Liputan6.com, Jakarta - Saham Boeing anjlok pada Selasa, 15 April 2025. Saham Boeing tergelincir setelah China dilaporkan telah menghentikan pengiriman semua jet ke maskapai di China. Hal ini di tengah perang dagang yang memanas yang telah menyelimuti China dan AS.
Mengutip CNN, Rabu (16/4/2025), saham Boeing, komponen dari Dow Jones anjlok pada perdagangan awal setelah laporan Bloomberg menyatakan kalau otoritas China memerintahkan maskapai untuk tidak menerima pengiriman Boeing lebih lanjut. Saham Boeing turun 2,39% menjadi USD 155,52. Kapitalisasi pasar saham Boeing tercatat USD 117,01 miliar.
Baik otoritas China, Boeing dan Gedung Putih belum menanggapi permintaan CNN untuk komentar lebih lanjut. Hal ini meski Presiden AS Donald Trump menyatakan dalam sebuah unggahan media sosial pada Selasa kalau China baru saja mengingkari kesepakatan besar Boeing. “Mereka tidak akan mengambil alih pesawat yang sepenuhnya berkomitmen,”
Langkah itu akan menjadi pukulan tidak hanya Boeing, eksportir terbesar AS, tetapi juga bagi ekonomi AS yang terbesar di dunia. Hal ini karena Donald Trump telah mengenakan tarif pada mitra dagang, termasuk setidaknya 145% pada banyak produk China, negara lain juga telah membalas, dalam beberapa kasus memicu aksi balasan yang kini mengancam akan merugikan perusahaan, manufaktur dan lapangan kerja di seluruh dunia.
Boeing salah satu perusahaan yang rentan terhadap sengketa perdagangan saat ini antara AS dan mitra dagangnya. Tidak seperti banyak perusahaan multinasional, Boeing membangun semua pesawatnya di pabrik-pabrik AS sebelum mengirim hampir dua pertiga pesawat komersialnya ke pelanggan di luar AS.
Bagian Utama dari Ekonomi AS
Boeing merupakan bagian utama dari ekonomi AS, menyumbang sekitar USD 79 miliar dan mendukung 1,6 juta lapangan kerja baik langsung dan tidak langsung. Adapun Boeing memiliki hampir 150.000 karyawan AS.
Boeing telah berjuang selama enam tahun. Perseroan mencatat rugi operasional sebesar USD 51 miliar sejak 2018, tahun terakhir Perseroan melaporkan laba tahunan. Di sisi lain, China adalah pasar pembelian pesawat terbesar di dunia dengan analisis terbaru Boeing memprediksi maskapai China akan membeli 8.830 pesawat baru selama 20 tahun ke depan.
Boeing telah hadapi penurunan penjualan selama bertahun-tahun di China, bahkan sebelum tarif diberlakukan. Perseroan sebagian besar telah menutup pasar China sejak 2019. Sebagian disebabkan ketegangan perdagangan antara China dan AS yang dimulai selama pemerintahan Trump pada periode pertama. Boeing menerima pesanan 122 pesawat dari pelanggan China pada 2017 dan 2018.
Dalam enam tahun sejak saat itu, Boeing hanya menerima pesanan 28 pesawat dan sebagian besar untuk pesawat kargo dan perusahaan penyewaan pesawat China yang dapat membeli atas nama dari maskapai di luar China. Boeing belum melaporkan satu pun pesanan pesawat penumpang dari China.
Namun, penurunan tersebut tidak sepenuhnya disebabkan oleh ketegangan perdagangan. Sebagian disebabkan oleh masalah Boeing, termasuk penghentian sementara pesawat 737 max terlarisnya setelah dua kecelakaan fatal pada akhir 2018 dan awal 2019. Pengiriman ke China hampir terhenti setelah kecelakaan kedua.
Hal itu karena otoritas penerbangan di seluruh dunia hentikan sementara penerbangan jet setelah bencana itu dan China tidak segera mengizinkannya kembali beroperasi bahkan ketika negara-negara itu mengizinkan pesawat tersebut untuk mengangkut penumpang pada akhir 2020. Pengiriman baru mulai pulih tahun lalu.
China Minta Maskapainya Stop Dulu Terima Pesawat Boeing
Sebelumnya, China telah meminta maskapai untuk berhenti menerima kiriman jet dari raksasa penerbangan Amerika Serikat (AS) yakni Boeing. Hal ini terjadi saat perang dagang memanas antara China dan AS.
Hal itu seperti disampaikan sumber dalam laporan Bloomberg pada Selasa, (15/4/2025), seperti dikutip dari Channel News Asia. China juga telah memerintahkan maskapai untuk menangguhkan pembelian peralatan dan suku cadang terkait pesawat dari perusahaan, menurut laporan Bloomberg.
Adapun AFP telah hubungi Boeing dan Kementerian Luar Negeri China untuk memberikan komentar.
Tarif timbal balik atau resiprokal China atas impor AS kemungkinan memicu kenaikan signifikan dalam biaya mendatangkan pesawat dan komponen.
Bloomberg menuturkan, pemerintah China sedang mempertimbangkan untuk membantu maskapai yang menyewa jet Boeing dan hadapi biaya lebih tinggi.
Rentetan tarif Trump telah mengguncang pasar dunia dan mengganggu diplomasi dengan sekutu dan lawan. Pada pekan lalu, Donald Trump telah mengumumkan jeda mendadak atas penerapan tarif timbal balik tetapi tidak memberi China penangguhan segera.
Pada Jumat pekan lalu, pejabat AS mengumumkan pengecualiaan dari bea masuk terbaru terhadap China dan negara lain untuk berbagai barang teknologi antara lain ponsel pintar, semikonduktor dan computer.
Sejak Presiden Donald Trump menjabat pada Januari, dua ekonomi terbesar dunia itu telah terkunci dalam perang tarif yang saling berbalas, dengan AS kini mengenakan pungutan hingga 145 persen atas impor dari China.
China telah bereaksi keras terhadap apa yang disebutnya sebagai "intimidasi" yang melanggar hukum oleh Washington dan telah mengenakan bea balasan sebesar 125 persen atas impor AS, menganggap kenaikan lebih lanjut sebagai hal yang tidak ada gunanya.