Liputan6.com, Jakarta - Harga saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) bergerak di zona merah pada perdagangan Kamis (15/5/2025). Koreksi saham GIAA terjadi di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menghijau.
Mengutip data RTI, harga saham Garuda Indonesia turun 2,7 persen ke posisi Rp 36 per saham. Saham GIAA dibuka stagnan di posisi Rp 37 per saham. Saham GIAA berada di level tertinggi Rp 37 dan terendah Rp 36 per saham. Total frekuensi perdagangan 671 kali dengan volume perdagangan 542.286 saham. Nilai transaksi Rp 2 miliar.
Di sisi lain, IHSG naik 0,86 persen ke posisi 7.040. Indeks saham LQ45 menguat 1,19 persen ke posisi 796. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.
Pada perdagangan Kamis pekan ini, ada 345 saham menguat sehingga angkat IHSG. Namun, 257 saham melemah. Total frekuensi perdagangan 1.511.701 kali dengan volume perdagangan 36,6 miliar saham. Nilai transaksi Rp 16,9 triliun.
Mayoritas sektor saham menghijau. Sektor saham energi naik 1,2% dan catat penguatan terbesar. Diikuti sektor saham infrastruktur mendaki 1,15% dan sektor saham keuangan menguat 1,13%.
Sementara itu, sektor saham basic mendaki 0,17%, sektor saham consumer nonsiklikal menanjak 0,40%, sektor saham kesehatan melesat 0,90%, sektor saham properti naik 1,01 persen, dan sektor saham transportasi melesat 0,37%.
Sementara itu, sektor saham teknologi terpangkas 1,86%, dan catat koreksi terbesar. Sektor saham consumer siklikal susut 0,08% dan sektor saham industri melemah 0,13%.
Penyebab Garuda Indonesia Kandangkan 15 Pesawat
Sebelumnya, sebanyak 15 armada pesawat milik Garuda Indonesia Group harus masuk bengkel untuk proses perawatan berkala. Manajemen Garuda Indonesia mengaku tengah menghadapi kesulitan akibat terbatasnya rantai pasok suku cadang.
Direktur Teknik Garuda Indonesia Rahmat Hanafi menjelaskan, ada 1 pesawat milik Garuda Indonesia dan 14 pesawat milik Citilink yang berhenti beroperasi sementara. Alasannya, kata dia, dinamika rantai pasok suku cadang pesawat yang kini melanda hampir sebagian besar pelaku industri transportasi udara dunia.
"Berkenaan dengan upaya optimalisasi kapasitas produksi tersebut, saat ini terdapat 1 armada Garuda Indonesia dan 14 armada Citilink yang tengah menunggu percepatan penjadwalan perawatan rutin berupa proses heavy maintenance, termasuk penggantian suku cadang, untuk kembali siap beroperasi," ungkap Rahmat dalam keterangannya, dikutip Selasa (6/5/2025).
Dia mengatakan, kendala rantai pasok itu membuat proses perbaikan pesawat menjadi lebih lama dari biasanya. Namun, rencananya perbaikan 15 pesawat itu bisa dilakukan pada tahun ini.
"Keseluruhan proses perawatan armada tersebut direncanakan akan dilaksanakan pada tahun ini," ungkapnya.
Jamin Keselamatan Penerbangan
Dia menegaskan, proses perawatan besar itu diperlukan untuk menjamin keselamatan penerbangan ketika armada digunakan.
"Dapat kami sampaikan pula bahwa proses heavy maintenance sendiri diperlukan guna memastikan standar keselamatan dan kelaikan terbang tetap terjaga untuk pesawat yang akan dioperasikan," sambung Rahmat.
Sudah Datangkan 4 Pesawat
Rahmat menjelaskan, sejalan dengan langkah optimalisasi armada tersebut, Garuda Indonesia sejak akhir 2024 juga telah mendatangkan empat armada berbadan ramping (narrow body).
Diantaranya, empat unit Boeing 737-800NG dengan nomor registrasi PK-GUF, PK-GUG, PK-GUH, dan PK-GUI. Keempat armada itu targetnya bisa mulai beroperasi pada kuartal II-2025.
"Langkah ini sejalan dengan pemulihan permintaan dan peningkatan trafik penumpang pasca pandemi serta pertumbuhan sektor pariwisata nasional," kata dia.
"Optimalisasi kapasitas produksi ini yang kedepannya akan terus kami selaraskan dengan outlook kinerja Perusahaan sesuai dengan pertumbuhan demand pasar, guna memastikan penguatan landasan kinerja usaha dapat senantiasa terjaga secara berkelanjutan," ujar Rahmat menambahkan.