Polisi Operasi Besar-besaran Kepung Kampung Narkoba di Makassar, 29 Orang Diringkus

Liputan6.com, Jakarta Polda Sulawesi Selatan bersama Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulsel, Polrestabes Makassar, dan sejumlah instansi terkait menggelar Operasi Gabungan Pemulihan Kampung Rawan Narkotika Terpadu di wilayah Kelurahan Lembo, Kecamatan Tallo, Kota Makassar, Jumat (8/11/2025) dini hari. Hasilnya, 29 orang ditangkap. 

Operasi besar ini merupakan bagian dari Commander Wish Irjen Pol Djuhandhani Rahardjo Puro yang baru saja dilantik menjadi Kapolda Sulsel. 

“Alhamdulillah, dalam satu minggu bertugas di Polda Sulsel kami sudah melaksanakan sejumlah operasi dengan hasil signifikan. Salah satunya penggerebekan di Kampung Rawan Narkoba ini,” ujar Irjen Djuhandhani dalam konferensi pers di MapolrestabesMakassar, Senin (10/11/2025).

Sedikitnya 540 personel gabungan dikerahkan dalam operasi ini. Terdiri dari 361 personel Polda Sulsel, 50 personel BNNP Sulsel, 76 personel Polrestabes Makassar, 17 Personel Polres Pelabuhan Makassar, 12 pegawai Dinas Kesehatan Makassar, 9 pegawai Kesbangpol Makassar, dan 15 personel Satpol PP Makassar. 

Tim dibagi ke dalam tiga kelompok untuk menyisir titik rawan di wilayah yang dijuluki 'Kampung Narkoba' di Kota Makassar yakni Kampung Sapiria, Gotong, Borta, dan Bottoka. 

“Kami ingin memastikan kehadiran negara benar-benar dirasakan masyarakat hingga ke kampung-kampung yang selama ini rawan peredaran narkoba,” tegas Kapolda.

Dalam penggerebekan itu, aparat menangkap 29 orang yang diduga terlibat penyalahgunaan narkotika. Rinciannya, 8 orang di Lembo, 15 orang di Sapiria–Gotong, dan 6 orang di Borta.

Selain menangkap para terduga pelaku, petugas menyita puluhan paket sabu, ganja, dan tembakau sintetis, serta 25 unit ponsel, timbangan digital, alat isap sabu, senjata tajam, senapan angin dan uang tunai Rp 6,7 juta.

“Dalam operasi tersebut, kami juga mengamankan pelaku yang masuk daftar pencarian orang (DPO) kasus narkotika. Ini hasil pengembangan dari kasus-kasus sebelumnya,” kata Irjen Djuhandhani.

Malam itu, seluruh terduga pelaku langsung dibawa ke Polrestabes Makassar untuk pemeriksaan dan tes urine. Hasilnya, 17 orang dinyatakan positif narkoba—16 positif Methamphetamine dan Amphetamine, serta satu positif THC.

Operasi yang berlangsung sejak pukul 03.00 hingga 07.00 Wita itu berjalan aman dan terkendali. Kapolda menegaskan pihaknya tidak akan berhenti melakukan penindakan serupa di wilayah lain.

“Kami tidak pandang bulu. Jika ada pelaku, termasuk dari internal kepolisian sendiri, kami akan proses hukum secara profesional,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Polda Sulsel, Polrestabes Makassar, BNNP Sulsel serta sejumlah pihak terkait juga memusnahkan barang bukti narkotika hasil pengungkapan sejumlah kasus di tahun 2025.

Barang bukti yang dimusnahkan mencapai 20 kilogram narkotika, terdiri dari 13 kilogram sabu, 1 kilogram cairan sintetis, serta 6 kilogram atau 33.936 butir obat berbahaya (THD). 

“Pemusnahan ini bentuk tanggung jawab kami memastikan barang bukti tidak lagi beredar dan merusak generasi muda,” ujar Kapolda.

Lebih jauh, Djuhandhani mengungkap, sepanjang tahun 2025, Polda Sulsel dan jajaran mengungkap 2.531 laporan polisi (LP) dengan 3.815 tersangka. Barang bukti yang disita meliputi 125 kilogram sabu, 19.791 butir ekstasi, 59.000 butir obat berbahaya, dan 8,741 kilogram ganja.

Sementara itu, di wilayah hukum Polrestabes Makassar khusus bulan November 2025, tercatat 59 LP, 100 tersangka, dan total 20 kilogram narkotika berbagai jenis.

Enam kasus menonjol menjadi atensi publik, termasuk jaringan sabu lintas provinsi dengan total 18 tersangka dan nilai barang bukti mencapai Rp16,2 miliar. 

Dari seluruh pengungkapan ini, aparat memperkirakan telah menyelamatkan sekitar 177 ribu jiwa, dengan nilai ekonomi penyelamatan mencapai Rp1,4 triliun. 

Para tersangka dijerat Pasal 132 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, serta Pasal 435 subsider Pasal 438 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Ancaman hukumannya mulai dari penjara minimal 6 tahun hingga maksimal 20 tahun, pidana seumur hidup, bahkan hukuman mati bagi pengedar besar dan bandar.

“Makassar dan Sulawesi Selatan harus menjadi tempat paling aman bagi masyarakat, dan tempat paling tidak aman bagi pelaku kejahatan, terutama narkoba,” tegas Djuhandhani.