Pasar Saham Asia-Pasifik Dibuka Melemah, Simak Prediksinya

19 hours ago 9

Liputan6.com, Jakarta Pasar saham Asia-Pasifik dibuka melemah pada hari Rabu saat investor mencerna pernyataan terbaru dari Ketua Federal Reserve Amerika Serikat, Jerome Powell.

Powell mengatakan pada hari Selasa bahwa bank sentral seharusnya sudah memangkas suku bunga, jika bukan karena kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump.

Indeks Saham Regional Bergerak Beragam

Dikutipd ari CNBC, Rabu (2/7/2025), Indeks Nikkei 225 di Jepang turun sebesar 1,32%, sementara Topix melemah 0,64%.

Di Korea Selatan, indeks Kospi tercatat turun 0,42%, dan Kosdaq bergerak datar tanpa perubahan signifikan. Sementara itu, indeks acuan Australia, S&P/ASX 200, justru naik tipis sebesar 0,49%.

Futures untuk indeks saham Hang Seng Hong Kong berada di level 24.170, lebih tinggi dibandingkan penutupan sebelumnya di 24.072,28.

Wall Street Ditutup Campuran

Di Amerika Serikat, kontrak berjangka saham bergerak relatif stabil selama jam perdagangan Asia. Hal ini terjadi setelah para investor memulai paruh kedua tahun ini dengan minat yang menurun terhadap saham teknologi.

Pada perdagangan malam sebelumnya di Wall Street, tiga indeks utama ditutup dengan hasil yang beragam. S&P 500 turun tipis 0,11% dan ditutup pada 6.198,01.

Nasdaq Composite mencatat penurunan 0,82% ke level 20.202,89. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average menjadi pengecualian dengan kenaikan 400,17 poin atau 0,91%, berakhir di 44.494,94.

Tarik Ulur Antara Kebijakan dan Pasar

Pernyataan Powell menunjukkan adanya ketegangan antara kebijakan fiskal Presiden Trump dan kebijakan moneter Federal Reserve.

Tarik-ulur ini menambah ketidakpastian di pasar global, yang sudah diliputi oleh sentimen berhati-hati menjelang rilis data ekonomi terbaru dan potensi perubahan kebijakan suku bunga di berbagai negara.

Tren Investasi 2025: Fokus pada Ketahanan dan Diversifikasi

Melihat dinamika global dan tekanan geopolitik, tren investasi pada tahun 2025 diperkirakan akan berfokus pada ketahanan portofolio dan diversifikasi aset.

Investor ritel maupun institusional mulai mengalihkan perhatian dari saham teknologi ke sektor-sektor yang lebih stabil seperti energi terbarukan, logistik, dan kesehatan.

Selain itu, investasi berkelanjutan (ESG) diprediksi terus tumbuh sebagai prioritas utama, seiring dengan meningkatnya kesadaran terhadap perubahan iklim dan tanggung jawab sosial.

Aset digital seperti tokenisasi aset riil dan obligasi berbasis blockchain juga mulai mendapat tempat sebagai alternatif investasi jangka panjang di tengah tekanan inflasi dan suku bunga tinggi.

Dengan latar belakang seperti ini, investor disarankan untuk tetap waspada terhadap volatilitas jangka pendek, namun tetap berpikir strategis untuk menempatkan modal pada sektor-sektor yang siap tumbuh dalam kondisi ekonomi yang berubah cepat.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |