TOWR Bidik Dana Rp 5,49 Triliun dari Rights Issue

1 day ago 11

Liputan6.com, Jakarta - PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) akan menggelar penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD I) atau rights issue. Dalam aksi korporasi itu, Perseroan mengincar dana Rp 5,49 triliun.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (4/7/2025), Perseroan akan menawarkan 8.083.478.731 saham atau setara 8,08 miliar saham dalam rangka rights issue. Jumlah saham yang ditawarkan itu setara 13,91% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh setelah rights issue dengan nilai nominal Rp 10 per saham.

Setiap pemegang 619 saham lama yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham (DPS) pada 10 Juli 2025 pukul 16.00 WIB berhak atas 100 HMETD. Setiap satu HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli sebanyak satu saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 680 per saham.

Adapun PT Sapta Adhikari Investama (SAI) selaku pemegang 52,46% saham Perseroan menyatakan tidak akan melaksanakan seluruh HMETD yang akan diperolehan dalam rights issue. Sehubungan hal itu, SAI tidak akan melakukan pengalihan atas sebagian atau seluruh HMETD yang tidak akan dilaksanakan dalam rights issue.

Sementara itu, PT Dwimuria Investama Andalan selaku pemegang 8,33% saham Perseroan akan melaksanakan seluruh HMETD yang akan diperolehnya dalam rights issue.

"Pemegang saham yang tidak melaksanakan haknya dalam PMHMETD I akan mengalami penurunan persentase kepemilikan saham atau dilusi dalam jumlah maksimal 13,91%,” demikian seperti dikutip.

Perseroan akan memakai dana rights issue tersebut untuk meningkatkan kepemilikan sahamnya di Protelindo,entitas anak yang 99,99% sahamnya dimiliki oleh Perseroan.

Jadwal HMETD

  • Tanggal Efektif pada 30 Juni 2025
  • Tanggal Daftar Pemegang Saham (DPS) yang berhak atas Waktu HMETD pada 10 Juli 2025 dengan waktu 16:00
  • Tanggal Cum HMETD di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi pada 8 Juli 2025
  • Tanggal Ex HMETD di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi pada 9 Juli 2025
  • Tanggal Cum HMETD di Pasar Tunai pada 10 Juli 2025
  • Tanggal Ex HMETD di Pasar Tunai pada 11 Juli 2025
  • Tanggal Distribusi HMETD pada 11 Juli 2025
  • Tanggal Pencatatan Efek di BEI pada 14 Juli 2025
  • Periode Perdagangan HMETD pada 14 Juli 2025-18 Juli 2025
  • Periode Pelaksanaan HMETD pada 14 Juli 2025-18 Juli 2025
  • Tanggal Akhir Pembayaran Pesanan Efek Tambahan pada 22 Juli 2025
  • Periode Penyerahan Efek pada 16 Juli 2025-22 Juli 2025
  • Tanggal Penjatahan pada 23 Juli 2025
  • Tanggal Pengembalian Kelebihan Uang Pesanan pada 25 Juli 2025

Caplok Remala Abadi, Sarana Menara Nusantara Umumkan Tender Wajib

Sebelumnya, PT Iforte Solusi Infotek (Iforte), anak usaha dari PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), telah menyelesaikan proses pengambilalihan sebanyak 550 juta saham atau 40% dari total modal disetor PT Remala Abadi Tbk (DATA) senilai Rp535,7 miliar pada 30 April 2025.

Pengambilalihan dilakukan dari dua pemegang saham utama, yaitu Verah Wahyudi Singgih Wong dan Jimmi Anka, dengan harga Rp974 per saham.

Sebagai konsekuensi dari pengambilalihan ini, Iforte wajib menggelar Penawaran Tender Wajib (Mandatory Tender Offer) kepada pemegang saham publik sesuai ketentuan POJK No.9/2018.

Penawaran ini mencakup hingga 274.973.100 saham atau 20% dari modal disetor Remala Abadi dengan harga penawaran yang sama, yaitu Rp974 per saham.

Nilai maksimal penawaran ini diperkirakan mencapai Rp267,82 miliar dan akan berlangsung selama 30 hari, mulai 1 Juli hingga 30 Juli 2025.

“Pengendali Baru menyatakan memiliki dana yang cukup untuk melakukan penyelesaian dan pembayaran sehubungan dengan Penawaran Tender Wajib ini,” demikian pernyataan resmi Iforte dalam keterbukaan informasi.

Tidak Ada Rencana Delisting

Melansir keterbukaan informasi Bursa, Senin (30/6/2025), Iforte menegaskan bahwa akuisisi dan Penawaran Tender Wajib atas saham Remala Abadi ini tidak akan diikuti oleh langkah delisting.

Dalam keterbukaan informasi, Iforte menyatakan tidak memiliki rencana untuk menghapus pencatatan saham Remala Abadi dari Bursa Efek Indonesia (BEI), mengubah status menjadi perusahaan tertutup, atau melikuidasi entitas yang diakuisisi.

Langkah ini menegaskan bahwa keberadaan Remala Abadi di pasar modal tetap terjaga. Bahkan, Iforte merencanakan efisiensi dan ekspansi bisnis melalui sinergi dengan jaringan fiber optic miliknya, yang bertujuan untuk memperkuat posisi grup dalam industri infrastruktur digital.

Perusahaan Sasaran diharapkan dapat dengan lebih cepat dan efisien mengembangkan bisnis konektivitasnya. Dukungan dari grup Sarana Menara Nusantara diharapkan juga membuka akses pembiayaan dengan bunga lebih rendah bagi Remala Abadi.

Jika Saham Publik Terkikis, Iforte Siap Kembalikan ke Pasar

Dalam skenario maksimal jika seluruh pemegang saham publik melepas sahamnya melalui Penawaran Tender Wajib, maka kepemilikan Iforte akan naik menjadi 60% dari seluruh saham beredar. Namun, jika kepemilikan publik kemudian jatuh di bawah ambang batas 20%, maka Iforte wajib mengalihkan kembali sebagian saham ke publik dalam waktu 2 tahun, sesuai ketentuan Pasal 21 POJK No.9/2018.

“Pengendali Baru wajib mengalihkan kembali saham Perusahaan Sasaran tersebut kepada masyarakat sehingga saham yang dimiliki masyarakat paling sedikit 20% dari modal disetor Perusahaan Sasaran,” tulis prospektus.

Namun kewajiban ini tidak berlaku apabila perusahaan melakukan aksi korporasi yang otomatis memenuhi ketentuan free float, seperti penerbitan saham baru. Sampai akhir Juni 2025, belum ada rencana aksi korporasi lanjutan yang diumumkan oleh Iforte.

Langkah akuisisi Remala Abadi ini sejalan dengan strategi diversifikasi bisnis Iforte yang selama ini lebih berfokus pada layanan konektivitas segmen B2B. Dengan mengintegrasikan bisnis Remala Abadi yang kuat di sektor B2C, Iforte berharap dapat menjangkau pasar lebih luas dan menyempurnakan ekosistem layanan konektivitasnya.

“Tujuan pengambilalihan adalah untuk pengembangan usaha serta memperluas jaringan usaha dalam rangka memperkuat posisi bisnis grup di bidang digital infrastruktur telekomunikasi,” jelas Iforte dalam keterbukaan informasi.

Pengendali baru juga menyatakan tidak akan melakukan perubahan besar atas manajemen atau kebijakan strategis Remala Abadi dalam jangka pendek. Tidak ada kontrak baru, perubahan SOP, atau transaksi afiliasi yang dirancang dalam waktu dekat. Kegiatan operasional akan tetap berjalan seperti biasa, namun dengan potensi peningkatan efisiensi dan ekspansi lebih agresif.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |