Menyelami Makna dan Keindahan Rumah Adat Limas Sumatera Selatan

4 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah kemajuan arsitektur modern yang terus merambah pelosok negeri, rumah adat tetap berdiri sebagai penanda identitas budaya yang tak tergantikan.

Salah satu rumah adat yang mencerminkan kekayaan budaya, keagungan nilai sosial, serta keindahan arsitektur tradisional adalah Rumah Limas dari Sumatera Selatan. Rumah yang kini kerap dijadikan ikon daerah ini bukan hanya sekadar hunian, melainkan simbol status sosial, pengetahuan adat, dan pencapaian spiritual masyarakat Palembang serta sekitarnya.

Disebut rumah limas karena atapnya yang berbentuk menyerupai limasan atau limas segi lima yang berundak, rumah ini mencerminkan filosofi kehidupan masyarakat setempat yang menjunjung tinggi tata nilai, etika, serta kearifan lokal. Dikenal pula sebagai rumah para bangsawan atau keturunan ulama besar dan pemimpin masyarakat, rumah limas memiliki struktur yang kompleks, sarat makna, dan membutuhkan ketelitian tinggi dalam pembangunan serta pemeliharaannya.

Secara fisik, rumah limas terbuat dari bahan-bahan alami seperti kayu trembesi, kayu seru, dan ulin, yang dipilih karena ketahanannya terhadap iklim tropis serta umur panjangnya.

Arsitekturnya mengusung konsep rumah panggung dengan tiang-tiang besar yang menyangga bangunan utama, memberikan ketahanan terhadap banjir dan menjaga rumah tetap kokoh meski berada di tanah rawa atau dekat sungai.

Salah satu hal yang paling khas dari rumah limas adalah keberadaan beranda bertingkat atau biasa disebut dengan bengkilas, yang terdiri dari beberapa tingkatan lantai (biasanya tiga hingga lima), dengan setiap tingkatan melambangkan jenjang status sosial atau fungsi ruang yang berbeda.

Lantai pertama umumnya menjadi tempat berkumpul, sementara tingkatan lebih tinggi hanya digunakan oleh tamu terhormat atau pemilik rumah. Penataan ruang ini bukan hanya berdasarkan fungsionalitas, melainkan juga sistem nilai yang mengatur relasi antarindividu dalam struktur sosial masyarakat Palembang.

Kaya Simbolisme

Tidak hanya dari sisi fisik, rumah limas juga kaya akan simbolisme. Tiap ukiran, warna, dan ornamen yang menghiasi bagian dalam dan luar rumah memiliki arti yang mendalam.

Misalnya, motif kembang melati atau pucuk rebung yang sering ditemukan pada balok-balok dan jendela melambangkan kesucian, pertumbuhan, dan harapan akan masa depan yang cerah. Warna-warna cerah seperti merah marun, kuning keemasan, dan hijau zamrud tak hanya menambah keanggunan, tetapi juga mencerminkan kejayaan dan kemakmuran.

Dalam konteks budaya, rumah limas kerap digunakan untuk berbagai upacara adat penting seperti pernikahan, khitanan, dan kenduri. Penggunaan rumah ini dalam acara-acara besar tersebut turut memperkuat perannya sebagai ruang sakral yang menghubungkan dimensi spiritual dan sosial, serta menjadi simbol kehormatan bagi keluarga yang memilikinya.

Sebagai warisan budaya yang sarat nilai, rumah limas bukanlah bangunan yang dibangun secara sembarangan. Dalam pembangunannya, masyarakat dahulu memerlukan ritual khusus dan doa-doa tertentu agar rumah tersebut menjadi tempat yang nyaman, selamat, dan membawa keberkahan.

Proses pembangunan ini juga memperlihatkan semangat gotong royong yang tinggi, di mana seluruh masyarakat sekitar ikut membantu sebagai bentuk solidaritas dan dukungan sosial. Bahkan hingga kini, rumah limas tetap dijadikan simbol kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan dan banyak digunakan dalam lambang-lambang resmi, batik Palembang, dan dekorasi gedung-gedung pemerintahan.

Salah satu rumah limas terkenal yang kini dijadikan ikon adalah Rumah Limas Gubernur Sumatera Selatan, yang telah diabadikan dalam uang pecahan Rp10.000, menjadi representasi nyata betapa rumah ini dianggap sebagai lambang kejayaan daerah.

Namun demikian, di balik kemegahan dan nilai filosofisnya, rumah limas kini menghadapi tantangan besar akibat perubahan zaman. Semakin berkurangnya lahan yang sesuai untuk bangunan panggung, mahalnya biaya pembangunan karena bahan kayu yang berkualitas semakin langka, serta berubahnya gaya hidup masyarakat yang lebih memilih rumah modern menjadi penyebab utama berkurangnya jumlah rumah limas yang otentik.

Oleh karena itu, pelestarian rumah limas tidak hanya memerlukan upaya fisik semata, melainkan juga kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga identitas budaya.

Pendidikan kepada generasi muda tentang nilai-nilai luhur di balik struktur rumah limas perlu dilakukan secara berkelanjutan, baik melalui pendidikan formal, kegiatan budaya, maupun pelibatan masyarakat dalam festival dan pameran arsitektur tradisional.

Rumah Limas bukan sekadar bangunan kayu bertiang tinggi dan berundak-indak. ia adalah perwujudan dari peradaban lokal yang menghormati tata nilai, menghargai kedudukan sosial, dan menjunjung tinggi keharmonisan hidup.

Dalam setiap ukiran dan pijakan lantainya tersimpan cerita tentang masa lalu, semangat kebersamaan, serta harapan akan masa depan yang tetap berakar pada kebudayaan. Ia adalah penanda jati diri masyarakat Palembang yang patut dirawat, dibanggakan, dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |