Liputan6.com, Jakarta - PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk berencana mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana saham(initial public offering/IPO). Pada aksi tersebut, produsen permen Yupi ini akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 854.448.900 lembar saham dengan nilai nominal Rp 50 per lembar.
Saham yang ditawarkan itu terdiri dari 256.334.700 lembar saham baru yang mewakili 3 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO. Dan, sebanyak 598.114.200 lembar saham milik PT Sweets Indonesia (PTSI) yang mewakili 7 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO.
Dengan demikian, total saham yang ditawarkan dalam IPO PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk adalah 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO. Harga penawaran dipatok pada kisaran RP 2.100-2.500 per lembar. Sehingga, perseroan berpotensi mengantongi sebanyak-banyaknya Rp 2,14 triliun dari IPO.
Rencananya, sekitar 77 persen dana hasil IPO akan digunakan untuk keperluan pembiayaan belanja modal. Yaitu untuk pembangunan pabrik baru di daerah Nganjuk Jawa Timur, dengan total biaya yang diestimasi sekitar sebesar Rp 437,5 miliar dan diestimasi akan beroperasi paling cepat pada tahun 2026.
Lalu sisanya sekitar 23 persen akan digunakan sebagai modal kerja Perseroan untuk melakukan ekspansi bisnis baik ke pasar internasional maupun pasar dalam negeri. Termasuk tapi tidak terbatas untuk keperluan term of payment, persediaan dan penambahan jumlah karyawan.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Janjikan Dividen hingga 80 Persen Laba
Setelah IPO, manajemen perseroan berkomitmen untuk membagikan dividen kepada seluruh pemegang saham perseroan hingga 80 persen dari laba bersih. Namun kebijakan itu tetap memperhatikan syarat dan ketentuan yang berlaku dan tidak mengabaikan kesehatan keuangan perseroan tanpa mengurangi hak dari RUPS.
Dalam aksi IPO ini, perseroan menunjuk PT CIMB Niaga Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas sebagai pelaksana emisi efek. Saat ini, modal dasar perseroan terdiri dari 15 miliar lembar saham dengan nilai nominal Rp 750 miliar.
Kemudian jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan tercatat sebanyak 8.288.154.000 lembar dengan nilai nominal Rp 414,4 miliar. Rinciannya, sebanyak 8.279.860.000 lembar atau setara 99,9 persen senilai Rp 413,99 miliar merupakan kepemilikan PTSI. Kemudian sisanya dimiliki oleh Daniel Budiman yang tercatat memegang 8.294.000 lembar atau senilai Rp 414,7 juta.
Setelah IPO, modal ditempatkan dan disetor penuh akan bertambah menjadi 8.544.488.700 lembar dengan nilai nominal Rp 427,22 miliar. Di mana PTSI masih mengempit 7.681.745.800 lembar atau setara 89,90 persen dengan nilai nominal Rp 384,09 miliar. Kepemilikan Daniel Budiman tak alami perubahan. Sementara publik akan memiliki 854.448.900 lembar saham perseroan dengan nilai nominal Rp 42,72 miliar, setara 10 persen dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Rencana Akuisisi dan Perubahan Pengendalian Yupi Indo Jelly Gum
PT Sweets Indonesia (PTSI) dan Daniel Budiman telah menandatangani perjanjian untuk menjual saham mereka kepada Confectionary Consumer Products Global Pte Ltd (CCPGL) dan PT Confectionery Consumer Products Indonesia (PT CCPI) pada 1 November 2024.
Setelah perseroan mencatatkan sahamnya di Bursa, PT CCPI akan membeli seluruh saham yang dimiliki oleh PTSI dan Daniel Budiman, yaitu sebanyak 7,69 miliar lembar saham atau 90 persen dari total saham yang telah diterbitkan.
Akuisisi ini akan dilakukan setelah IPO selesai dan pencatatan saham di BEI, dengan batas waktu maksimal 12 bulan sejak perjanjian ditandatangani.
Kinerja PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk
Perseroan menggunakan laporan keuangan periode sembilan bukan yang berakhir pada 31 September 2024 dalam rangka IPO. Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan penurunan pendapatan sebesar Rp 113 miliar atau 4,5 persen, dari Rp 2,52 triliun pada periode sembilan bulan yang berakhir 30 September 2023 menjadi Rp 2,41 triliun.
Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat di pasar domestik maupun internasional. Manajemen memutuskan untuk tidak menaikkan harga jual pada tahun 2024. Meskipun demikian, Perseroan tetap menjadi pemimpin pasar dengan pangsa 67 persen menurut Euromonitor.
Beban pokok penjualan turun Rp 214 miliar atau 12 persen, dari Rp 1,79 triliun pada 30 September 2023 menjadi Rp 1,58 triliun pada 30 September 2024. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya biaya bahan baku sebesar Rp 197 miliar. Sebagai persentase dari pendapatan, beban pokok penjualan turun dari 70,9 persen menjadi 65,4 persen.
Alhasil, laba bruto naik Rp 101 miliar atau 13,7 persen, dari Rp 734 miliar menjadi Rp 835 miliar pada periode yang sama tahun 2024.
Sementara, beban penjualan naik Rp 68 miliar atau 63,6 persen, dari Rp 107 miliar menjadi Rp 175 miliar. Kenaikan ini terutama akibat peningkatan biaya pemasaran dan promosi sebesar Rp 71 miliar, yang dialokasikan untuk media digital, televisi, acara nasional, promosi di pasar tradisional dan modern, serta kolaborasi dengan merek lain.
Beban umum dan administrasi naik Rp 2 miliar atau 3,1 persen, dari Rp 78 miliar menjadi Rp 80 miliar, terutama karena kenaikan gaji dan kesejahteraan karyawan sebesar Rp5 miliar. Namun, secara proporsi, beban ini tetap sekitar 3 persen dari total penjualan.
Laba Bersih Yupi Indo Jelly Gum
Pendapatan usaha lainnya naik Rp 2 miliar atau 12,9 persen, dari Rp 19 miliar menjadi Rp 21 miliar, terutama karena pembalikan denda bea cukai sebesar Rp 6 miliar. Sementara itu, beban usaha lainnya naik Rp 7 miliar atau 116,4 persen, dari Rp 7 miliar menjadi Rp 14 miliar, terutama akibat rugi selisih kurs sebesar Rp 10 miliar.
Laba usaha naik Rp 25 miliar atau 4,4 persen, dari Rp 562 miliar menjadi Rp 587 miliar. Pendapatan keuangan melonjak Rp 24 miliar atau 363,4 persen, dari Rp 7 miliar menjadi Rp 31 miliar, didorong oleh peningkatan pendapatan bunga deposito.
Bersamaan dengan itu, beban keuangan turun Rp2 miliar atau 38,3 persen, dari Rp 5 miliar menjadi Rp 3 miliar, seiring dengan berkurangnya bunga utang bank sebesar Rp 2 miliar. Laba sebelum pajak naik Rp 46 miliar atau 8,2 persen, dari Rp562 miliar menjadi Rp 608 miliar. Beban pajak naik Rp 2 miliar atau 2,1 persen, dari Rp 122 miliar menjadi Rp 124 miliar, sejalan dengan kenaikan laba sebelum pajak.
Sebagai hasilnya, laba bersih Perseroan naik Rp 44 miliar atau 9,9 persen, dari Rp 440 miliar menjadi Rp 484 miliar pada 30 September 2024.
Aset Yupi Indo Jelly Gum
Jumlah aset meningkat 1,9 persen atau Rp 50 miliar, dari Rp 2,64 triliun pada 31 Desember 2023 menjadi Rp 2,69 triliun pada 30 September 2024. Kenaikan ini terutama karena belanja modal sebesar Rp 209 miliar untuk pembelian tanah, bangunan, serta mesin pabrik di Karanganyar. Sementara itu, persediaan bersih turun Rp39 miliar.
Total liabilitas naik 8,8 persen atau Rp 47 miliar, dari Rp 534 miliar menjadi Rp 581 miliar. Peningkatan ini disebabkan oleh naiknya utang usaha pihak ketiga sebesar Rp 93 miliar, meskipun sebagian tertutupi oleh penurunan utang bank jangka panjang sebesar Rp 32 miliar.
Ekuitas naik tipis 0,2 persen atau Rp 3 miliar, dari Rp 2,1 triliun menjadi Rp 21 triliun. Kenaikan ini terjadi meskipun saldo laba turun Rp4 miliar akibat laba periode berjalan sebesar Rp 484 miliar yang dikurangi oleh pembagian dividen kas sebesar Rp 490 miliar.