GGRM Catat Pendapatan Rp 98,65 Triliun Sepanjang 2024

2 days ago 10

Liputan6.com, Jakarta - PT Gudang Garam Tbk (GGRM) membukukan penurunan pendapatan dan laba sepanjang 2024.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu (30/3/2025), PT Gudang Garam Tbk mencatat pendapatan Rp 98,65 triliun pada 2024. Pendapatan turun 117,06 persen dari periode 2023 sebesar Rp 118,95 triliun.

Biaya pokok pendapatan susut 14,45 persen menjadi Rp 89,27 triliun pada 2024 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 104,35 triliun. Namun, laba bruto Perseroan terpangkas 35,7 persen dari Rp 14,59 triliun pada 2023 menjadi Rp 9,37 triliun pada 2024.

Perseroan mencatat kenaikan beban usaha menjadi Rp 7,69 triliun pada 2024 dari 2023 sebesar Rp 7,33 triliun. Perseroan memperoleh laba kurs Rp 32,70 miliar pada 2024 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 5,6 miliar.

Laba usaha turun 74,41 persen menjadi Rp 1,90 triliun pada 2024 dari 2023 sebesar Rp 7,43 triliun.  Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk merosot 81,57 persen menjadi Rp 980,80 miliar pada 2024 dari 2023 sebesar Rp 5,32 triliun.

Seiring kinerja keuangan itu, laba per saham dasar dan dilusi turun menjadi Rp 510 pada 2024 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2.767.

Total ekuitas naik tipis 1,7 persen menjadi Rp 61,91 triliun pada 2024 dari 2023 sebesar Rp 60,86 triliun. Liabilitas Perseroan merosot 27,11 persen menjadi Rp 23,02 triliun pada 2024 dari 2023 sebesar Rp 31,58 triliun. Aset Perseroan turun 8,1 persen menjadi Rp 84,93 triliun pada 2024 dari 2023 sebesar Rp 92,45 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas sebesar Rp 3,70 triliun pada 2024 dari 2023 sebesar Rp 4,25 triliun.

Promosi 1

Kinerja Kuartal III 2024

Sebelumnya, PT Gudang Garam Tbk meraup pendapatan Rp 73,89 triliun hingga September 2024. Pendapatan Perseroan turun 9,6 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 81,74 triliun.

Biaya pokok pendapatan susut 5,34 persen dari Rp 70,33 triliun menjadi Rp 66,57 triliun. Meski demikian, laba bruto Perseroan terpangkas 35,88 persen menjadi Rp 7,32 triliun. Pada periode kuartal III 2023, laba bruto Perseroan mencapai Rp 11,41 triliun.

Perseroan mencatat kenaikan beban usaha menjadi Rp 5,69 triliun hingga kuartal III 2024 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 5,43 triliun. Pendapatan lainnya naik menjadi Rp 211,41 miliar hingga September 2024 dari September 2023 sebesar Rp 203,59 miliar. Perseroan alami rugi kurs Rp 15,81 miliar hingga kuartal III 2024.

Perseroan mencatat laba usaha anjlok 70,65 persen menjadi Rp 1,81 triliun hingga kuartal III 2024 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 6,19 triliun.

Seiring kinerja tersebut, Gudang Garam meraih laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 992,20 miliar hingga kuartal III 2024. Laba tersebut merosot 77,73 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,45 triliun. Dengan demikian, laba per saham dasar dan dilusi turun menjadi Rp 516 hingga September 2024 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2.317.

Perseroan mencatat ekuitas Rp 61,85 triliun hingga 30 September 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 60,8 triliun. Total liabilitas susut menjadi Rp 23,69 triliun dari periode Desember 2023 sebesar Rp 31,58 triliun. 

Aset Perseroan terpangkas menjadi Rp 85,54 triliun hingga kuartal III 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 92,45 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 3,93 triliun hingga September 2024.

Absen Tebar Dividen 2023

Sebelumnya, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) buka suara mengenai keputusan perseroan untuk tidak membagikan dividen atas laba tahun buku 2023. Di sisi lain, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatat kenaikan laba 91,55 persen menjadi Rp 5,32 triliun dari Rp 2,78 triliun pada 2022.

Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Gudang Garam, Heru Budiman menjelaskan, langkah perseroan untuk absen bagikan dividen tak lepas dari situasi ekonomi saat ini. Kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang belum ada kepastian turun, membuat adanya peningkatan suku bunga pinjaman perseroan pada akhir 2023 hingga awal 2024.

"Kita juga sadari kondisi keuangan ke depan, termasuk yang sangat dipengaruhi kondisi AS masih gonjang-ganjing tidak tunjukkan arah yang jelas. Suku bunga diperkirakan turun, tapi enggak turun. Naik, juga enggak naik. Itu membuat kita hati-hati untuk tidak bagi dividen sehingga pinjaman kita tidak akan meningkat, yang kalau suku bunga naik itu merupakan suatu kendala," jelas Heru dalan Public Expose Live, Kamis (29/8/2024).

Sebaliknya, jika suku bunga akan benar-benar turun pada sisa 2024, potensi pembagian dividen lebih tinggi lebih mungkin terjadi. Dibanding kondisi saat suku bunga masih tinggi dan perusahaan nekat bagikan dividen. "Bagi dividen, utangnya naik, bunganya naik. Itu kartu mati," pungkas Heru.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |