Perbedaan Idealisme Pendidikan dan Dunia Usaha

22 hours ago 6

Liputan6.com, Semarang - Indonesia memiliki potensi besar untuk memajukan pendidikan dan industri secara bersamaan, namun belum tergali optimal. Dengan lebih dari 3.500 perguruan tinggi, Indonesia ibarat ladang talenta subur, tetapi masih terputus dari dunia industri.

Persoalan ini mendapat perhatian serius dari anggota Wali Amanat Universitas Negeri Semarang (Unnes). Gunawan Tjokro. Ia menegaskan bahwa sinergi kampus-industri adalah kebutuhan mendesak untuk menjawab tantangan bisnis saat ini.

“Kita punya ribuan kampus, tapi banyak lulusan belum siap kerja,” katanya.

Gunawan Cokro adalah Komisaris Utama PT Dynaplast. Ia lalu bercerita bahwa PT Dynaplast harus rutin menggelar program Management Trainee (MT) untuk membentuk lulusan sesuai kebutuhan perusahaan. Repotnya, proses ini memakan waktu 1-2 tahun dan biaya besar.

Menurutnya, kolaborasi erat antara industri dan perguruan tinggi dapat menekan biaya tersebut.

“Kurikulum kampus bisa disesuaikan dengan kebutuhan pasar, sehingga lulusan tak perlu pelatihan intensif,” kata Gunawan.

Program Kampus Berdampak yang memungkinkan mahasiswa magang di perusahaan, disebutnya sebagai langkah awal menjanjikan.

"Magang menjadi jembatan bagus untuk mahasiswa mengenal dunia kerja,” tambahnya.

Simak Video Pilihan Ini:

Andika Perkasa Buka Suara soal Dugaan Mobilisasi Kades di Jateng untuk Dukung Cagub Tertentu

Menyatukan Visi Adalah Kunci

Sebagai Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Negeri Semarang (Unnes), Gunawan juga melihat peluang inovasi. Banyak riset kampus sulit dihilirkan menjadi produk pasar. Kolaborasi dengan industri, seperti PT Dynaplast, dapat memanfaatkan riset tanpa perusahaan membangun pusat R&D sendiri, yang lebih efisien.

Ia lalu mendorong platform digital yang mempertemukan peneliti dan pelaku industri untuk memudahkan pertukaran ide.

Data BPS 2024 mencatat 842.378 lulusan perguruan tinggi belum bekerja, menunjukkan sistem pendidikan dan dunia kerja belum selaras. Gunawan mengutip Plato bahwa pendidikan adalah penyalaan api, bukan pengisian bejana.

“Api itu harus dinyalakan melalui kolaborasi kampus-industri,” katanya.

Ia mengusulkan program “Praktisi Mengajar” sebagai bagian tanggung jawab sosial perusahaan, didukung insentif pajak seperti super deduction tax untuk R&D.

Namun, tantangan utama adalah perbedaan orientasi akademis kampus dan pragmatis industri. Solusinya, harmonisasi kebijakan dan forum lintas sektor untuk membangun visi bersama.

Bagi Gunawan, sinergi ini bukan hanya soal bisnis, tetapi kontribusi untuk Indonesia Emas 2045.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |