Menengok Saham Hypergrowth yang Naik 1.500% Sejak IPO dan Jadi Andalan Miliarder Terkenal

9 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Tiga manajer investasi miliarder, Chase Coleman, Stephen Mandel, dan Terry Smith memiliki satu kesamaan. Mereka sangat menyukai saham teknologi kecerdasan buatan (AI) yang menjadi pemimpin industri.

Dunia investasi di Wall Street dipenuhi dengan data, yang kadang terasa membingungkan. Dengan ribuan perusahaan publik yang merilis laporan keuangan setiap kuartal dan ditambah dengan rilis data ekonomi hampir setiap hari, investor bisa dengan mudah melewatkan informasi penting.

Beberapa waktu yang lalu, salah satu data terpenting di kuartal pertama dirilis. Tanggal 14 Februari bukan hanya hari kasih sayang bagi banyak orang, tetapi juga tenggat waktu bagi investor institusional dengan aset kelolaan (AUM) minimal USD 100 juta untuk mengajukan Formulir 13F ke Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC).

Laporan 13F memberikan gambaran tentang strategi investasi manajer dana terbesar di Wall Street. Dokumen ini menunjukkan saham apa saja yang mereka beli dan jual dalam beberapa bulan terakhir, memberikan wawasan tentang tren, sektor, dan perusahaan yang menarik perhatian mereka.

Di tengah revolusi AI, para miliarder ini telah menikmati hasil yang luar biasa. Namun, ada satu saham hypergrowth yang menonjol—dengan kenaikan lebih dari 1.500% sejak IPO—dan menjadi investasi utama bagi tiga investor miliarder terkenal di Wall Street.

Promosi 1

Para Miliarder Bertaruh Besar pada Saham Hypergrowth Ini

Secara umum, Chase Coleman, Stephen Mandel, dan Terry Smith memiliki pendekatan investasi yang berbeda. Melansir Mootkey Fool, Jumat (14/3/2025), Chase Coleman mengelola sekitar USD 26,5 miliar di Tiger Global Management dan cenderung berinvestasi pada saham teknologi dengan pertumbuhan tinggi, khususnya di sektor AI dan perusahaan kecil.

Kemudian Stephen Mandel, dengan USD 13,5 miliar di Lone Pine Capital, mengombinasikan investasi di saham pertumbuhan dengan perusahaan yang sedang melakukan perbaikan bisnis. Sementara Terry Smith dari Fundsmith, yang sering disebut sebagai "Warren Buffett dari Inggris," adalah investor nilai dengan aset kelolaan sebesar USD 23,5 miliar.

Namun, meskipun pendekatan mereka berbeda, ketiganya memiliki satu kesamaan: mereka sangat menyukai Meta Platforms (META 2.02%). Berdasarkan laporan 13F untuk kuartal yang berakhir Desember 2024, Tiger Global Management milik Chase Coleman memegang 7.465.139 saham Meta. Lone Pine Capital milik Stephen Mandel memiliki 2.036.930 saham, dan Fundsmith milik Terry Smith memiliki 4.561.352 saham.

Bagi ketiga miliarder ini, Meta Platforms adalah investasi terbesar dalam portofolio mereka. Selain itu, Philippe Laffont dari Coatue Management juga menjadikan Meta sebagai kepemilikan terbesar kedua dalam portofolionya.

Namun, seperti perusahaan publik lainnya, Meta juga menghadapi tantangan, terutama risiko resesi di AS. Bank Sentral AS (Federal Reserve) memperkirakan kontraksi sebesar 2,4% dalam Produk Domestik Bruto (PDB) di kuartal pertama. Jika ekonomi melambat, perusahaan biasanya memangkas anggaran iklan, yang bisa berdampak negatif pada Meta.

Kekuatan Meta: Mengapa Para Miliarder Berinvestasi Besar?

Sebelum melihat prospek jangka panjang Meta, penting untuk memahami kekuatan fundamentalnya. Pada Desember 2024, aplikasi sosial Meta—termasuk Facebook, Instagram, WhatsApp, Messenger, dan Threads—digunakan oleh 3,35 miliar pengguna aktif harian. Tidak ada perusahaan media sosial lain yang mendekati angka ini.

Dengan basis pengguna sebesar ini, pengiklan bersedia membayar lebih mahal untuk menjangkau audiens Meta. Bahkan, pada tahun 2024, harga rata-rata iklan Meta naik 10% dibanding tahun sebelumnya.

Selain itu, meskipun bisnis iklan sangat dipengaruhi oleh siklus ekonomi, masa ekspansi ekonomi cenderung lebih panjang dibanding periode resesi. Karena 98% pendapatan Meta berasal dari iklan, perusahaan ini sangat diuntungkan dari periode pertumbuhan ekonomi yang panjang.

Investasi Besar Meta dalam AI dan Metaverse

Dengan fondasi bisnis yang kuat, CEO Meta Mark Zuckerberg bebas untuk berinvestasi dalam proyek berisiko tinggi yang berpotensi memberikan pertumbuhan besar. Salah satu investasi terbesarnya adalah dalam AI. Meta menggelontorkan lebih dari USD 10 miliar untuk membeli 350.000 unit GPU Nvidia guna mempercepat pengolahan data berbasis AI.

Meta juga telah mulai merasakan manfaat AI dalam bisnis iklannya. Dengan menawarkan solusi AI generatif bagi bisnis, Meta membantu pengiklan membuat pesan yang lebih personal bagi setiap pengguna.

Selain itu, Meta juga berencana menggunakan AI dalam metaverse. Teknologi ini akan membantu dalam pembuatan avatar yang lebih realistis, animasi, dan bahkan cerita di dunia virtual. Meskipun metaverse mungkin masih membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum menjadi sumber pendapatan utama, Meta telah memposisikan dirinya sebagai pemimpin dalam industri ini.

Salah satu keunggulan terbesar Meta adalah neraca keuangan yang sangat kuat. Pada akhir 2024, perusahaan ini memiliki USD 77,8 miliar dalam bentuk kas dan investasi likuid. Sepanjang 2024, Meta menghasilkan USD 91,3 miliar dari operasi bisnisnya.

Dengan cadangan uang tunai sebesar ini, Zuckerberg memiliki fleksibilitas untuk mengambil risiko dan mengembangkan proyek baru tanpa tekanan keuangan yang besar—sesuatu yang tidak dimiliki oleh banyak perusahaan lain.

Saham Meta Masih Murah Dibanding Potensi Pertumbuhannya

Meskipun saham Meta telah mengalami lonjakan luar biasa sejak titik terendahnya di 2022, para miliarder seperti Chase Coleman, Stephen Mandel, dan Terry Smith masih optimis terhadap masa depannya.

Sejak IPO pada tahun 2012, pendapatan Meta naik lebih dari 4.300%. Sementara laba bersihnya meningkat lebih dari 6.100%. Saat ini, saham Meta diperdagangkan dengan valuasi kurang dari 22 kali laba tahun depan, yang dianggap cukup murah mengingat pertumbuhan pendapatan dan laba perusahaan yang masih kuat di angka dua digit.

Dengan dominasi di media sosial, investasi besar dalam AI dan metaverse, serta keuangan yang sangat solid, tidak heran jika miliarder-miliarder ini menjadikan Meta sebagai investasi utama mereka.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |