GoTo Targetkan Laba Rp 1,6 Triliun di 2025, Realistiskah?

4 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Manajemen GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) menargetkan laba operasional yang disesuaikan (adjusted EBITDA) sebesar Rp 1,4–1,6 triliun pada 2025. Dari total tersebut, layanan on-demand (ODS) diproyeksikan menyumbang minimal Rp 1,1 triliun, sementara bisnis fintech menyumbang setidaknya Rp 350 miliar.

Dengan tren pertumbuhan yang terlihat di kuartal IV 2024, Tim Analis Stockbit Sekuritas meniai target adjusted EBITDA Rp 1,4–1,6 triliun pada 2025 dinilai realistis untuk dicapai. "Namun, ada beberapa tantangan yang bisa mempengaruhi pencapaian ini, seperti melemahnya daya beli masyarakat yang dapat meningkatkan persaingan harga. Sebaliknya, efisiensi biaya operasional berpotensi menjadi faktor pendorong margin keuntungan yang lebih baik," mengutip riset Stockbit Sekuritas, Jumat (14/3/2025).

Target 2025 tersebut diumumkan setelah GOTO membukukan adjusted EBITDA positif Rp 399 miliar pada kuartal IV 2024, meningkat signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 89 miliar dan kuartal III 2024 sebesar Rp 137 miliar. Secara keseluruhan, adjusted EBITDA sepanjang 2024 mencapai Rp 386 miliar, jauh lebih baik dibandingkan 2023 yang mencatatkan kerugian Rp 2,3 triliun. Capaian ini juga melampaui target awal perusahaan yang hanya menargetkan titik impas (breakeven).

Dari sisi laba bersih, GOTO berhasil memangkas kerugiannya menjadi Rp 1,1 triliun di kuartal IV 2024, turun jauh dibandingkan kuartal IV 2023 yang merugi Rp 80,4 triliun dan kuartal III 2024 yang rugi Rp 655 miliar. Sepanjang 2024, total rugi bersih GOTO tercatat Rp 3,1 triliun, jauh lebih kecil dibandingkan 2023 yang mencapai Rp 87 triliun.

Promosi 1

Optimisme Pertumbuhan di 2025

Segmen ODS mencatat adjusted EBITDA positif Rp 267 miliar di kuartal IV 2024, naik 12% secara tahunan (YoY) dan 71% secara kuartalan (QoQ), menjadikannya pencapaian tertinggi sepanjang sejarah perusahaan. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan pendapatan dan efisiensi biaya. GOTO menargetkan pertumbuhan ODS di 2025 sejalan dengan industri, yang diproyeksikan naik di kisaran belasan persen (low-mid teens).

GOTO terus berinovasi untuk memperkuat segmen ODS, termasuk melalui program special delivery fleet yang menekan biaya operasional dan memungkinkan harga yang lebih kompetitif bagi pelanggan. Selain itu, pendapatan dari iklan juga meningkat pesat (+92% YoY di kuartal IV 2024), yang turut mendorong profitabilitas.

Di sektor fintech, total pembiayaan kembali meningkat menjadi Rp 5,2 triliun pada akhir 2024, naik dari Rp 4,3 triliun di periode sembilan bulan tahun buku 2024 dan Rp 1,9 triliun pada 2023. GOTO menargetkan angka ini melampaui Rp 8 triliun pada akhir 2025.

"Meski tidak merinci metriknya, manajemen memastikan kualitas aset masih dalam kondisi baik. Dengan tenor pinjaman rata-rata tiga bulan (di luar pembiayaan kendaraan), perusahaan memiliki fleksibilitas tinggi untuk beradaptasi dengan perubahan pasar," ulas Tim Riset Stockbit Sekuritas.

Update Buyback, Isu Merger, dan THR untuk Mitra

Hingga akhir Februari 2025, GOTO telah membeli kembali 23,6 miliar saham dengan total nilai Rp 1,5 triliun (sekitar 91 juta dolar AS). Ini berarti rata-rata harga buyback sekitar Rp 64 per saham. Sebagai catatan, perusahaan sebelumnya mengalokasikan dana buyback sebesar 200 juta dolar AS.

Mengenai rumor merger dengan Grab Holdings Ltd. (Nasdaq: GRAB), manajemen tidak memberikan komentar dan memilih fokus menjalankan strategi bisnisnya, mengingat potensi pasar yang masih sangat besar.

GOTO juga memastikan akan memberikan THR kepada mitra yang paling produktif dan berkinerja tinggi. Tambahan biaya ini telah diperhitungkan dalam perencanaan keuangan perusahaan.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |