Liputan6.com, Jakarta - Proses evakuasi korban runtuhnya bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, masih terus dilakukan dengan tingkat kewaspadaan tinggi.
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menegaskan, operasi pencarian kali ini termasuk yang paling sulit dan berisiko tinggi lantaran kondisi reruntuhan bangunan yang sangat tidak stabil.
"Proses evakuasi betul-betul rumit. Tim tambahan dari Semarang dan Jakarta sudah tiba dengan membawa peralatan khusus, seperti penyangga besar untuk menahan struktur bangunan, hingga dongkrak kecil yang bisa dioperasikan dari dalam. Semua ini agar setidaknya tercipta ruang aman untuk melakukan evakuasi,” ujarnya, Selasa (30/9/2025).
Wagub Emil menekankan bahwa setiap gerakan tim penyelamat harus dilakukan dengan tingkat presisi tinggi. Getaran kecil saja, baik dari dalam maupun dari alat berat yang dinyalakan di kejauhan, bisa memicu pergerakan material dan mengancam nyawa petugas maupun korban yang masih terjebak di balik reruntuhan.
“Kendalanya tentu kondisi reruntuhan yang belum stabil. Tadi ada relawan menjatuhkan barang saja sudah menimbulkan pergeseran material. Ini operasi yang sangat delicate, harus penuh ketelitian, karena taruhannya nyawa petugas dan korban,” ucapnya.
Minta Keluarga Korban Bersabar
Wagub Emil meminta keluarga korban maupun masyarakat untuk tetap sabar dan tidak memaksakan diri masuk ke area reruntuhan demi keselamatan bersama.
“Kami memahami keluarga menunggu dengan cemas. Tapi kami mohon jangan ada yang masuk sembarangan. Bahaya sekali. Evakuasi sejak kemarin hingga sekarang tidak pernah berhenti, dan semua tim bekerja sekuat tenaga,” ujarnya.
Sebelumnya, berdasarkan data sementara, tercatat ada tiga orang meninggal dunia akibat musibah ambruknya bangunan musala Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Ketiga korban tersebut sebelumnya sempat dirawat di rumah sakit.
Dua korban meninggal dunia di RSUD dr R.T. Notopuro Sidoarjo. Keduanya ialah Mochammad Mashudul Haq (14 tahun), warga Kali Kendal, Dukuh Pakis, Surabaya, dan Muhammad Soleh (22) asal Tanjung Pandan, Bangka Belitung. Sementara satu korban meninggal ketiga dirawat di RSI Siti Hajar.
"Sementara jenazah Muhammad Soleh langsung diterbangkan ke Bangka Belitung," ujar Direktur Utama RSUD Sidoarjo, Atok Irawan, Selasa (30/9/2025).
Atok menyampaikan, Muhammad Soleh adalah salah satu korban paling parah dalam peristiwa ambruknya bangunan musala Ponpes Al Khoziny.
"Pasien Soleh sempat mengalami himpitan di bagian bawah tubuh hingga harus dirawat intensif sebelum akhirnya meninggal dunia saat dirujuk ke RSUD Sidoarjo," ucapnya.
Jalani Amputasi
Atok juga mengatakan, Soleh harus menjalani amputasi di lokasi kejadian karena kondisi luka yang sangat berat dan mempertaruhkan nyawa.
"Tim ortopedi dan anestesi melakukan amputasi lengan kiri karena korban terjepit reruntuhan bangunan," ujarnya.
Jenazah Soleh diserahkan pihak rumah sakit ke perwakilan keluarga. Kakak korban, Akhmad, mengaku baru Selasa pagi tiba di RSUD Sidoarjo. "Saya baru datang pagi ini, baru dapat info 30 menit yang lalu saudara saya meninggal," ucapnya.
Ia mengungkapkan, Soleh adalah santri Al Khoziny Buduran dan kuliah di kampus yang dikelola pesantren tersebut. Saat ini Soleh memasuki semester lima. "Kami segera menerbangkan jenazah Soleh ke Bangka," pungkasnya.