Bursa saham Australia Tergelincir Usai PM Albanese Kembali Terpilih, Mayoritas Pasar Asia Libur

21 hours ago 10

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Australia anjlok pada awal perdagangan Senin (5/5/2025). Koreksi bursa saham Australia terjadi setelah Perdana Menteri Australia Anthony Albanese kembali berkuasa, sedangkan sebagian besar bursa saham Asia libur.

Mengutip CNBC, Senin pekan ini, Anthony Albanese menjadi perdana menteri (PM) pertama di Australia yang meraih masa jabatan kedua berturut-turut dalam 21 tahun. Hal ini sebuah langkah yang menunjukkan keinginan warga Australia untuk melanjutkan kebijakan di tengah prospek makro ekonomi yang tidak menentu.

Indeks acuan ASX 200 di Australia melemah tipis 0,29%, berbalik arah dari kenaikan kuat pada sesi terakhirnya saat mencapai level tertinggi sejak 27 Februari.

Sementara itu, dolar Australia terdepresiasi tipis 0,06% terhadap dolar AS hingga diperdagangkan di posisi 0,6439.

Di sisi lain, bursa saham Jepang, Korea Selatan, Hong Kong dan China libur. Di Amerika Serikat (AS), kontrak berjangka AS turun tipis berbalik arah dari kenaikan yang kuat di wall street pada pekan lalu.

Pada pekan lalu, indeks S&P 500 menguat 1,47% ke posisi 5.686,67. Hal ini menandai kenaikan hari kesembilan berturut-turut dan merupakan kenaikan terpanjang sejak November 2004.

Indeks acuan itu juga berhasil memulihkan semua koreksi yang terjadi sejak 2 April saat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan tarif pembalasan.

Sementara itu, indeks Dow Jones melompat 564,47 poin atau 1,39% ke posisi 41.317,43. Indeks Nasdaq naik 1,51% ke posisi 17.977,73.

Kinerja Wall Street

Sebelumnya pasar saham Amerika Serikat (AS) menutup pekan dengan pergerakan positif pada hari Jumat (2/5/2025). Wall Street merespons positif laporan lapangan kerja dan upah yang lebih baik dari perkiraan pada April 2025. 

Data yang positif juga meredakan kekhawatiran resesi dan mengangkat Wall Street sehingga indeks acuan S&P 500 mencetak rekor kenaikan terpanjangnya dalam lebih dari 20 tahun.

Melansir CNBC International, Sabtu (3/5/2025) indeks S&P 500 naik 1,47% dan ditutup pada 5.686,67. Ini menandai kenaikan hari kesembilan berturut-turut untuk S&P 500 dan rekor kenaikan terpanjangnya sejak November 2004.

Kemudian Dow Jones Industrial Average (DJIA) juga melonjak 564,47 poin, atau 1,39%, hingga berakhir pada 41.317,43. Adapun indeks Nasdaq Composite yang naik 1,51% dan ditutup pada 17.977,73.

Dengan lonjakan yang terjadi pada Jumat (2/5/2025), S&P 500 kini telah memulihkan kerugiannya sejak 2 April 2025 ketika Presiden Donald Trump mengumumkan tarif timbal balik pada sebagian besar mitra dagang AS. 

Jumlah pemberian upah di AS meningkat sebesar 177.000 pada bulan April, di atas 133.000 yang diantisipasi oleh para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones.

Namun, angka tersebut masih turun tajam dari 228.000 yang naik pada bulan Maret tetapi jauh lebih baik dari yang dikhawatirkan setelah kekhawatiran resesi meningkat bulan lalu.

Sedangkan tingkat pengangguran AS berada pada angka 4,2%, sesuai dengan ekspektasi.

"Pasar bernapas lega pagi ini karena data lapangan pekerjaan lebih baik dari yang diharapkan," kata Chris Zaccarelli, kepala investasi di Northlight Asset Management.

"Meskipun ketakutan akan resesi masih membara, dinamika beli saat turun dapat terus berlanjut setidaknya sampai jeda tarif berakhir," jelasnya.

Kinerja IHSG

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bertahan di zona hijau hingga tembus posisi 6.800 pada perdagangan Jumat (2/5/2025). IHSG menghijau di tengah nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip data RTI, IHSG ditutup naik 0,72% ke posisi 6.815,73. Indeks LQ45 menanjak 0,24% ke posisi 763,34. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.

Jelang akhir pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.818,28 dan level terendah 6.765,85. Sebanyak 315 saham menguat sehingga angkat IHSG. 306 saham melemah dan 187 saham diam di tempat.

Pada Jumat ini, total frekuensi perdagangan tercatat 1.182.319 saham dengan volume perdagangan 20,1 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 11,9 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.429.Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing beli saham Rp 133,18 miliar. Namun, sepanjang 2025, investor asing masih mencatat aksi jual mencapai Rp 50,58 triliun.

Sektor saham cenderung beragam. Sektor saham basic dan infrastruktur masing-masing menguat 1,6% dan 1,52%, serta catat penguatan terbesar. Lalu sektor saham energi bertambah 0,41%, sektor saham kesehatan naik 1,12%, sektor saham keuangan menguat 0,68% dan sektor saham properti menanjak 0,87%.

Sementara itu, sektor saham consumernonsiklikal turun 0,81%, dan catat penurunan terbesar. Sektor saham industri susut 0,11%, sektor saham consumer siklikal melemah 0,08%, sektor saham teknologi susut 0,24% dan sektor saham transportasi terpangkas 0,25%.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |