Liputan6.com, Jakarta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kenaikan tajam sebesar 2,2% ke level 6.980 pada perdagangan Rabu (14/5/2025). Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana menilai, kondisi ini menandai lompatan teknikal yang krusial bagi investor. Kenaikan IHSG ini disebut sebagai sinyal awal bahwa tekanan bearish yang membayangi indeks sejak awal 2025 mulai berkurang.
Aliran dana asing juga mencatatkan arus masuk signifikan, memperkuat reli di pasar. Net buy asing tercatat mencapai Rp 2,8 triliun di pasar reguler, mengindikasikan mulai membaiknya persepsi investor global terhadap emerging markets, termasuk Indonesia. Arus modal ini menjadi katalis penguatan IHSG yang solid.
“Penguatan ini turut diperkuat oleh aliran dana asing yang cukup deras, dengan mencatatkan net buy sebesar Rp 2,8 triliun di pasar reguler—indikasi bahwa sentimen investor global mulai membaik terhadap pasar negara berkembang, termasuk Indonesia,” ujar Hendra dalam keterangan yang diterima Liputan6,com, Kamis (15/5/2025).
Hubungan Dagang Dorong Sentimen Positif
Katalis utama lonjakan indeks berasal dari meredanya tensi dagang global, terutama antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Kedua negara mengumumkan 'total reset; dalam hubungan dagangnya, disertai pernyataan dovish dari Presiden AS dan Menteri Keuangan. Pasar menyambut positif adanya gencatan senjata 90 hari dalam perang tarif.
Perkembangan ini memberi harapan akan normalisasi rantai pasok global dan stabilisasi harga komoditas. Walaupun belum bisa disimpulkan bahwa konflik dagang benar-benar berakhir, pasar telah mendapatkan kejelasan arah dalam jangka pendek.
“Meski masih prematur menyimpulkan bahwa perang dagang benar-benar berakhir—mengingat sejarah deadlock pada 2018—pasar telah merespons secara positif karena ketidakpastian jangka pendek berhasil ditekan,” kata Hendra.
Target IHSG ke 7.100: Perlu Konfirmasi Tren
Secara teknikal, tembusnya resistance 6.945 membuka ruang bagi IHSG menuju level psikologis 7.000. Apabila euforia pasar tetap kuat dan dana asing terus mengalir, indeks berpeluang menguji level 7.050–7.100 pada akhir pekan. Namun, validitas perubahan tren dari bearish ke bullish masih menunggu konfirmasi.
Menurut Hendra, syarat utama pergeseran tren adalah kemampuan IHSG bertahan secara konsisten di atas 7.100 selama beberapa sesi perdagangan ke depan. Tanpa itu, penguatan saat ini bisa saja hanya menjadi rebound sementara.
“Tren jangka menengah baru benar-benar berubah dari bearish ke bullish apabila IHSG mampu bertahan konsisten di atas 7.100 dalam beberapa hari perdagangan ke depan,” jelasnya.
Saham Bank dan Energi Jadi Primadona
Sektor perbankan menjadi pemimpin reli pasar hari ini, dengan saham-saham big cap seperti BBRI, BMRI, BBCA, dan BBNI menguat antara 3% hingga 6,6%. Kuatnya minat asing terhadap saham bank mencerminkan kepercayaan terhadap fundamental solid dan likuiditas tinggi emiten-emiten tersebut.
Selain perbankan, sektor energi dan industri juga mendapat sentimen positif. Saham TPIA, PTRO, dan MBMA ikut mencuri perhatian pasar dengan kinerja harga yang impresif. Untuk perdagangan esok, sejumlah saham berpotensi menjadi incaran.
“Untuk perdagangan esok hari, saham-saham menarik yang layak dicermati antara lain BBRI (buy, target Rp 4.200), PGAS (buy, target Rp 1.735), MBMA (buy, target Rp 382), dan PTRO (buy, target Rp 3.200),” ungkap Hendra.
Optimisme Baru, Tetap Waspada
Dengan dukungan faktor global, teknikal, dan arus modal asing, IHSG kini memasuki fase optimisme baru. Namun, Hendra menekankan pentingnya kedisiplinan dalam manajemen risiko.
Investor perlu menunggu konfirmasi lanjutan bahwa penguatan ini merupakan awal dari tren pemulihan struktural, bukan hanya pantulan sementara.
“Dengan kombinasi sentimen global yang membaik, perbaikan teknikal IHSG, dan derasnya arus dana asing, pasar kini memasuki fase optimisme baru. Namun tetap bijak,” tutup Hendra.