IHSG Susut 7,71 Persen, Sektor Saham Kompak Memerah

1 week ago 18

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot pada sesi pertama, perdagangan Selasa (8/4/2025). Namun, koreksi IHSG berkurang hingga penutupan perdagangan saham dan bursa saham Asia Pasifik menguat.

Mengutip data RTI, IHSG anjlok 7,71 persen ke posisi 6.008,47. Indeks LQ45 turun 8,51 persen ke posisi 671,99. Seluruh indeks saham acuan memerah. Pada sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 6.030,36 dan level terendah 5.882,60. Sebanyak 672 saham memerah sehingga menekan IHSG. 23 saham menguat dan 93 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 888.589 kali dengan volume perdagangan 14,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 12,6 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.844. Seluruh sektor saham tertekan. Sektor saham basic merosot 11,01 persen, dan catat koreksi terbesar. Disusul sektor saham teknologi terpangkas 10,19 persen dan sektor saham siklikal tergelincir 8,49 persen.

Sektor saham energi susut 8,08 persen, sektor saham industri merosot 7,63 persen, sektor saham consumer nonsiklikal turun 5,03 persen, sektor saham kesehatan melemah 7,26 persen. Lalu sektor saham keuangan merosot 5,33 persen, sektor saham properti terperosok 6,31 persen, sektor saham infrastruktur terpangkas 7,77 persen dan sektor saham transportasi turun 7,09 persen.

Gerak Saham

Pada sesi pertama, saham BBRI ditutup melemah 7,9 persen ke posisi Rp 3.730 per saham. Harga saham BBRI dibuka turun ke posisi Rp 3.460 per saham dari penutupan sebelumnya Rp 4.050 per saham. Harga saham BBRI berada di level tertinggi Rp 3.750 dan level terendah Rp 3.450 per saham. Total frekuensi perdagangan 92.738 kali dengan volume perdagangan 4.619.922 saham. Nilai transaksi Rp 1,7 triliun.

Harga saham BMRI ditutup merosot 8,27 persen ke posisi Rp 4.770 per saham. Harga saham BMRI dibuka turun ke posisi Rp 4.500 per saham dari sebelumnya Rp 5.200 per saham. Harga saham BMRI berada di level tertinggi Rp 4.830 dan terendah Rp 4.770 per saham. Total frekuensi perdagangan 69.269 kali dengan volume perdagangan 4.781.049 saham. Nilai transaksi Rp 2,2 triliun.

Harga saham BBCA terperosok 7,35 persen ke posisi Rp 7.875 per saham. Harga saham BBCA dibuka turun ke posisi Rp 7.400 per saham dari penutupan sebelumnya Rp 8.500 per saham. Harga saham BBCA berada di level tertinggi Rp 8.000 dan level terendah Rp 7.275 per saham. Total frekuensi perdagangan 93.320 kali dengan volume perdagangan 3.929.071 saham. Nilai transaksi Rp 3 triliun.

Top Gainers-Losers

Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:

  • Saham SOSS melonjak 24,73 persen
  • Saham RUIS melonjak 13,04 persen
  • Saham TIFA melonjak 10 persen
  • Saham CTBN melonjak 9,95 persen
  • Saham WIFI melonjak 7,14 persen

Saham-saham yang masuk top losers antara lain:

  • Saham MTFN merosot 16,67 persen
  • Saham AREA merosot 14,98 persen
  • Saham RAJA merosot 14,97 persen
  • Saham RATU merosot 14,97 persen
  • Saham SMDM merosot 14,92 persen

Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:

  • Saham BBCA senilai Rp 3 triliun
  • Saham BMRI senilai Rp 2,2 triliun
  • Saham BBRI senilai Rp 1,7 triliun
  • Saham BBNI senilai Rp 492,9 miliar
  • Saham TLKM senilai Rp 477,2 miliar

Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:

  • Saham BBCA tercatat 93.317 kali
  • Saham BBRI tercatat 92.738 kali
  • Saham BMRI tercatat 69.266 kali
  • Saham BBNI tercatat 26.502 kali
  • Saham ADRO tercatat 20.082 kali

IHSG Trading Halt Usai Libur Lebaran, Sentimen Ini Jadi Penyebabnya

Sebelumnya, pasar saham Indonesia membuka perdagangan pasca libur panjang Lebaran dengan gejolak luar biasa. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung anjlok 9,19% ke level 5.912,06 pada sesi pembukaan dan memicu penghentian sementara perdagangan (trading halt) selama 30 menit, sesuai ketentuan Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kepanikan pasar tercermin bukan hanya pada indeks utama, tetapi juga pada LQ45 yang berisi saham-saham unggulan, yang terjun 11,31% ke posisi 651,46. Saham-saham blue chip menjadi korban utama aksi jual. Di antaranya, BBCA turun 12,94%, BBRI melemah 14,57%, TLKM terkoreksi 14,94%, BBNI merosot 13,21%, dan ASII turun lebih ringan sebesar 3,46%.

Menurut Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana, penurunan tajam ini bukan terjadi tanpa alasan. Selama libur bursa, pasar dihantam berbagai sentimen negatif global yang belum sempat direspons secara bertahap, dan akhirnya meledak dalam satu hari perdagangan.

“Penurunan ini sangat dalam karena seluruh sentimen negatif global yang menumpuk selama libur langsung dicerminkan dalam satu sesi perdagangan,” jelas Hendra Wardhana dalam keterangan resmi yang diterima Liputan6.com, Selasa (8/4/2025).

Kebijakan Trump Jadi Pemicu Utama

Hendra menilai pemicu utama dari tekanan masif ini adalah kebijakan terbaru Presiden AS Donald Trump, yang menaikkan tarif dagang hingga 32% terhadap beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia.

Meski kontribusi ekspor Indonesia ke AS hanya sekitar 9,9%, pasar meresponsnya secara berlebihan karena melihat potensi perang dagang global yang kembali memanas, risiko perlambatan ekonomi dunia, hingga terganggunya rantai pasok global.

Lebih lanjut, absennya pernyataan atau reaksi cepat dari otoritas Indonesia menjelang pembukaan pasar juga ikut memperparah kepanikan.

“Ketiadaan reaksi cepat dari pemerintah RI sebelum pasar dibuka juga membuat pelaku pasar kehilangan kepercayaan,” tegas Hendra.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |