SAR," ujar Nanang.

Operasi SAR ini melibatkan ratusan personel dari berbagai instansi dan organisasi. Selain Kantor SAR Surabaya, unsur lain yang turut terlibat antara lain BPBD Jawa Timur, BPBD Sidoarjo, BPBD Jombang.

BPBD Nganjuk, BPBD Mojokerto, BPBD Gresik, TNI, Polri, PMI Sidoarjo, Damkar Sidoarjo, SAR MTA, SAR Surabaya, BDRT Rescue, LPBI NU, IOF Rescue, SAR Natra, Gerpik, BAZNAS, serta sejumlah organisasi relawan lainnya. Mereka diperkuat dengan peralatan ekstrikasi, SCBA (Self-Contained Breathing Apparatus), peralatan evakuasi medis, hingga perlengkapan pendukung operasi penyelamatan. Hingga berita ini diturunkan, tim SAR gabungan masih terus melakukan pencarian dan evakuasi korban di lokasi kejadian.

Bangunan Ponpes Al-Khoziny Belum Kantongi IMB, Konstruksi Tak Sesuai Standar

Ambruknya bangunan Pondok Pesantren Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo, memunculkan perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo terkait perizinan pembangunan rumah ibadah maupun pondok pesantren.

Bupati Sidoarjo, Subandi menegaskan, banyak pondok pesantren yang kerap membangun masjid maupun gedung tanpa terlebih dahulu mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau kini disebut Persetujuan Bangunan Gedung (PBG). Padahal, menurutnya, izin tersebut penting untuk memastikan standar konstruksi terpenuhi.

“Sering kali pondok itu langsung membangun dulu, izinnya baru menyusul. Mestinya sebelum membangun, semua perizinan, termasuk IMB, harus selesai lebih dulu supaya konstruksi sesuai standar,” ujarnya, Senin (29/9).

Bupati Subandi menambahkan, dari hasil pengecekan, bangunan ponpes yang ambruk tersebut ternyata belum mengantongi izin resmi. Kondisi ini diperparah oleh konstruksi yang tidak sesuai standar sehingga tidak mampu menahan beban saat pengecoran di lantai tiga.

Sebagai langkah tindak lanjut, Pemkab Sidoarjo berencana menyelesaikan persoalan perizinan bangunan pondok pesantren bersama pemerintah daerah dan pihak terkait.

“Kalau ada bangunan masjid atau pondok pesantren, harus diperhatikan dulu izinnya agar tidak terjadi hal serupa. Keselamatan warga, terutama dalam beribadah, harus menjadi prioritas,” ucap Bupati Subandi.

Saat ini, tim gabungan dari Pemkab Sidoarjo, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, hingga Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur telah melakukan mitigasi dan investigasi untuk mengetahui penyebab pasti runtuhnya bangunan.

Terkait pihak yang akan dimintai pertanggungjawaban, Bupati Subandi mengatakan hal itu masih menunggu hasil investigasi.

“Kita tidak bisa menyalahkan siapa pun lebih dulu. Semua menunggu hasil mitigasi. Jika memang terbukti ada pelanggaran perizinan atau kelalaian, maka akan ada tindakan tegas berupa pembinaan daerah,” ujarnya.

Pemkab berharap kejadian ini menjadi pelajaran agar pembangunan fasilitas umum, khususnya di pondok pesantren, lebih memperhatikan aspek legalitas dan standar konstruksi demi keselamatan bersama.

Biaya Pengobatan Korban Ditanggung Pemerintah

Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa menyatakan seluruh biaya layanan kesehatan bagi santri korban runtuhnya gedung mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Sidoarjo ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur.

"Seluruh biaya jika itu dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) akan ditanggung Pemkab Sidoarjo, sementara untuk biaya layanan kesehatan lain termasuk biaya rumah sakit swasta ditanggung oleh Pemprov Jatim," kata Gubernur Jatim Khofifah saat mengunjungi lokasi runtuhnya bangunan mushala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Selasa (29/9) dinihari seperti dilansir Antara.

Ia menuturkan pihaknya tidak ingin keluarga korban yang tertimpa musibah terbebani oleh biaya layanan kesehatan.

Menurutnya, pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim telah melakukan koordinasi dengan seluruh pihak rumah sakit yang menjadi rujukan pasien korban kejadian tersebut guna menyelesaikan biaya layanan kesehatan seluruh santri yang menjadi korban.

Adapun ketiga rumah sakit yang menjadi rujukan tersebut adalah RSUD Sidoarjo, RS Islam Siti Hajar, serta RS Delta Surya Sidoarjo.

Selain itu Khofifah memastikan kepada keluarga korban bahwa seluruh tim yang terjun di lokasi untuk membantu proses evakuasi terus melakukan upaya terbaiknya. Terlebih hal ini menjadi sorotan para wali santri yang sedang menunggu kepastian keselamatan para korban.

"Saya sudah sampaikan ke keluarga korban bahwa proses evakuasi tidak akan berhenti," ujar Khofifah.

Ia memastikan proses evakuasi terus dilaksanakan meskipun di lapangan dua ekskavator yang hadir belum melakukan pergerakan untuk mengangkat puing-puing.

"Ekskavator tetap siap siaga, hanya saja tidak dapat dikerahkan karena ditakutkan puing-puing ambruk lagi dan menimpa korban," kata Khofifah.

Khofifah juga memastikan seluruh upaya penyelamatan dan evakuasi korban telah dilaksanakan oleh pihak-pihak berkompeten seperti Badan SAR Nasional (Basarnas), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI, hingga Polri.

Ia pun meminta seluruh masyarakat untuk mendoakan para korban sehingga seluruh korban dapat dievakuasi dalam keadaan selamat.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |