Cerita Dramatis Warga Sukabumi Lolos dari Banjir Bandang, Harta Benda Luluhlantakkan dalam Hitungan Menit

Liputan6.com, Jakarta Jeritan panik warga terdengar bersahutan saat banjir bandang menerjang Kampung Tugu, Desa Cikahuripan, Cisolok, Sukabumi pada Senin (27/10/2025) kemarin. Banjir dipicu hujan deras mengguyur kawasan itu.

Dalam hitungan menit, air bah dari Sungai Cisolok meluap, menenggelamkan ratusan rumah, serta meluluhlantakkan harta benda warga.

Livianti (43), ibu rumah tangga, menceritakan saat banjir tiba-tiba menerjang pukul 16.00 Wib. Air dengan cepat memenuhi rumahnya. Di tengah kepanikan, dia berusaha menyelamatkan anak-anaknya. Jika diperkirakan, ketinggian air mencapai satu setengah meter.

“Air naik cepat sekali, saya sampai tidak ingat apa-apa kecuali menyelamatkan anak-anak,” cerita Livianti. 

Satu tangannya menggendong si bungsu. Tangan lainnya, menarik anak sulung agar bisa berpegangan di atas pagar rumah.

“Pikiran saya, kalau sudah di atas pagar mungkin aman. Tidak ada waktu lagi menyelamatkan barang, semuanya terendam,” ungkapnya.

Menurut Livi, tidak ada satupun barang-barang yang berhasil dia selamatkan. Termasuk perlengkapan sekolah dua buah hatinya yang duduk di bangku sekolah dasar.

"Semua terendam, kasur dan barang elektronik habis semua. Sampai sekarang kami bingung harus bagaimana. Yang kami butuhkan saat ini makanan, air bersih, dan obat-obatan. Sekolah anak-anak juga habis terbawa banjir,” tuturnya.

Kesaksian saat bajir bandang menerjang juga diceritakan Dudun (40). Sembari membersihkan lumpur di rumahnya, dia menceritakan momen kepanikan warga saat mendengar ada air bah dari arah jembatan.

“Saya lagi di rumah, hujan deras. Tiba-tiba ada orang teriak, air datang! Pas saya keluar, air sudah besar sekali,” tutur Dudu .

Dudun hanya sempat menyelamatkan ketiga anaknya sebelum air menyerbu ruang tamu, merenggut semua barang, termasuk dompet dan surat-surat penting.

“Anak saya tiga, Alhamdulillah selamat semua, tapi satu sempat terjebak dan diselamatkan warga. Barang-barang habis semua. Dompet, surat-surat, hilang,” ungkapnya.

"Yang penting sekarang kami selamat. Barang bisa dicari lagi, tapi nyawa nggak bisa diganti,” imbuhnya.

Tak hanya rumah, sektor usaha warga pun luluh lantak. Asep (52), pemilik bengkel onderdil motor, hanya bisa menatap puing tokonya yang hancur. Rak-rak logamnya rebah, oli dan baut berserakan di tengah lumpur.

“Air naik cepat banget, sampai satu meter. Tanggul yang dulu saya minta dibongkar nggak juga dibenahi, jadi air tertahan di situ dan meluap ke sini,” ujar Asep.

Kerugiannya ditaksir mencapai lebih dari Rp100 juta.

"Bangunan ukuran 8x5 hancur, onderdil banyak yang hanyut. Yang bisa diselamatkan cuma sedikit," tambahnya.

Bagi warga Kampung Tugu, banjir kali ini bukan yang pertama, namun menjadi yang paling parah. Mereka menduga bencana diperparah oleh tanggul sementara dan drainase sungai yang tidak mampu menahan debit air.

Meskipun demikian, semangat gotong royong menjadi pemandangan yang mengharukan. Warga bahu-membahu mengangkat lumpur dan membangun tanggul darurat dari karung pasir untuk mencegah banjir susulan.

Warga kini berharap bantuan segera datang dari pemerintah daerah maupun pusat, dan memohon perhatian khusus agar perbaikan tanggul dilakukan secara permanen.

Hari ini, air mulai surut. Yang tersisa hanya lumpur tebal, puing, dan wajah-wajah lelah yang memendam duka.

Foto Pilihan