Liputan6.com, Denpasar - Prinsip ESG (Environmental, Social, Governance) kini menjadi syarat utama bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Bali untuk bisa bersaing secara global. Melalui pemanfaatan digitalisasi dan kecerdasan buatan (AI), UMKM didorong agar tak hanya melek teknologi, tetapi juga mengedepankan keberlanjutan lingkungan, dampak sosial, dan tata kelola usaha yang baik.
Hal ini terungkap saat pelatihan yang digelar oleh PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) bertema Smart Marketing Revolution: From Traditional to Digital, yang mendrong digitalisasi usaha bagi 22 UMKM binaan Rumah BUMN dari Tabanan, Bali, di Denpasar, pada Kamis (18/7/2025).
Senior Vice President Group Sustainability & Corcom Telkom, Ahmad Reza, menilai bahwa pertumbuhan UMKM Bali cukup signifikan. Namun, tantangan utama adalah transformasi digital yang terintegrasi dengan prinsip ESG. “Memang kami melihat satu hal challenging untuk UKM (UMKM) ini, bagaimana dia bisa Go Digital atau Go Online,” ujar Reza.
Ia menambahkan, ESG bukan sekadar tren, melainkan keharusan bagi UMKM untuk naik kelas. Prinsip ESG mencakup tiga aspek penting: menjaga lingkungan, menjamin kesejahteraan sosial, serta menjalankan bisnis dengan tata kelola yang transparan dan etis. “Kalau melihatnya dari sisi environment, ini memang harus bisa kita dorong lebih baik lagi,” ungkapnya.
Bali sebagai destinasi wisata global dinilai punya kekuatan besar dalam memproduksi barang berstandar tinggi. Namun, belum semua pelaku usaha mampu menerapkan prinsip ESG secara menyeluruh. “Wisman yang datang lebih melihat poin-poin terkait kualitas, keramahan terhadap lingkungan,” ujarnya.
Reza mendorong UMKM memaksimalkan saluran digital dan media sosial untuk memperluas pasar. Produk ramah lingkungan dinilai lebih menarik bagi konsumen global yang kini sangat peduli terhadap isu keberlanjutan.
Dukungan digitalisasi juga datang dari SO Corporate Branding and Activation Telkom, Ary Pahleivi, yang menekankan pentingnya strategi pemasaran berbasis nilai (value), bukan sekadar jualan. “Marketing itu tentang menemukan ide, mengkreasikannya menjadi usaha, lalu penjualan akan mengikuti. Kata kuncinya adalah value,” jelasnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Aksi Kodam Bukit Barisan Gagalkan Peredaran 20 Kg Sabu
Dari Limbah Kelapa jadi Produk Ekspor
Dengan 221 juta pengguna internet di Indonesia dan transaksi e-commerce yang tumbuh 40 persen per tahun, Ary menyebut bahwa UMKM harus segera beradaptasi. Namun, dari total UMKM nasional, baru sekitar 30 persen yang telah terdigitalisasi.
Sementara itu, AVP External Communication Telkom, Sabri Rasyid, memperkenalkan pemanfaatan AI untuk mendukung pemasaran digital UMKM. “AI bisa jadi teman pengusaha, dari membuat caption media sosial, strategi promosi, hingga meningkatkan reputasi melalui review online,” ungkap Sabri. Ia mendorong UMKM untuk memanfaatkan teknologi ini selama masih gratis dan mudah diakses. “Jangan takut dengan AI, manfaatkan selama masih gratis untuk memperluas pasar,” tambahnya.
Salah satu peserta pelatihan, Ni Wayan Sudi Armini pemilik brand KAU Bali, berbagi pengalaman bagaimana usahanya tumbuh berkat inovasi dan semangat keberlanjutan. Produk KAU berasal dari limbah batok kelapa yang diolah menjadi berbagai barang bernilai ekspor. “Brand saya KAU Bali itu adalah batok dari Bali. Jadi dari limbah itu saya inovasi, saya create menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Bisa membantu menciptakan lapangan pekerjaan juga di desa,” ujarnya.
Sudi Armini yang kerap disapa Bu KAU mengaku telah menerapkan ESG dalam brandnya. Ia mempromosikan jualannya lewat cerita seperti asal-usul produk, dampak sosial hingga ke dampak ekonomi bagi sekitarnya. “Kita memang lebih banyak ke soft selling, kita dengan storytelling, kita memasarkan produk bukan hard selling,” tambahnya.
Kini, produk KAU Bali telah menembus pasar ekspor ke Turki, Jerman, Prancis, hingga Jepang. Produknya seperti smoothie bowl dari batok kelapa hingga bra hard case untuk konten tematik Hawai telah mendapat sambutan pasar.
“Kebanyakan memang yang marketnya eco-friendly, yang memang mengurangi limbah plastik seperti restoran, hotel. Untuk ekspor buyer itu melihat produk saya itu dengan dia membeli produk saya, dia sudah membantu masyarakat ekonomi menengah ke bawah, masyarakat miskin lah,” dia menjelaskan.