Bursa Saham Asia Loyo Terseret Kekhawatiran Data Ekonomi AS

2 weeks ago 17

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Senin (24/2/2025). Bursa saham Asia Pasifik lesu setelah wall street mencatat sesi terburuk pada 2025 tepatnya pada Jumat, 21 Februari 2025 seiring data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lesu yang menunjukkan ekonomi melambat dan inflasi yang tinggi.

Mengutip CNBC, indeks ASX 200 di Australia melemah 0,81 persen. Indeks ASX 200 melanjutkan koreksi dalam enam sesi secara berturut-turut. Di Korea Selatan, indeks Kospi terpangkas 0,71 persen, dan indeks Kosdaq merosot 0,21 persen.

Indeks Hang Seng berjangka di Hong Kong berada di posisi 23.397, menunjukkan pembukaan yang lebih lemah dibandingkan penutupan indeks Hang Seng pada Jumat pekan lalu di posisi 23.477,92, tertinggi sejak Februari 2022. Sementara itu, bursa saham Jepang libur.

Di sisi lain, Singapura dijadwalkan akan merilis inflasi Januari. Sebuah jajak pendapat Reuters prediksi, indeks harga konsumen Singapura mencapai 2,15 persen year on year (YoY), lebih tinggi pada Desember sebesar 1,6 persen.

Sementara itu, jajak pendapat tersebut prediksi, tingkat inflasi inti yang tidak termasuk biaya akomodasi dan transportasi pribadi akan naik 1,5 persen YoY, lebih rendah dari kenaikan 1,8 persen pada bulan sebelumnya.

Di wall street, tiga indeks acuan melemah pada Jumat, 21 Februari 2025 seiring data baru meningkatkan kekhawatiran investor terhadap ekonomi. Koreksi juga naik di tengah kekhawatiran langkah kebijakan lebih lanjut oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang telah mengusulkan serangkaian tarif dan perubahan lainnya dalam waktu satu bulan setelah menjabat.

Indeks Dow Jones melemah 748,63 poin atau 1,69 persen ke posisi 43.429,02. Koreksi pada Jumat pekan lalu terburuk tahun ini dan sebabkan koreksi dalam dua hari menjadi sekitar 1.200 poin. Indeks S&P 500 susut 1,71 persen hingga ditutup ke posisi 6.013,13 dan indeks Nasdaq melemah 2,2 persen ke posisi 19.524,01.

Dow Jones Anjlok Parah, Wall Street Cetak Hari Terburuk

Sebelumnya, pelaku bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street melakukan aksi jual pada perdagangan Jumat. Langkah ini dilakukan investor karena data ekonomi terbaru yang memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi dan inflasi yang tinggi.

Aksi jual di Wall Street terjadi menjelang penutupan perdagangan saham hari Jumat. Sejumlah saham andalan pun langsung mengalami kerugian yang dalam.

Pelaku pasar khawatir mimpi buruk ini akan terus berlanjut karena ada kemungkinan pemerintahan Presiden AS Donald Trump akan mengumumkan sejumlah aksi lagi di akhir pekan ini seperti akhir pekan sebelumnya.

Mengutip CNBC, Sabtu (22/2/2025), indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 748,63 poin atau 1,69% dan ditutup pada 43.428,02. Penurunan hari Jumat merupakan yang terburuk dalam tahun ini menyebabkan kerugian dua hari menjadi sekitar 1.200 poin.

Indeks S&P 500 turun 1,71% hingga berakhir pada 6.013,13, menandai sesi negatif kedua setelah indeks ditutup pada rekor pada hari Rabu. Sedangkan Nasdaq Composite turun 2,2% ditutup pada 19.524,01.

Untuk minggu ini, S&P 500 turun sekitar 1,7%, sementara Dow dan Nasdaq keduanya turun 2,5%.

Serangkaian data ekonomi menimbulkan kekhawatiran baru tentang ekonomi dan membuat investor beralih ke obligasi, yang menyebabkan imbal hasil jatuh. Indeks sentimen konsumen Universitas Michigan turun menjadi 64,7 pada Februari, penurunan hampir 10% dan penurunan yang lebih tajam dari yang diharapkan karena konsumen menyuarakan kekhawatiran tentang inflasi yang lebih tinggi dari kemungkinan tarif baru.

Prospek inflasi lima tahun dalam survei tersebut adalah 3,5%, tertinggi sejak 1995.

Selain itu, S&P Global menyebutkan bahwa penjualan rumah yang sudah ada di AS turun lebih dari yang diharapkan bulan lalu menjadi 4,08 juta unit. Indeks manajer pembelian jasa AS juga turun ke wilayah kontraksi untuk Februari.

Gerak Saham

Saham Walmart turun 2,5%, menandai hari kedua penurunan setelah perusahaan mengeluarkan prakiraan yang lebih lemah dari yang diharapkan yang juga memperburuk prospek konsumen dan ekonomi.

Investor terkemuka Steve Cohen menyampaikan beberapa komentar negatif tentang pasar saham dan ekonomi AS dari sebuah konferensi di Miami.

"Ini jelas merupakan periode di mana saya pikir keuntungan terbaik telah diperoleh dan [saya] tidak akan terkejut melihat koreksi yang signifikan," kata Cohen.

Pernyataan ini merupakan komentarnya menanggapi usulan tarif Trump yang menyeret ke sektor ekonomi, serta beberapa upaya pemotongan biaya pemerintah.

Saham favorit seperti Nvidia dan Palantir mengalami kerugian tajam pada hari Jumat karena para pedagang beralih ke aset yang secara tradisional lebih aman.

Saham Procter & Gamble naik 1,8%, sementara General Mills dan Kraft Heinz masing-masing naik lebih dari 3%.

Sektor Defensif

Kepala analis teknis dan pendiri Blue Chip Daily Trend Report Larry Tentarelli menyebutkan, 20 pemain teratas di S&P 500 hari ini semuanya berasal dari sektor defensif seperti kebutuhan pokok konsumen, utilitas, dan perawatan kesehatan. 

“Investor sering kali beralih ke sektor-sektor yang disebut defensif ketika kekhawatiran pertumbuhan ekonomi muncul.” jelas dia.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |