Liputan6.com, Jakarta - PT Astra International Tbk (ASII) mengusulkan pembagian dividen final Rp 308 per saham untuk tahun buku 2024. Hal itu akan diusulkan pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Mei 2025.
Perseroan sebelumnya juga telah menetapkan pembagian dividen interim sebesar Rp 98 per saham pada Oktober 2024. Dengan demikian, total dividen yang diusulkan untuk 2024 menjadi Rp 406 per saham dengan rasio pembayaran dividen sebesar 48 persen. Dividen 2023 yang dibagikan sebesar Rp 519 per saham.
“Rasio pembayaran dividen ini mencerminkan kembalinya persentase rasio pembayaran dividen ke tingkat yang konsisten dengan rasio sebelum distribusi dividen yang lebih tinggi pada 2022 dan 2023,” demikian seperti dikutip dari keterangan resmi Astra, ditulis Jumat (28/2/2025).
PT Astra International Tbk membukukan pendapatan bersih 2024 sebesar Rp 330,9 triliun, naik 5 persen dibandingkan tahun lalu. Laba bersih grup tidak termasuk penyesuaian nilai wajar atas investasi grup di GoTo dan Hermina mencapai Rp 34,2 triliun, sedikit lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun lalu.
"Jika memperhitungkan penyesuaian nilai wajar pada GoTo dan Hermina, laba bersih grup juga sedikit meningkat menjadi sebesar Rp 34,1 triliun,” demikian seperti dikutip.
Nilai aset bersih per saham pada 31 Desember 2024 sebesar Rp5.265 meningkat 7% dibandingkan pada 31 Desember 2023. Kas bersih, tidak termasuk anak perusahaan jasa keuangan Grup, sebesar Rp8,0 triliun pada 31 Desember 2024, dibandingkan dengan Rp29 miliar pada 31 Desember 2023, mencerminkan arus kas operasional yang kuat yang melebihi dari penurunan belanja modal, investasi, dan pembayaran dividen tahun tersebut.
Utang bersih anak perusahaan Grup di divisi jasa keuangan meningkat menjadi Rp60,2 triliun pada 31 Desember 2024, dari Rp52,2 triliun pada akhir tahun 2023, didorong oleh pertumbuhan bisnis pembiayaan konsumen Grup.
Kontribusi Kinerja
Presiden Direktur PT Astra International Tbk Djony Bunarto Tjondro menuturkan, grup mencatatkan laba bersih yang solid pada 2024, dengan resiliensi kinerja dari portofolio yang terdiversifikasi, meskipun sentimen konsumen di Indonesia melemah.
Kontribusi yang lebih tinggi berasal dari bisnis sepeda motor, jasa keuangan, serta infrastruktur dan logistik, yang sebagian diimbangi oleh dampak penurunan penjualan mobil dan harga batu bara yang lebih rendah.
"Ke depan, kami optimistis dengan prospek pertumbuhan jangka panjang Indonesia. Dengan didukung oleh neraca keuangan yang solid, Grup berada dalam posisi yang kuat dalam menavigasi ketidakpastian jangka pendek dan melakukan investasi dalam memperkuat bisnis inti kami serta menjajaki peluang-peluang baru guna mendorong pertumbuhan jangka menengah dan panjang,” ujar dia.
Astra Indonesia Raup Laba Rp 34,05 Triliun pada 2024
Sebelumnya, PT Astra International Tbk (ASII) mengumumkan kinerja tahun buku 2024 yang berakhir pada 31 Desember 2024. Pada periode tersebut, perseroan membukukan pertumbuhan positif, baik dari sisi pendapatan maupun laba.
Pendapatan perseroan sampai dengan 31 Desember 2024 tercatat sebesar Rp 330,92 triliun. Pendapatan itu naik 4,53 persen dibandingkan pendapatan bersih tahun buku 2023 yang tercatat sebesar Rp 316,57 triliun.
Seiring dengan kenaikan pendapatan, beban pokok pendapatan pada 2024 naik menjadi Rp 257,36 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp 243,26 triliun. Sehingga diperoleh laba bruto RP 73,56 triliun, masih naik dibandingkan laba bruto 2023 yang tercatat sebesar Rp 73,31 triliun.
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa, Kamis (27/2/2025), perseroan membukukan beban penjualan Rp 11,45 triliun pada 2024. Kemudian beban umum dan administrasi tercatat sebesar RP 11,35 triliun. Penghasilan bunga pada periode yang sama tercatat sebesar Rp 3,35 triliun.
Biaya keuangan tercatat sebesar Rp 3,8 triliun dan kerugian selisih kurs bersih Rp 532 miliar. Penyesuaian nilai wajar investasi pada GOTO dan HEAL tercatat sebesar Rp 138 miliar, dan penyesuaian nilai wajar investasi lain-lain Rp 11 miliar. Penghasilan lain-lain pada 2024 tercatat sebesar Rp 1,79 triliun. Kemudian, bagian atas hasil bersih ventura bersama dan entitas asosiasi tercatat sebesar Rp 10,29 triliun.
Laba 2024 Naik Tipis 0,63 Persen
Setelah memperhitungkan beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk tahun buku 2024 sebesar Rp 34,05 triliun. Laba itu naik 0,63 persen dibandingkan laba tahun buku 2023 yang tercatat sebesar Rp 33,84 triliun. Sehingga laba per saham dasar naik menjadi Rp 841 dari sebelumnya Rp 836 per saham.
Aset perseroan sampai dengan 31 Desember 2024 naik menjadi Rp 472,93 triliun dibanding posisi akhir 2023 yang tercatat sebesar Rp 445,41 triliun. Terdiri dari aset lancar senilai Rp 176,93 triliun dan sisanya Rp sekitar Rp 295,99 triliun merupakan aset tidak lancar.
Liabilitas sampai dengan 31 Desember 2024 naik menjadi Rp 201,43 triliun dibanding posisi akhir 2023 yang tercatat sebesar Rp 194,98 triliun. Rinciannya, sebesar Rp 133,3 triliun merupakan liabilitas jangka pendek dan sekitar Rp 68,13 triliun tercatat sebagai liabilitas jangka panjang.
Sementara, ekuitas sampai dengan akhir Desember 2024 tercatat sebesar Rp 271,5 triliun. Liabilitas itu naik dibandingkan liabilitas pada akhir 2023 yang tercatat sebesar Rp 250,42 triliun.