Resmi Akuisisi Lawson Indonesia, Intip Kekayaan Pemilik Alfamart Djoko Susanto

15 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), emiten ritel pemilik jaringan Alfamart menyita perhatian baru-baru ini. Hal ini setelah Alfamart resmi mengambil alih 70% saham PT Lancar Wiguna Sejahtera (LWS), pemegang lisensi waralaba Lawson di Indonesia.

Pengambilalihan saham itu dilakukan lewat pembelian 1.484.855.160 lembar saham dari PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI). MIDI sebelumnya merupakan pemilik mayoritas Lawson. Adapun nilai transaksi pengambilalihan saham tersebut mencapai Rp 200,46 miliar dengan harga pembelian Rp 135 per saham. Seiring pengambilalihan saham tersebut, Alfamart resmi menjadi pemilik mayoritas dan pengendali Lawson di Indonesia.

Mengutip Kanal Saham Liputan6.com, transaksi ini mempertegas konsolidasi AMRT di sektor ritel domestik. Hal ini seiring Perseroan memiliki kendali langsung atas dua merek besar yakni Alfamart dan Lawson.

Seiring Alfamart kini menguasai Lawson menarik untuk diketahui sosok dibalik perusahaan ritel ini.  Alfamart yang memiliki 22.000 gerai di Indonesia dan sekitar 2.000 gerai di Filipina dibangun oleh Djoko Susanto.

Kesuksesan Djoko Susanto membangun Alfamart membuat ia masuk jajaran orang terkaya di Indonesia. Berdasarkan data Forbes, pria berusia 75 tahun ini masuk posisi ke-12 dari daftar 50 orang terkaya di Indonesia pada 2024. Nilai kekayaan Djoko Susanto mencapai USD 4,3 miliar atau sekitar Rp 70,56 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.411).

Berdasarkan real time net worth Forbes pada 16 Mei 2025, total kekayaan Djoko Susanto mencapai USD 3,5 miliar atau sekitar Rp 57,43 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.411) . Kekayaannya turun 1,17% atau USD 41 juta. Berdasarkan peringkat dunia, ia masuk posisi 1.083 dari daftar orang terkaya di dunia.

Anak keenam dari 10 bersaudara ini mulai mengelola warung makan sederhana milik orangtua di pasar tradisional di Jakarta pada usia 17 tahun. Kemudia, ia bermitra dengan taipan rokok kretek Putera Sampoerna untuk membuka warung serupa dan kemudian jaringan supermarket.

Ketika Putera Sampoerna menjual bisnis rokoknya ke Philip Morris pada 2005, Djoko Susanto membeli bisnis ritel tersebut dan mengembangkannya menjadi jaringan Alfamart. Pada 2022, perusahaan itu membeli saham senilai USD 30 juta di Bank Aladin Syariah yang menyediakan layanan keuangan syariah.

Alfamart Kuasai Lawson Indonesia, Resmi Akuisisi 70% Saham dari Alfamidi

Sebelumnya, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), emiten ritel pemilik jaringan Alfamart, resmi mengambil alih 70% saham PT Lancar Wiguna Sejahtera (LWS), pemegang lisensi waralaba Lawson di Indonesia.

Akuisisi ini dilakukan melalui pembelian 1.484.855.160 lembar saham dari PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), yang sebelumnya menjadi pemilik mayoritas LWS. Nilai transaksi mencapai Rp200,46 miliar, dengan harga pembelian Rp 135 per saham.

Penandatanganan akta jual beli dilakukan pada 14 Mei 2025 di hadapan notaris Sriwi Bawana Nawaksari, S.H., M.Kn., di Kabupaten Tangerang.

Ini merupakan kelanjutan dari perjanjian jual beli saham bersyarat yang telah diumumkan sebelumnya oleh MIDI pada 9 April 2025 dalam Keterbukaan Informasi ke Bursa Efek Indonesia. Dengan ini, AMRT secara resmi menjadi pemilik mayoritas dan pengendali Lawson di Indonesia.

Transaksi ini mempertegas konsolidasi AMRT di sektor ritel domestik, di mana perseroan kini memiliki kendali langsung atas dua merek besar: Alfamart dan Lawson.

Aksi korporasi ini dinilai sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat posisi pasar AMRT melalui penguasaan multi-merek yang menyasar segmen konsumen berbeda.

Midi Utama Lepas Lawson: Strategi Fokus pada Bisnis Inti

Sebelumnya, manajemen PT Midi Utama Indonesia Tbk menyampaikan bahwa pelepasan saham LWS adalah bagian dari langkah strategis perusahaan untuk memperkuat fokus bisnis di sektor perdagangan eceran. MIDI, yang juga mengelola jaringan Alfamidi, ingin menyederhanakan portofolio dan konsentrasi sumber daya agar lebih efektif dalam pengembangan jaringan inti mereka.

Corporate Secretary MIDI, Suantopo Po, dalam keterbukaan informasi menyebutkan bahwa dana hasil divestasi ini akan digunakan untuk mendukung operasional dan belanja modal perusahaan. Fokus MIDI ke depan adalah memperluas jangkauan ritel berbasis kebutuhan harian, dengan format dan segmen pasar yang telah terbukti memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan perusahaan.

Dengan dilepasnya kendali atas LWS, MIDI berharap dapat meningkatkan efisiensi, memperbaiki struktur keuangan, dan memperkuat posisi kompetitif mereka. Langkah ini juga mencerminkan restrukturisasi portofolio agar MIDI dapat lebih adaptif terhadap dinamika pasar ritel yang semakin kompetitif.

"Transaksi ini diharapkan dapat berkontribusi positif terhadap kinerja keuangan perusahaan ke depan. Manajemen optimistis bahwa akuisisi ini akan berdampak langsung terhadap peningkatan pendapatan dan arus kas perusahaan. Sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi seluruh pemegang saham," ungkap Suantopo dalam keterbukaan informasi Bursa, Kamis (15/5/2025).

Dampak Finansial: Dukungan Pendanaan dan Peningkatan Kinerja

Transaksi senilai lebih dari Rp200 miliar ini diharapkan memberikan dampak langsung terhadap peningkatan kinerja keuangan MIDI. Dengan bertambahnya likuiditas, perusahaan memiliki ruang lebih luas untuk membiayai ekspansi dan kebutuhan operasional tanpa harus mencari pendanaan eksternal. Dana segar tersebut juga dapat diarahkan ke gerai baru dan peningkatan efisiensi jaringan distribusi.

Selain itu, MIDI menegaskan bahwa transaksi ini tidak termasuk dalam kategori transaksi material maupun transaksi benturan kepentingan sebagaimana diatur dalam POJK 17/2020 dan POJK 42/2020. Nilai transaksi tercatat di bawah 20% dari total ekuitas MIDI per 31 Desember 2024, yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Purwantono, Sungkoro & Surja.

Ke depan, manajemen MIDI berharap efisiensi yang diperoleh dari divestasi ini akan tercermin dalam laporan laba rugi maupun arus kas. Dengan struktur portofolio yang lebih ramping dan pendanaan internal yang lebih kuat, perusahaan optimistis dapat mencapai pertumbuhan yang lebih berkelanjutan.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |