Liputan6.com, Jakarta - Kasus keracunan usai mengonsumsi menu makan bergizi gratis (MBG) terus bermunculan di berbagai daerah. Yang paling menjadi sorotan terjadi di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Jumlah siswa yang mengalami keracunan akibat mengonsumsi menu MBG terus bertambah.
Pada Selasa (23/9/2025), tercatat ada sebanyak 301 orang yang terdiri dari berbagai siswa sekolah mulai tingkat SD, Mts, SMP dan SMK yang mengalami keracunan dan harus dilarikan ke rumah sakit dan puskesmas untuk mendapat penanganan medis.
Keesokan harinya, masih di lokasi yang sama, keracunan akibat mengonsumsi MBG kembali terjadi. Kepala Puskesmas Cipongkor Yuyun Sarihotimah mengatakan, kali ini keracunan MBG menimpa siswa SMK Karya Perjuangan, Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat.
Padahal sehari sebelumnya Pemkab Bandung Barat menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) lantaran ratusan siswa di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, keracunan MBG.
Bupati Bandung Barat Jeje Ritchie Ismail, Selasa (23/9/2025) mengatakan, pemberian status KLB dilakukan agar penangannya lebih cepat dan menyeluruh.
Jeje menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten Bandung Barat bersama instansi terkait tengah melakukan investigasi terhadap dapur yang menyajikan hidangan tersebut.
Pihaknya juga telah menutup sementara Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di wilayah itu untuk memastikan standar pengelolaan makanan dipenuhi.
"Mulai dari perizinan hingga standarisasi pengelolaan makanan harus kita cek. Kalau memang belum layak, ya kita lakukan perbaikan. Khusus dapur di Cipongkor ini kita tutup dulu untuk investigasi," ujarnya.
Jeje juga menambahkan, Pemkab Bandung Barat juga akan mengevaluasi secara menyeluruh 85 dapur lainnya yang ada di wilayah Bandung Barat, karena seluruhnya belum memiliki sertifikasi sehat.
"Semuanya tetap kita evaluasi karena data yang saya dapat, 85 dapur memang masih belum memiliki sertifikasi. Yang kita stop saat ini baru dapur di Cipongkor," kata Jeje.
Selain di Bandung Barat, di Kecamatan Benua Kayong, Ketapang, Kalbar, belasan siswa SD mengalami keracunan usai menyantap makan bergizi gratis (MBG) dengan menu ikan hiu filet saus tomat, oseng kol dan wortel. Menu makanan tersebut mengeluarkan bau anyir dan lendir pada sayur.
"Baunya agak menyengat," kata Kepala sekolah Dewi Hardina, Selasa (23/09/2025).
Setengah jam usai murid menyantap MBG, ruang kelas berubah jadi arena panik. Anak-anak mengeluh mual. Dari ruang UKS mereka beriring ke puskesmas, lalu ke IGD RSUD dokter Agoesdjam.
Kepala SPPG Dapur Mitra Mandiri 2, M Prayoga menjawab singkat saat ditanya soal dugaan kelalaian hingga menyebabkan belasan murid keracunan.
"Bukan," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Regional MBG Kalimantan Barat, Agus Kurniawi, akhirnya mengumumkan dapur Mitra Mandiri 2 dinonaktifkan dan Kepala SPPG dirumahkan, karena kejadian ini.
"Menu itu jarang dikonsumsi siswa. Ada kelalaian," ucapnya.
Puding Basi
Sementara itu, bocah-bocah mungil tak berdosa menahan sakit sejak fajar. Perut mereka melilit. Mata pucat, muntah tak henti. Aroma tanah basah selepas hujan tak mampu menenangkan getir di SDN 1 Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara Kalimantan Barat. Lima murid, jadi korban setelah menyantap Makanan Bergizi Gratis (MBG).
Kepada Liputan6.com pada Kamis, 25 September 2025, Kepala Dinas Pendidikan Kayong Utara, Jumadi, angkat suara.
"Terjadi dugaan keracunan makanan MBG terhadap lima murid. Indikasinya mual, muntah, pusing, dan sakit perut," ucapnya.
Menu hari itu terdengar wajar. Ada ayam kecap, oseng kol, tempe goreng. Namun pemeriksaan Puskesmas Melano menuding puding penutup, sebagai biang kerok.
"Diduga puding basi dan tak layak konsumsi," Jumadi.
Tak jauh berbeda ceritanya dengan yang terjadi di Palembang, Sumsel. Belasan pelajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 178 Palembang, Sumatera Selatan, mengalami mual dan muntah usai menyantap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Guru SDN 178 Palembang, Dewi Hilda, membenarkan peristiwa tersebut. Menurutnya, sekitar 13 siswa mengalami mual, pusing, hingga muntah setelah menyantap MBG.
Adapun, lanjut dia, peristiwa ini diketahui saat seorang siswa melaporkan kejadian itu kepada guru dan langsung diberikan pertolongan medis.
"Awalnya dibawa ke UKS, tetapi karena jumlah siswa yang mengeluhkan semakin banyak, pihak sekolah lalu membawa siswanya Puskesmas Kalidoni," kata Dewi, Kamis (25/9/2025).
Total ada sembilan orang siswa yang kemudian dirujuk ke RS Pusri untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Sisanya sudah bisa pulang karena kondisi sudah mulai membaik.
Adapun, Dewi menceritakan, menu makanan MBG yang disantap para pelajar, diantaranya, ayam katsu, tahu, salad, serta buah pisang.
Muntah Darah
Sedangkan di Tuban, sebanyak 6 pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Palang, diduga mengalami keracunan usai menyantap menu nasi goreng dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Para siswa itu mengalami gejala pusing, mual, hingga muntah darah. Meski sempat dirawat di Puskesmas terdekat, mengingat kondisinya, para pelajar itu pun langsung dilarikan ke RSUD dr. Koesma Tuban, di mana salah satu siswi dirawat intensif di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
"Masih dirawat, tadi katanya muntah ada darahnya," kata ibu salah satu pelajar, Juharti, di rumah sakit, Rabu (24/9/2025).
Dia pun mengaku panik saat mendengar kabar dari pihak sekolah bahwa anaknya masuk rumah sakit, diduga keracunan makanan dari MBG.
"Kondisi anak masih lemas. Tadi saya dikabari pihak sekolah, langsung panik," ungkap Juharti.
Dia mengaku kecewa terhadap program MBG di SMKN Palang, bahkan membuatnya trauma.
"Kecewa. Lebih baik anak bawa makan sendiri, daripada berisiko sakit begini," cerita Juharti.
Sementara, salah satu guru SMKN Palang, Zainal, membenarkan adanya kejadian tersebut. Namun, dia memilih irit bicara, karena sepenuhnya dijelaskan nanti oleh pihak yang berwenang.
"Saya hanya mengantar siswa. Nanti detailnya bisa ditanyakan ke penyedia makanan," kata dia saat ditemui di rumah sakit.
Berdasarkan data yang dihimpun, menu utama MBG hari itu terdiri dari nasi goreng, telur mata sapi, tahu, tempe, irisan timun, dan dua buah anggur.
Diceritakan, ada sejumlah pelajar sempat mengeluhkan kondisi nasi goreng yang diduga sudah basi. Namun, saat diminta diganti, pihak SPPG memberikan nasi dengan kondisi serupa.
Menu Spageti
Di Sukabumi, sebanyak 32 siswa SMK Doa Bangsa di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, diduga mengalami keracunan makan bergizi gratis (MBG). Kejadian itu setelah mereka mengonsumsi menu yang disajikan dalam omprengan MBG pada Rabu (24/9/2025).
Saat kejadian, sebanyak 5 siswa yang keracunan terpaksa dilarikan ke Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit, sementara seluruh korban lainnya dilaporkan sudah dalam kondisi membaik dan teratasi.
Peristiwa bermula saat total 324 siswa mengonsumsi makanan yang disediakan sekitar pukul 09.00 WIB. Keluhan pertama mulai dirasakan pada pukul 11.00 WIB, berupa mual, muntah, dan pusing.
Laporan resmi dari Puskesmas Palabuhanratu mencatat total 32 siswa mengalami keluhan. Di antaranya 27 orang dengan keluhan ringan diistirahatkan di UKS sekolah dan klinik polres.
Tim Surveilans Dinkes dan Puskesmas Palabuhanratu telah mengambil sampel sisa makanan untuk diperiksa di laboratorium guna memastikan penyebab keracunan.
Menu makanan yang dicurigai, antara lain spageti bumbu ikan laut, nugget, wortel, jagung rebus, dan jeruk.
"Sampel makanan berupa makanan nugget, spagheti, ada lima macam. Karena ini harus mengambil sampel dan diperiksa di Bandung," terang Agus Sanusi, menegaskan bahwa Dinkes bertindak cepat.
Pihak sekolah, Puskesmas, dan Porkompincam (Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan) terus berkoordinasi erat dalam penanganan dan pemantauan penderita.
Nasi Bercampur Serpihan Kaca
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Batam menjadi sorotan publik, usai ditemukan serpihan kaca pada nasi MBG yang dikonsumsi siswa SMAN 04 Tiban, Kota Batam, pada Selasa (23/9/2025) lalu.
Ketua Koordinator Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Batam, Defri Rinaldi, membenarkan informasi tersebut.
"Betul pak, memang ada kejadian itu. Untuk konfirmasi lebih detail bisa langsung ke kepala SPPG atau pengelola dapur," ujar Defri kepada Liputan6.com, Kamis (25/9/2025).
Ketua SPPG Tiban Indah II, Rafael, menjelaskan, insiden bermula saat salah satu juru masak bernama Agung tengah mempersiapkan perlengkapan memasak sekitar pukul 01.00 dini hari. Saat itu, Agung berusaha memperbaiki tutup penggorengan telur berbahan kaca yang tiba-tiba pecah.
"Saat itu serpihan kaca langsung disaring dan dibersihkan. Bahkan Agung sempat mengalami luka kecil di lengannya," kata Rafael.
Namun belakangan, potongan kaca justru diduga masih terbawa hingga masuk ke dalam nasi MBG. Rafael pun mengakui adanya kelalaian dari tim dapur.
"Saya mohon maaf kepada pihak sekolah dan masyarakat. Ini menjadi pembelajaran bagi kami agar lebih berhati-hati ke depan," ujarnya.
Agung, juru masak yang terlibat, mengaku kaget saat mendengar kabar adanya kaca di dalam nasi. Menurutnya, pecahan kaca terjadi jauh dari area memasak nasi.
"Pecahnya di depan kompor waktu perakitan tutup penggorengan, jaraknya sekitar tiga meter dari tempat masak nasi. Saya juga baru tahu dikabarin admi (Dapur)," jelasnya.
Hal senada disampaikan rekannya, Rifaldi. Dirinya menilai kecil kemungkinan pecahan kaca itu sampai masuk ke dalam nasi karena proses memasak belum dimulai saat kejadian.
"Tempat masak nasi dengan lokasi pecahnya kaca itu cukup jauh. Kami juga heran kenapa bisa sampai ada serpihan di tray nasi," kata Rifaldi.