Pengelolaan Sampah Berkelanjutan Dukung Ekonomi Sirkular

18 hours ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Pengelolaan sampah merupakan isu global yang sampai saat ini masih menjadi permasalahan yang belum dapat diselesaikan.

Data Global Waste Management Outlook 2024, sampah global yang tidak terkelola dengan baik sebanyak 38%, sehingga memberikan berkontribusi negatif terhadap Triple Planetary Crisis, yaitu perubahan iklim (climate change), kehilangan keanekaragaman hayati (biodiversity loss), dan polusi (pollution) atau timbulan sampah.

Oleh sebab itu Belantara Foundation bekerja sama dengan Program Studi (Prodi) Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan menyelenggarakan seminar/webinar nasional yang dikemas melalui kegiatan Belantara Learning Series Episode 12 (BLS Eps.12) dengan tema Pengelolaan Sampah Berkelanjutan untuk Mendukung Ekonomi Sirkular, Mitigasi Perubahan Iklim dan Kesejahteraan Masyarakat.

Seminar Nasional – BLS Eps. 12 secara luring dipusatkan di Auditorium Lantai 3 Gedung Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan di Bogor, pada pada Kamis, 8 Mei 2025 sedangkan daring melalui aplikasi Zoom dan live streaming Youtube Belantara Foundation. Lebih dari 1.100 peserta berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang digelar secara hybrid tersebut.

Kegiatan ini juga didukung oleh Prodi Biologi FMIPA, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Pakuan, Bank Sampah Digital, dan Bank Sampah Induk New Normal, serta menggandeng empat universitas sebagai kolaborator yang mengadakan acara Nonton dan Belajar Bareng BLS Eps.12 bagi mahasiswa dan dosen di masing-masing universitas.

Empat universitas tersebut yaitu Universitas Pakuan, Universitas Riau, Universitas Syiah Kuala, dan Universitas Tanjungpura.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna menyampaikan strategi terpadu dalam pengelolaan sampah menjadi sebuah keharusan agar dukungannya terhadap mitigasi perubahan iklim dan upaya meningkatkan ekonomi masyarakat lebih efektif.

Kombinasi strategi yang perlu dijalankan meliputi kampanye kesadaran publik, inovasi teknologi, reformasi kebijakan, serta partisipasi aktif dari masyarakat luas. Ketika masyarakat diberdayakan untuk mengelola sampah secara bertanggung jawab, mereka tidak hanya berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan tetapi juga membuka peluang ekonomi, yang mengarah pada masyarakat yang tangguh dan berkelanjutan.

"Pengelolaan sampah berkelanjutan bukan sekadar kewajiban lingkungan, tetapi juga merupakan langkah strategis menuju masa depan yang tangguh dan rendah karbon yang dapat menguntungkan semua orang baik di tingat lokal maupun global," jelasnya.

Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Republik Indonesia Hanif Faisol Nurofiq yang diwakili oleh Direktur Pengurangan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Sirkular Agus Rusly mengatakan gaung permasalahan sampah di Indonesia yang semakin besar.

"Sudah seharusnya meningkatkan kesadaran seluruh individu yang masih aktif dan produktif, bahwa kita semua adalah emitter, penghasil sampah, serta memiliki tanggung jawab untuk mengelola sampah yang dihasilkan. Permasalahan sampah dapat berakibat lebih dalam dan meluas," ujarnya.

Sampah dapat memperparah pemanasan global (global warming) karena menghasilkan gas rumah kaca. Sampah dapat mengganggu ekosistem dan makhluk hidup di dalamnya serta dapat menjadi polutan yang berdampak pada kesehatan dan kualitas lingkungan hidup.

Untuk memahami permasalahan tersebut, pengarusutamaan prinsip pengelolaan sampah tidak boleh lagi kumpul, angkut dan buang, melainkan mampu merefleksikan konstelasi pengelolaan yang menerapkan sampah berdaya guna hingga praktik ekonomi sirkular berjalan secara efektif.

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yang didetailkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga menekankan bahwa seluruh pihak dimandatkan untuk mengelola sampah dari hulu ke hilir.

Tantangan Pengelolaan Sampah

Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/) tahun 2023, timbulan sampah nasional di Indonesia sebanyak 56,63 juta ton/tahun dengan capaian pengelolaan sampah nasional tahun 2023 adalah sebesar 39,01 persen atau 22,09 juta ton/tahun dan sebesar 60,99 persen atau 34,54 juta ton/tahun tidak terkelola.

Selain itu, terdapat 550 Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Indonesia, sebanyak 306 atau sekitar 54,44 persen di antaranya masih menerapkan open dumping (penimbunan terbuka).

Pada kesempatan yang sama, Rektor Universitas Pakuan, Prof Didik Notosudjono menjelaskan saat ini Indonesia tengah menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah, terutama di daerah perkotaan dan pesisir.

Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah pendekatan yang terpadu, lintas sektor, dan berkelanjutan yang melibatkan semua pihak dalam kerangka sistem yang holistik untuk mengatasi permasalahan sampah global dan khususnya di Indonesia.

“Pengelolaan sampah berkelanjutan hanya bisa terwujud jika: Pertama, ada komitmen regulatif dan politis dari pemerintah; Kedua, ada perubahan perilaku di tingkat individu dan komunitas; ketiga, terbangunnya kemitraan lintas sektor yang aktif dan setara; serta keempat, berkembangnya inovasi teknologi dan bisnis yang mendukung ekonomi sirkular”, ujar Prof. Didik.

Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut, Salli Atika Noor Rahma menyatakan kunci utama dalam aksi pengurangan dan penanganan sampah adalah generasi muda. Permasalahan sampah berasal hampir dari seluruh aktivitas yang kita lakukan. Oleh karenanya, kita harus berinovasi dan berpartisipasi aktif dalam menanganinya.

Perubahan perilaku dan pola pikir masyarakat khususnya generasi muda, merupakan hal yang sangat penting karena generasi muda dapat menjadi agen perubahan dengan memilah sampah di rumah dan mengolah sampah menjadi hal yang memiliki nilai tambah.

CEO Bank Sampah Digital, Desty Eka Putri Sari menekankan kesadaran masyarakat masih menjadi tantangan terbesar. Banyak yang belum memahami bahwa sampah bukan hanya limbah, tetapi juga bisa menjadi sumber penghasilan dan solusi bagi lingkungan.

“Saya percaya, jika dikelola dengan baik, sampah bukan akhir dari segalanya, melainkan awal dari sesuatu yang lebih bernilai”, tegasnya.

Sejalan dengan Desty, Ketua Bank Sampah Induk New Normal, Yasra Al-Fariza mengemukakan sampah tidak sekadar barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi.

Lebih dari itu, sampah memiliki nilai ekonomi. “Kami terus memberikan edukasi dan penyadartahuan kepada masyarakat. Mulai dari  mengurangi dan memilah sampah serta mendaur ulang sampah, budidaya maggot hingga mengadakan pelatihan membuat produk kerajinan tangan dari sampah”, tandas Yasra.

Penggiat Advokasi Lingkungan sekaligus Aktor, Ramon Y. Tungka mengatakan bahwa generasi muda harus tergerak mencegah kerusakan lingkungan dengan memulai aksi-aksi kecil seperti mengurangi penggunaan plastik, ikut memilah sampah rumah tangga dan menjaga kebersihan saluran air.

"Mulai menggunakan tumbler dan membawa tas dari rumah setiap belanja itu harus jadi gaya hidup sehari-hari”, ujar Ramon.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |