Liputan6.com, Bandung - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengungkap alasannya menggandeng TNI dalam program pendidikan karakter bagi anak-anak yang berperilaku nakal.
Menurutnya, TNI sebagai pendidik sebenarnya bukan hal baru. Dia lantas mencontohkan anggota Paskibraka yang selama ini dididik dan dilatih oleh TNI.
"Bicara persoalan TNI, TNI itu mendidik anak-anak bukan baru. Paskibraka itu dididik oleh TNI. Nah kemudian SMA, namanya SMA Taruna Nusantara yang melahirkan orang-orang hebat, ternyata di dalamnya kurikulum pendidikannya TNI dan TNI mengajar di dalamnya," ucapnya dalam unggahan di akun Instagram @dedimulyadi71, dikutip pada Senin, 5 Mei 2025.
Selain itu, Dedi menilai, mendidik anak agar disiplin adalah hal yang baik untuk dilakukan. Termasuk soal adab sehari-hari yang dinilainya kini tak begitu dipahami oleh anak-anak.
"Pelajaran PBB itu kan pelajaran di sekolah, kemudian pendidikan jam 8 tidur itu kan pendidikan yang ideal, bangun jam 4 atau 5, terus mandi, bereskan kamar mandi dan ruang tidur, lalu salat, terus sarapan, olahraga. Terus apa salahnya?" katanya.
"Kemudian jam makan, cara makannya. Mereka belum dididik bagaimana cara makan, bagaimana meletakan piring, garpu, sendok, bagaimana makan tidak sambil ngobrol, makan tidak bersuara, bagaimana suara sendok dan garpunya tidak berbenturan," sambung Dedi.
Oleh karena itu, Dedi mengeklaim tak ada yang salah dalam keikutsertaan TNI pada pendidikan karakter. "Yang tidak boleh kan diajari teknik perang," tandasnya.
Banyak Orangtua Kewalahan Hadapi Anak
Sebelumnya, Dedi mengklaim banyak orangtua yang menitipkan anak-anak mereka untuk ikut program pendidikan karakter ala militer yang digagasnya.
Menurut Dedi, hal itu merupakan respons positif. Sebab, dia menilai banyak orangtua yang kini sudah kewalahan dalam menghadapi anak-anaknya yang 'sulit diatur'.
"Itu tandanya kegiatan ini mendapatkan respons positif. Artinya bahwa hari ini orangtua udah kewalahan menghadapi anak," katanya dalam unggahan di akun Instagram @dedimulyadi71, dikutip pada Senin, 5 Mei 2025.
Diketahui, program pendidikan karakter itu telah dimulai pada 2 Mei 2025 di Kabupaten Purwakarta, di mana 39 siswa telah mengikuti pendidikan karakter di Barak Resimen 1 Sthira Yudha.
Dedi menjelaskan, pendidikan karakter ini diperuntukan untuk anak-anak berperilaku nakal dan orangtuanya tak lagi sanggup untuk mendidik. Adapun untuk anak yang melakukan aksi kriminal, Dedi mengatakan bahwa anak terkait akan dibina melalui peradilan anak.
"Kan memang teorinya begini, anak yang mengalami kenakalan kalau itu kriminal maka lewat peradilan anak, kemudian nanti lewat pembinaan, misalnya lembaga tempat penitipan anak untuk dilakukan pembinaan, itu kan yang berproses kriminal berdasarkan peradilan," ucapnya.
Sementara program pendidikan karakter, klaim Dedi, bertujuan untuk membantu orangtua yang tak lagi sanggup dalam mendidik anaknya.
"Tetapi kan banyak yang tidak berproses kriminal, tapi nakalnya enggak pernah berhenti. Akhirnya mereka harus balik ke orangtuanya, pertanyaannya adalah ketika orangtuanya sudah tidak punya kesanggupan, enggak sanggup menghadapi anaknya bolos terus, enggak sanggup anaknya main game terus, motor-motoran terus, minum ciu. Kan kayak minum ciu, eksimer enggak bisa dipidana," katanya.
Oleh karena itu, Dedi bersama para kepala daerah di Jawa Barat dan bekerja sama dengan TNI bermaksud untuk turun tangan dalam mendidik anak-anak tersebut.
"Ini kan harus ada orang yang menangani, saya termasuk dan Pak Bupati Purwakarta, dan bupati dan wali kota lainnya seluruh Jawa Barat sanggup menangani dengan bekerja sama dengan TNI," tandasnya.
Penulis: Arby Salim