Liputan6.com, Jakarta - PT Indonesia AirAsia Tbk (CMPP) mencatat kinerja keuangan beragam pada 2024. Salah satunya didorong pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Indonesia AirAsia catat pendapatan Rp 7,94 triliun pada 2024. Pendapatan naik 20 persen dari 2023 sebesar Rp 6,62 triliun. Namun, Perseroan masih mencatat rugi. Rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 41,2 persen menjadi Rp 1,52 triliun pada 2024 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,08 triliun. Demikian mengutip dari laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Jumat (28/3/2025).
Perseroan menyatakan satu faktor utama yang berkontribusi terhadap kerugian tersebut adalah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibandingkan 2023.
Namun, perseroan menyatakan tanpa rugi selisih kurs hasil operasional justru mencatatkan perbaikan keuntungan (profitability) sebesar 23% dibandingkan 2023. Adapun, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS melemah sebesar 5%, dari Rp 15.219 menjadi Rp 15.906 per dolar AS. Hal ini memberikan dampak negatif rugi selisih kurs sebesar Rp 580 miliar, atau sekitar 38% dari total kerugian.
Selain itu, Perseroan catat total ekuitas (defisiensi modal), neto sebesar Rp 9,43 triliun pada 2024 dari periode 2023 sebesar Rp 7,90 triliun. Total liabilitas dan ekuitas (defisiensi modal sebesar Rp 5,71 triliun pada 2024 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 6,11 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 45,37 miliar pada 2024 dari 2023 sebesar Rp 56,25 miliar.
Sementara itu, Direktur Utama PT AirAsia Indonesia Tbk, Veranita Yosephine menuturkan, sepanjang 2024, Indonesia AirAsia terus memperluas jaringan dengan menambah sejumlah rute internasional baru. Rute itu termasuk Jakarta–Kota Kinabalu, Jakarta–Bandar Seri Begawan, Bali–Cairns, Bali–Phuket, Bali–Kota Kinabalu, Bali–Hong Kong, dan Jakarta–Hong Kong.
“Ekspansi ini tidak hanya mencerminkan peningkatan kinerja operasional, tetapi juga memperkuat Bali sebagai hub mendukung pertumbuhan sektor pariwisata dan perekonomian di berbagai destinasi,” kata dia seperti dikutip dari keterangan resmi Jumat pekan ini.
Perluas Jaringan
Sementara itu, Direktur Utama PT AirAsia Indonesia Tbk, Veranita Yosephine menuturkan, sepanjang 2024, Indonesia AirAsia terus memperluas jaringan dengan menambah sejumlah rute internasional baru. Rute itu termasuk Jakarta–Kota Kinabalu, Jakarta–Bandar Seri Begawan, Bali–Cairns, Bali–Phuket, Bali–Kota Kinabalu, Bali–Hong Kong, dan Jakarta–Hong Kong.
“Ekspansi ini tidak hanya mencerminkan peningkatan kinerja operasional, tetapi juga memperkuat Bali sebagai hub mendukung pertumbuhan sektor pariwisata dan perekonomian di berbagai destinasi,” kata dia seperti dikutip dari keterangan resmi Jumat pekan ini.
Veranita menuturkan, memasuki 2025, Indonesia AirAsia akan terus memperkuat jaringan penerbangan dengan mengkaji peluang ekspansi rute internasional, khususnya ke Australia, serta memperluas konektivitas domestik.
“Langkah ini diharapkan dapat membuka lebih banyak peluang bagi wisatawan dan pelaku bisnis, baik dari maupun ke Australia serta antarwilayah di Indonesia,” kata dia.
Jumlah Penumpang Naik
Selain itu, peningkatan layanan fly-thru juga akan menjadi fokus, sejalan dengan komitmen perusahaan untuk terus mendorong aksesibilitas dan konektivitas udara di Tanah Air.
Veranita menambahkan, pada 2024, Indonesia AirAsia (kode penerbangan QZ) juga mencatatkan capaian membanggakan dengan menempati peringkat ke-8 dalam daftar Top 10 Low-Cost Carriers in the World versi Cirium On-Time Performance Review, berkat tingkat ketepatan waktu (On-Time Arrival Rate). “Prestasi ini mencerminkan konsistensi perusahaan dalam menghadirkan layanan yang andal dan efisien,” ujar dia.
Sepanjang 2024, Indonesia AirAsia mengangkut 6,61 juta penumpang, naik sebesar 7% dari 6,18 juta penumpang pada 2023. Pertumbuhan ini menjadi salah satu faktor yang mendorong kenaikan pendapatan PT AirAsia Indonesia Tbk (AAID/CMPP), yang juga didukung oleh bertambahnya kapasitas dan jumlah penerbangan masing-masing sebesar 4%.
Sebagian besar pendapatan AAID/CMPP berasal dari operasi penerbangan, penjualan tiket kursi pesawat berkontribusi sebesar Rp 6,73 triliun. Sumber pendapatan lainnya mencakup bagasi, pelayanan penerbangan, ancillary, kargo dan charter sebesar Rp 1,21 triliun.
Langkah Strategis Perseroan
Dengan 24 pesawat yang beroperasi, Indonesia AirAsia berhasil mencapai tingkat keterisian penumpang (load factor) sebesar 87%, meningkat dibandingkan tahun 2023 sebesar 85%. Sedangkan pendapatan per kilometer kursi yang tersedia (RASK) naik sebesar 6%, melampaui kenaikan biaya per kilometer kursi yang tersedia (CASK) yang hanya naik 1%.
Keseluruhan peningkatan ini juga mencerminkan efisiensi operasional dan tingginya permintaan terhadap pelayanan Indonesia AirAsia.
Untuk menjaga keberlanjutan bisnis sekaligus meningkatkan kualitas layanan, AAID/CMPP secara konsisten menerapkan berbagai langkah strategis, seperti efisiensi biaya, optimalisasi rute dan kapasitas penerbangan, serta kerja sama erat dengan Grup AirAsia dalam negosiasi dan restrukturisasi liabilitas.
"Langkah-langkah ini didukung oleh kinerja operasional yang solid, termasuk tingkat isian penumpang yang tinggi, ketepatan waktu yang baik, serta ekspansi rute internasional secara berkelanjutan, khususnya ke kota-kota kedua di Australia,” kata dia.
Ia menambahkan, seluruh inisiatif ini akan terus diperkuat untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang dan memastikan pengalaman perjalanan yang semakin baik bagi seluruh pelanggan.