Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan 10-14 Maret 2025. Analis menilai, koreksi IHSG terjadi didorong data ekonomi Amerika Serikat (AS) hingga nilai tukar rupiah.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (15/3/2025), IHSG merosot 1,81 persen ke posisi 6.515,63. Pada pekan lalu, IHSG naik 5,83 persen ke posisi 6.636. Kapitalisasi pasar bursa merosot 1,87 persen menjadi Rp 11.325 triliun dari Rp 11.450 triliun pada pekan lalu.
Analis PT MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG koreksi 1,81 persen dipengaruhi sejumlah sentimen. Pertama, rilis data pekerjaan dan inflasi Amerika Serikat (AS). Inflasi AS cenderung melandai ke posisi 2,8 persen Year on year (YoY).
Kedua, meningkatnya kekhawatiran pasar akan ada resesi imbas dari perang dagang yang dilakukan oleh AS. Ketiga, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Keempat, ada defisit pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mengindikasikan perlambatan ekonomi domestik.
"Kelima, outflow yang masih membayangi pergerakan IHSG,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Herditya menambahkan, pada pekan depan, IHSG rawan koreksi dengan level support di 6.388 dan level resistance di 6.733. Sejumlah sentimen yang akan pengaruhi IHSG antara lain rilis data ekonomi dan suku bunga China. Selain itu, rilis data neraca perdagangan dan suku bunga Bank Indonesia. Lalu, rilis suku bunga the Federal Reserve (the Fed).
Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian Bursa pekan ini juga terpangkas 12,94% menjadi 17,31 miliar lembar saham dari 19,88 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya. Rata-rata nilai transaksi harian Bursa selama sepekan susut 28,43% menjadi Rp9,40 triliun dari Rp13,14 triliun pada pekan sebelumnya.
Investor asing membukukan aksi jual saham Rp 3,69 triliun selama sepekan. Aksi jual saham oleh investor asing pekan ini lebih besar dari pekan lalu Rp 450,33 miliar. Sepanjang 2025, investor asing mencatatkan nilai jual bersih Rp26,04 triliun.
Total Emisi Obligasi
Di sisi lain, pada Jumat, 14 Maret 2025, Sukuk Wakalah Bi Al-Istitsmar Berkelanjutan I CIMB Niaga Auto Finance Tahap II Tahun 2025 yang diterbitkan oleh PT CIMB Auto Niaga Finance mulai dicatatkan di BEI.
Sukuk tersebut dicatatkan dengan nominal pokok Rp1,6 miliar dan mendapat hasil peringkat AA+ (idn) (Double A Plus) dari PT Fitch Ratings Indonesia. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk bertindak sebagai Wali Amanat dalam penerbitan ini. Total emisi obligasi dan sukuk yang telah tercatat sepanjang tahun 2025 adalah 23 emisi dari 16 emiten senilai Rp27,92 triliun.
Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 602 emisi dengan outstanding sebesar Rp483,20 triliun dan USD105,75 juta, yang diterbitkan oleh 134 emiten. Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 192 seri dengan nilai nominal Rp6.190,33 triliun dan USD502,10 juta. Selain itu, di BEI telah tercatat sebanyak 8 emisi Efek Beragun Aset (EBA) dengan nilai Rp2,41 triliun.
Rupiah hingga Aksi Jual yang Mereda Angkat IHSG pada 3-7 Maret 2025
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat signifikan pada perdagangan 3-7 Maret 2025. Penguatan IHSG didorong nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan aksi jual oleh investor asing yang mereda.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (8/3/2025), IHSG melonjak 5,83 persen ke posisi 6.636 selama sepekan. Pada pekan lalu, IHSG anjlok 7,8 persen ke posisi 6.270,59.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, penguatan IHSG didorong sejumlah faktor. Pertama, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang juga menguat. Kedua, penguatan IHSG juga sejalan dengan pergerakan bursa saham global dan mayoritas bursa Asia.
“Ketiga, mulai meredanya outflow asing yang diperkirakan ada perkiraan valuasi/harga saham yang sudah terbilang murah,” ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com.
Selain IHSG, kapitalisasi pasar juga bertambah 5,24 persen menjadi Rp 11.450 triliun dari Rp 10.880 triliun pada pekan lalu. Sementara itu, rata-rata nilai transaksi harian bursa susut 4,03 persen sehingga menjadi Rp 13,14 triliun dari Rp 13,69 triliun pada pekan lalu.
Prediksi IHSG Pekan Depan
Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa terpangkas 6,14 persen menjadi 1,10 juta kali transaksi dari 1,18 juta kali transaksi pada pekan lalu. Rata-rata volume transaksi harian bursa juga merosot 11,07 persen menjadi 19,88 miliar saham dari 22,36 miliar pada pekan lalu.
Pekan ini, investor asing masih membukukan aksi jual saham. Tercatat nilai aksi jual mencapai Rp 450,33 miliar. Namun, penjualan saham oleh investor asing ini lebih rendah dari pekan lalu yang mencapai Rp 10,21 triliun.
Lalu bagaimana prediksi IHSG pekan depan?
Herditya prediksi IHSG masih berpotensi menguat dengan level support 6.500 dan level resistance 6.733. Ia mengatakan, sejumlah sentimen eksternal dan internal akan pengaruhi IHSG. “Dimungkinkan adanya pullback dari IHSG terlebih dahulu dalam jangka pendek. Hal ini cukup wajar mengingat IHSG menguat selama beberapa waktu,” kata Herditya.
Selanjutnya, pidato ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell yang diperkirakan soal kebijakan the Fed ke depan. Lalu rilis data inflasi China dan Amerika Serikat. Herditya menambahkan, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang diperkirakan cenderung volatile.
IHSG Anjlok 7,83% pada 24-28 Februari 2025
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok signifikan pada perdagangan 24-28 Februari 2025. Koreksi IHSG didorong aksi jual investor asing dan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (1/3/2025), IHSG anjlok 7,83 persen ke posisi 6.270,59 pada pekan ini. Pekan lalu, IHSG turun 2,48 persen ke posisi 6.803. Kapitalisasi pasar bursa anjlok 7,68 persen menjadi Rp 10.880 triliun dari pekan Rp 11.786 triliun.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, koreksi IHSG yang terjadi didorong tekanan aksi jual. Selama pekan terakhir Februari 2025, aksi jual saham oleh investor asing mencapai Rp 8 triliun. Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih tertekan. Dari sentimen global, kekhawatiran tarif dagang oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump juga bayangi IHSG).
“Meningkatnya kekhawatiran investor akan pemberlakuan tarif impor AS terhadap Kanada, Meksiko dan China,” ia menambahkan.
Herditya menuturkan, faktor lain yang menekan IHSG yakni rating MSCI Indonesia yang diturunkan dan investor juga cenderung wait and see peluncuran Danantara. “Rilis kinerja BBRI pada Januari 2025 yang cenderung melemah,” kata Herditya.
Sementara itu, rata-rata frekuensi transaksi harian terpangkas 4,52 persen menjadi 1,18 juta kali transaksi dari 1,23 juta kali transaksi pada pekan lalu. Kenaikan tertinggi terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa. Rata-rata volume transaksi harian bursa melonjak 21,62 persen menjadi 22,36 miliar saham dari 18,38 miliar saham. Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian bursa bertambah 16,19 persen menjadi Rp 13,69 triliun dari Rp 11,78 triliun.