Hadapi Tarif Trump, Pengamat: Kredibilitas Tim Negosiasi di AS Berpotensi Redakan Kekhawatiran Pasar

1 month ago 33

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Pelaksana Samuel Sekuritas Indonesia, Harry Su menilai, dunia akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi termasuk Indonesia setelah penerapan tarif dagang baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

"Pada tahap siklus pasar ini, kami memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia tahun 2025 akan melambat menjadi 4,5 persen-4,6 persen, turun dari 4,97 persen dari sebelumnya,” ujar Harry Su dalam catatannya, dikutip Selasa (8/4/2025).

Harry menambahkan, perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut didorong sejumlah faktor. Ia Pertama, depresiasi nilai tukar rupiah karena defisit transaksi berjalan yang melebar mendekati 2 persen dari 1,4 persen sebelumnya yang berasal dari ekspor yang lebih rendah ke Amerika Serikat (11 persen dari total). Ini antara lain elektronik, garmen, alas kaki dan makanan laut serta harga komoditas yang lebih lemah (60 persen dari total ekspor).

"Perhatikan harga minyak turun 7 persen setelah pemberlakuan tarif Trump, meskipun ekspor CPO kita ke China dapat didorong oleh keputusan China untuk menerapkan tarif balasan 32 persen untuk produk AS termasuk minyak kedelai,” ujar dia.

Kedua, Harry menuturkan, pihaknya perkirakan yuan China akan melemah ke depan sehingga menurunkan kinerja mata uang regional termasuk rupiah. “Akibat tekanan pada mata uang lokal, suku bunga Indonesia mungkin akan tetap tinggi dalam jangka waktu lebih lama yang akan bebani pertumbuhan ekonomi negara itu,” ujar dia.

Selain itu, ia mengatakan the Federal Reserve (the Fed) harus hadapi inflasi yang lebih tinggi pada masa mendatang. Dengan demikian, ia prediksi suku bunga yang lebih rendah mungkin tidak akan terwujud tahun ini yang akan menyeret pertumbuhan global secara keseluruhan.

"Di dalam negeri, pertumbuhan Indonesia akan terpukul keras oleh penurunan ekspor nikel dan komoditas lainnya, penurunan sektor pariwisata dan perhotelan serta menyusutnya daya beli domestik, yang terkikis oleh pinjaman, judi online, dan paylater. Tahun 2025 tidak akan ada uang dari mesin politik karena tidak ada pemilihan umum tahun ini,” kata Harry.

Butuh Kebijakan Luar Biasa

Seiring hal itu, Harry menilai, Indonesia tidak hanya membutuhkan tindakan cepat tetapi juga kebijakan luar biasa dari pemerintah.

"Ketidakpastian tentang perombakan kabinet harus segera dihilangkan karena Mei sudah dekat, dan semester pertama akan segera berakhir. Mengingat pasar yang lemah saat ini, Indonesia sangat membutuhkan perombakan kabinet ini untuk melahirkan menteri baru yang cakap, kompeten,” kata dia.

Selain itu, Harry menuturkan, rencana dari hasil pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan pelaku pasar modal juga diharapkan dapat membantu stabilitas Indonesia ke depan.

"Selain itu, kami mengharapkan ada pertemuan terkoordinasi yang dibentuk Presiden dengan para menteri, Bank Indonesia dan pejabat terkait lainnnya untuk mengatasi depresiasi rupiah, keterbatasan anggaran, perlambatan ekonomi dan proyek awal Danantara,” kata dia.

Terkait tarif Trump, Harry menuturkan, tim negosiasi yang mumpuni yang akan berunding di Washington, AS diperlukan.”Kredibilitas dan keberhasilan tim negosiasi ini di AS niscaya akan membantu membentuk sentimen pasar dan berpotensi meredakan kekhawatiran pasar,” ujar Harry.

Penutupan Bursa Saham Asia 7 April 2025

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik memperpanjang aksi jual saham pada Senin, 7 April 2025. Koreksi bursa saham Asia Pasifik terjadi seiring kekhawatiran atas perang dagang global yang dipicu tarif dagang oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Mengutip CNBC, bursa saham Hong Kong memimpin koreksi di Asia Pasifik. Indeks Hang Seng turun 13,22 persen menjadi 19.828,30. Sementara itu, indeks Hang Seng teknologi merosot 17,16 persen menjadi 4.401,51. Indeks CSI 300 terpangkas 7,05 persen menjadi 3.589,44. Koreksi itu membuat penurunan terbesar dalam satu hari sejak Oktober lalu.

UOB Kay Hian Chief Investment Officer for Wealth Management, Qi Wang menuturkan, bursa China telah terpukul oleh tindakan balasan Beijing atas tarif Trump. Dalam jangka pendek, ia prediksi pasar berdasarkan reaksi ini. Ke depan, Wang terus mencermati respons resmi dari Uni Eropa yang mengatakan tengah mempersiapkan tindakan balasan. Ia mengamati reaksi AS terhadap respons terbaru China.

Wang juga perhatikan sentimen politik di AS, terutama karena konsumen AS jelas tidak senang dengan hal ini.

Di sisi lain, indeks Nikkei 225 turun 7,83 persen ke level terendah dalam 18 bulan di 31.136,58. Indeks Topix merosot 7,79 persen menjadi 2.288,666.

Di Korea Selatan, indeks Kospi turun 5,57 persen menjadi 2.328,20. Indeks Kosdaq terpangkas 5,25 persen menjadi 651,30. Indeks ASX 200 di Australia turun 4,23 persen hingga ditutup ke level 7.343,30. Indeks acuan itu merosot ke wilayah koreksi dengan penurunan 11 persen sejak level tertinggi terakhirnya pada Februari pada sesi sebelumnya. Indeks acuan di India yakni Nifty 50 merosot 4,08 persen.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |