Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah memantau pergerakan saham PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU). Hal itu menyusul adanya peningkatan harga saham RATU di luar kebiasaan (Unusual Market Activity/UMA).
Pengumuman unusual market activity tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
"Sehubungan dengan terjadinya Unusual Market Activity atas saham RATU tersebut, perlu kami sampaikan bahwa Bursa saat ini sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham ini," mengutip keterbukaan informasi Bursa Rabu (15/1/2025).
Pada perdagangan hari ini, saham RATU melanjutkan tren penguatan dan mencapai auto reject atas (ARA) dengan kenaikan 24,78 persen ke posisi 4.330. Dengan demikian, harga saham RATU saat ini telah naik 276,52 persen dari harga IPO yang dipatok Rp 1.150 per lembar.
Informasi saja, saham RATU baru tercatat dn mulai diperdagangkan di Bursa pada 8 Januari 2025. Sehubungan dengan terjadinya UMA pada saham RATU, Bursa mengimbau kepada para investor untuk memperhatikan jawaban perusahaan tercatat terkait atas permintaan konfirmasi bursa.
Selain itu, juga mencermati kinerja perusahaan tercatat dan keterbukaan informasinya. Investor juga diimbau untuk mengkaji kembali rencana corporate action perusahaan tercatat apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS.
Serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.
Di sisi lain, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak signifikan pada Rabu, 15 Januari 2025. IHSG melonjak 1,2 persen ke posisi 7.040. Indeks LQ45 bertambah 2,22 persen ke posisi 819. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.
Pada perdagangan sesi kedua, IHSG berada di level tertinggi 7.042,13 dan level terendah 6.977,77. Sebanyak 308 saham melonjak dan 279 saham melemah. 213 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.089.085 kali dengan volume perdagangan 14,4 miliar saham. Nilai transaksi Rp 7 triliun.
Saham Emiten Raharja Energi Cepu Lanjutkan ARA, Ini Pengertian hingga Tujuan Auto Rejection Atas
Sebelumnya, emiten PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) melanjutkan tren penguatan sejak resmi listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Rabu, 8 Januari 2025. Pada perdagangan perdananya, saham RATU naik 25 persen, menyentuh batas auto rejection atas (ARA) ke level 1.435.
Penguatan berlanjut pada perdagangan hari ini. Saham RATU naik 24,74 persen ke posisi Rp 1.790. Auto rejection atas adalah batas maksimal kenaikan harga saham yang ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam satu sesi perdagangan untuk mencegah fluktuasi harga yang berlebihan.
Bursa menerapkan sistem ARA sebagai langkah pengendalian agar kenaikan harga saham tetap terkendali dan tidak terjadi spekulasi yang berlebihan. Mekanisme ARA mengatur batas kenaikan harga saham harian, yakni 35% untuk saham di bawah Rp 200, 25% untuk saham di kisaran Rp 200 hingga Rp 5.000, dan 20% untuk saham di atas Rp 5.000.
Penerapan ARA oleh BEI bertujuan untuk menjaga transparansi dan stabilitas pasar saham, terutama saat terjadi lonjakan permintaan yang signifikan. Dengan adanya aturan ARA, investor di pasar saham dapat mengantisipasi batas kenaikan harga saham dalam satu hari perdagangan, sehingga risiko volatilitas dapat diminimalkan.
Sistem ARA dirancang untuk menciptakan perdagangan yang sehat, mencegah kenaikan harga saham yang terlalu cepat, dan melindungi investor dari potensi manipulasi pasar. Batas Auto Rejection Atas (ARA) sering kali dicapai oleh saham-saham yang mengalami sentimen positif kuat, seperti laporan keuangan yang baik atau berita korporasi strategis.
Raharja Energi Cepu Patok Harga IPO Rp 1.150 per Saham
Sebelumnya, PT Raharja Energi Cepu Tbk menetapkan harga saham perdana Rp 1.150 per saham dalam rangka penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).
Mengutip laman e-ipo, ditulis Jumat, (3/1/2025), PT Raharja Energi Cepu Tbk menawarkan 543.010.800 atau maksimal 20 persen dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO dengan nilai nominal Rp 10 per saham.
Jumlah saham itu terdiri dari 190.052.800 saham yang merupakan saham baru dan dikeluarkan dari portepel Perseroan, atau sebesar 7 persen dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan setelah IPO.
Selain itu, 352.957.000 saham biasa atas nama milik PT Rukun Raharja Tbk (RAJA), disebut sebagai pemegang saham penjual atau saham divestasi. Jumlah saham yang dilepas itu sebesar 13 persen dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan.
Dana IPO
Harga saham perdana yang ditetapkan Rp 1.150 per saham merupakan batas atas dari harga penawaran Rp 900-Rp 1.150 per saham. Dengan harga saham perdana yang ditetapkan Rp 1.150 per saham, Perseroan meraup dana Rp 624,46 miliar dari IPO. Dana itu terdiri daari hasil IPO sebesar Rp 218,56 miliar dan divestasi saham sebesar Rp 405,90 miliar.
Perseroan akan memakai dana IPO sekitar Rp 157,36 miliar untuk dipinjamkan kepada anak usaha PT Raharja Energi Tanjung Jabung yang selanjutnya akan dipakai untuk pemenuhan kewajiban dalam rangka pengelolaan Blok Jabung dengan jumlah USD 10 juta.
Kemudian sekitar Rp 34,96 miliar akan dipinjamkan kepada perusahaan asosiasi yakni PT Petrogas Jatim Utama Cendana yang akan dipakai untuk mendukung kegiatan operasional melalui pemenuhan kewajiban pembayaran cash call dari ExxonMobil Cepu Ltd.
“Sisanya akan dipakai untuk modal kerja seperti remunerasi karyawan serta pengurus dan pengawas dan biaya operasional perusahaan,” demikian seperti dikutip