Liputan6.com, Jakarta Saham raksasa logistik, FedEx melemah hingga 5,3% menjadi USD 232,29 dalam perdagangan setelah jam kerja. Saham pesaing FedEx, United Parcel Service juga menurun 1,1%.
Melansir CNBC International, Minggu (23/3/2025) perusahaan-perusahaan tersebut dipandang sebagai barometer bagi ekonomi global karena bisnis mereka terkoneksi ke banyak sektor.
Dilaporkan, FedEx dan United Parcel telah memangkas biaya karena permintaan pengiriman e-commerce yang kurang menguntungkan dari perusahaan-perusahaan seperti Temu dan Shei, mengungguli pengiriman dengan margin yang lebih tinggi antar bisnis.
FedEx juga telah menurunkan perkiraan laba dan pendapatan tahunannya, karena perusahaan pengiriman paket tersebut berjuang menghadapi permintaan yang sangat lemah dan ketidakpastian dalam ekonomi industri AS saat Presiden Donald Trump mengenakan tarif pada mitra dagang.
"Prospek laba kami yang direvisi mencerminkan pelemahan dan ketidakpastian yang berkelanjutan dalam ekonomi industri AS, yang membatasi permintaan untuk layanan bisnis-ke-bisnis kami," kata Kepala Keuangan FedEx, John Dietrich dalam sebuah pernyataan.
FedEx dan United Parcel juga memangkas biaya karena permintaan pengiriman e-commerce yang kurang menguntungkan dari Temu dan Shein mengungguli pengiriman dengan margin yang lebih tinggi antar bisnis.
Sebagai informasi, sektor industri pada umumnya mendorong volume kargo yang signifikan dan pengiriman yang lebih menguntungkan bagi FedEx dan UPS. Banyak eksekutif di industri transportasi AS telah mengandalkan ekonomi industri yang kembali tumbuh tahun ini.
Harapan tersebut tampaknya telah pupus oleh kebijakan tarif baru dari pemerintahan Trump. Para ahli juga khawatir pungutan impor tersebut dapat memicu resesi dan perang dagang yang selanjutnya melemahkan permintaan transportasi dan pengiriman.
FedEx Turunkan Target Laba per Saham
FedEx yang berbasis di Memphis juga menurunkan perkiraan laba yang disesuaikan untuk tahun penuh ke kisaran USD 18 hingga USD 18,60 per saham.
Sebelumnya, pada Desember 2025 FedEx memangkas perkiraan laba untuk tahun fiskal yang berakhir Mei 2025 menjadi antara USD 19 dan USD 20 per saham, turun dari kisaran target awalnya sebesar USD 20 hingga USD 22 per saham.
Selain itu, FedEx juga memperkirakan pendapatan untuk 12 bulan yang berakhir pada bulan Mei akan tetap atau sedikit turun secara tahunan, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yang akan tetap sama.
IHSG Tersungkur 1,9 Persen, Transaksi Saham Sentuh Rp 21,7 Triliun
Sementara itu, di Indonesia, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tinggalkan posisi 6.300 pada perdagangan Jumat (21/3/2025). Mayoritas sektor saham memerah.
Mengutip data RTI, IHSG melemah 1,94 persen ke posisi 6.258,17. Indeks saham LQ45 terpangkas 2,56 persen ke posisi 692,02. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Pada Jumat pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.426,16 dan level terendah 6.218,60. Sebanyak 476 saham melemah sehingga bebani IHSG. 135 saham menguat dan 187 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan 1.272.059 kali dengan volume perdagangan 21,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 21,7 triliun. Di pasar negosiasi, transaksi saham BBCA mencapai Rp 2,1 triliun.
Saham BBCA melemah 5,67 persen ke posisi Rp 7.900 per saham. Harga saham BBCA berada di level tertinggi Rp 8.750 dan level terendah Rp 7.900 per saham. Total frekuensi perdagangan 19 kali dengan volume perdagangan 2.549.497 saham.
Di pasar regular, saham BBCA turun 5,67 persen ke posisi Rp 7.900 per saham. Saham BBCA dibuka turun ke posisi Rp 8.275 per saham dari perdagangan sebelumnya Rp 8.375 per saham.
Harga saham BBCA berada di level tertinggi Rp 8.275 dan level terendah Rp 7.900 per saham. Total frekuensi perdagangan 113.132 kali dengan volume perdagangan 6.328.661 saham. Nilai transaksi Rp 5,1 triliun.
Mayoritas sektor saham melemah kecuali sektor saham industri naik 0,29 persen. Sektor saham teknologi terpangkas 5 persen, dan catat koreksi terbesar.
Sektor saham energi susut 1,02 persen, sektor saham basic merosot 2,83 persen, dan sektor saham consumer nonsiklikal tergelincir 2,17 persen.
Lalu sektor saham consumer siklikal melemah 3,68 persen, sektor saham kesehatan terpangkas 1,18 persen, sektor saham keuangan turun 1,96 persen, sektor saham properti melemah 2,59 persen. Lalu sektor saham infrastruktur susut 1,36 persen dan sektor saham transportasi merosot 1,14 persen.