Liputan6.com, Jakarta - Di bawah kepemimpinan Warren Buffett, Berkshire Hathaway berkembang dari perusahaan tekstil kecil menjadi konglomerat bernilai triliunan dolar dengan berbagai anak usaha. Sejak Buffett mengambil alih pada 1965, saham Berkshire Hathaway mencatatkan rata-rata imbal hasil tahunan sebesar 20%. Hal ini membuat Buffett diakui sebagai salah satu investor paling sukses di Wall Street.
Miliarder Bill Ackman kini ingin meniru jejak Buffett melalui perusahaan Howard Hughes Holdings. Ia berencana menjadikan perusahaan ini sebagai versi modern dari Berkshire Hathaway dengan cara membeli saham mayoritas di bisnis-bisnis berkualitas. Saat ini, hedge fund miliknya, Pershing Square Capital Management, memiliki 46,9% saham di Howard Hughes Holdings.
Ackman masuk dalam jajaran 20 besar manajer hedge fund dengan keuntungan bersih tertinggi. Dalam lima tahun terakhir, kinerja Pershing Square melampaui indeks S&P 500 sebesar 28 poin persentase. Baru-baru ini, Ackman membeli saham Amazon dan Uber Technologies, yang masing-masing telah naik 160% dan 270% sejak Januari 2023.
Saham Amazon Jadi Incaran Bill Ackman
Melansir Yahoo Finance, Minggu (6/7/2025), Bill Ackman mulai membeli saham Amazon pada kuartal kedua 2024. Chief Investment Officer Pershing Square, Ryan Israel, menjelaskan bahwa mereka percaya Amazon dapat mengatasi perlambatan di divisi komputasi awan, Amazon Web Services (AWS), dan dampak tarif impor tidak akan berpengaruh signifikan pada bisnis ritelnya.
Prediksi Laba Amazon
Wall Street memproyeksikan laba Amazon akan tumbuh sebesar 10% per tahun hingga 2026. Meskipun rasio harga terhadap laba (P/E ratio) saat ini sebesar 36 kali terlihat tinggi, Amazon masih memimpin pasar di sektor e-commerce dan komputasi awan. Selain itu, perusahaan ini juga dengan cepat meraih pangsa pasar dalam industri iklan digital, menjadikannya perusahaan ad tech terbesar ketiga.
Menurut riset dari Grand View Research, ketiga pasar utama yang digarap Amazon diperkirakan akan tumbuh pesat hingga akhir dekade ini.
Penjualan e-commerce diperkirakan tumbuh 11,6% per tahun, pengeluaran untuk ad tech naik 14,4% per tahun, dan pendapatan dari cloud computing meningkat 20,4% per tahun. Hal ini memberi Amazon peluang besar untuk pertumbuhan pendapatan dua digit hingga 2030.
Amazon Genjot Efisiensi Lewat Teknologi AI
Amazon tengah memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan efisiensi operasionalnya. Perusahaan ini telah membangun lebih dari 1.000 aplikasi AI generatif, termasuk untuk optimasi alokasi inventaris, rute pengiriman jarak dekat, dan produktivitas pengembang.
Langkah ini diyakini dapat mempercepat pertumbuhan laba perusahaan. Amazon juga baru-baru ini meluncurkan model AI generatif bernama DeepFleet yang dirancang untuk meningkatkan kecerdasan robot di gudang. Teknologi ini memungkinkan koordinasi yang lebih baik di seluruh jaringan pemenuhan Amazon.
Menurut manajemen, DeepFleet akan memangkas waktu perjalanan robot hingga 10%, sehingga pengiriman dapat dilakukan lebih cepat dan dengan biaya lebih rendah. Analis Morgan Stanley, Brian Nowak, menyebut Amazon sebagai “pemenang AI generatif yang paling diremehkan” di sektor teknologi.
Ia juga menilai Amazon sebagai salah satu perusahaan yang paling siap untuk meraih keuntungan finansial besar dari integrasi AI fisik dan robotika. Biaya pengiriman dan pemenuhan saat ini memakan lebih dari sepertiga pendapatan ritel Amazon, namun AI dan robotik dapat membantu menurunkan beban biaya tersebut.
Uber Jadi Portofolio Terbesar Ackman
Bill Ackman mulai mengakumulasi saham Uber Technologies saat harganya masih di bawah USD 70 per lembar pada awal Januari 2024. Pada 31 Maret, saham ini menjadi kepemilikan terbesar dalam portofolio Pershing Square dengan porsi 19%. Ackman menyatakan melalui media sosial, "Kami percaya Uber adalah salah satu perusahaan terbaik dan dikelola dengan sangat baik di dunia”. Uber memiliki keunggulan kompetitif melalui satu aplikasi yang menggabungkan layanan ride-sharing dan pengantaran makanan.
Perusahaan ini memimpin pasar ride-sharing secara global dan menjadi platform pengantaran makanan terbesar di delapan dari 10 pasar utama. Riset dari Straits Research memperkirakan pendapatan ride-sharing akan tumbuh 21% per tahun dan mendekati USD 920 miliar pada 2033.
Uber juga menjalin kemitraan strategis dengan berbagai perusahaan kendaraan otonom. Beberapa mitra tersebut termasuk Waymo (Alphabet), May Mobility, Pony AI, Volkswagen, dan WeRide.
Kolaborasi ini memungkinkan Uber menyediakan layanan robotaxi di berbagai kota seperti Phoenix, Austin, Atlanta, Los Angeles, dan Abu Dhabi, serta memperluas jangkauannya ke 15 kota tambahan dalam lima tahun ke depan.